30 Maret, 2009

Kompetensi dan Budi yang Luhur

Perusahaan telekomunikasi Telstra Selandia Baru, menyewa seorang penjebol komputer sebagai penasehat pemberantasan kejahatan digital. Owen Thor Walker, 18 tahun, sang penjebol, sampai akhir tahun ini berdinas di perusahaan telekom TelstaClear, cabang baru dari perusahaan telkom Australia. Dua tahun lalu, Walker mengaku bahwa ia adalah otak di balik kelompok internasional penjebol komputer. Kelompok tersebut menggunakan sistem yang dikembangkan oleh mereka sendiri untuk menjebol komputer yang menghasilkan jutaan euro. Walker yang saat itu masih di bawah umur dibebaskan dari hukuman setelah mengakui kejahatannya. Menurut TelstraClear Walker kini menggunakan keahliannya untuk tujuan baik di perusahaan tersebut.

(Radio Nederland Wereldomroep, tanggal 25 Maret 2009: 'Penjebol komputer bekerja di Telstra')

25 komentar:

Le0nard mengatakan...

Apabila sesuatu kita lihat dari sudut pandang yang positif, maka hasilnya pun positif.

Kasus Walker di atas sebuah contoh yang tepat. Ia yang tadinya sebagai penjebol komputer dapat berubah menjadi penasehat pemberantasan kejahatan digital. Ternyata, kemampuannya dalam bidang komputer dapat dijadikan sesuatu yang baik bukan..

LEONARD
XI-D/25

Unknown mengatakan...

Manusia dapat berubah. Walaupun seringkali kebanyakan dari yang baik ke buruk, contoh ini merupakan sesuatu yang dapat memotivasi karena kita dapat melihat bagaimana seseorang yang tadinya buruk dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih positif.
Menurut saya, merupakan sesuatu yang baik bagi kita untuk membiarkan seseorang mendapatkan kesempatan kedua. Walaupun masa lalu seseorang buruk, belum tentu ia tidak dapat berubah. Seperti bagaimana Tuhan mengampuni kita dan mendorong kita untuk berubah dari buruk menjadi baik, kita juga sebagai tanga-nya harus bisa mendorong orang lain yang telah masuk ke dalam dosa untuk keluar dan menjadi lebih baik, bukan menjauhinya dan mengucilkannya.
Kita dapat melakukan hal ini dengan cara seperti pada artikel tersebut, bagaimana kemampuan buruknya ternyata dapat dijadikan sebuah talenta positif untuk membantu orang banyak. Dengan hal ini, mari berharap semakin banyak orang yang mau mengikuti jejak Owen Thor Walker dan menjadi lebih baik.
Dhani P XIC/13

candidatecxx-persevere mengatakan...

Penyimpangan Dari Suatu Anugerah yang Diberikan Tuhan Allah, adalah Deviansi yang jelas-jelas salah dan menuntut dosa..

Saya agak tidak setuju dengan yang ia lakukan sebelumnya , tapi tidak setelahnya...

saya rasa seseorang pantas mendapatkan kesempatan kedua...
baik bersalah atau tidak...
rasanya tidak manusiawi saja bila langsnug mengecap seseorang bersalah...

karena itu manfaatkanlah kesempatan kedua karena kesempatan tidak datang berkali-kali...

que sara sara
maap-maap sekali lagi...nx

Antonio Riyo
XIB / 09

Fransiskus Raymond mengatakan...

Dalam proses pembelajaran, dibutuhkan 2 ikon utama yakni ilmu dan moral. Ilmu berkaitan dengan segala pengetahuan yang kita miliki, terima, cari, dan kembangkan. Dalam menerapkannya, ilmu tidak bisa berjalan sendirian, dibutuhkan moral yang baik sehingga ilmu kita tidak digunakan secara salah. Jadi, moral merupakan suatu pembatas dan pengatur penerapan ilmu kita dalam berbagai kondisi kehidupan.

Kedua hal di atas (ilmu dan moral) sama dengan kompetensi dan budi yang luhur. Keduanya harus dalam porsi yang seimbang sehingga kompetensi dapat dikontrol oleh budi dan seseorang dapat melakukan sesuatu dengan baik (karena memiliki ilmu).

Unknown mengatakan...

Saya memutuskan untuk menarik kesimpulan dari tindakan Walker tanpa menghakimi Walker itu sendiri.Perbuatan yang dilakukan oleh seseorang sebenarnya sangat ditentukan oleh perlakuan lingkungan di sekelilingnya ;jadi kalau saya boleh berspekulasi ,tindakan Walker itu disebabkan oleh dua kemungkinan : 1) ia sedang iseng saja dan tidak sadar akan tindakan yang dilakukannya,atau 2) ia sadar akan akibat dari perbuatannya ,namun tetap dilakukan dengan suatu alasan tertentu.

Ia akhirnya berubah dan memanfaatkan kegeniussannya untuk tujuan yang baik.Bagi saya perubahan dalam dirinya disebabkan oleh pilihan ke 2) di atas.Lebih tepatnya lagi ,ditentukan oleh lingkungan di sekitarnya.
Demikian komentar saya.

Kevin D.N.
XI A/15

Yohanes Wirawan Putranto mengatakan...

Masalah yang cukup besar dihadapi seseorang dapat menjadi titik balik untuk perubahannya. Seperti yang kita lihat di kasus walker, sebelumnya dia adalah penjebol komputer dan dapat dikategorikan sebagai penjahat kelas dunia. Dengan ditangkapnya oleh polisi, ia mengakui kesalahannya dan berubah 180 derajat.

Kemampuan yang dimiliki walker lebih berguna untuk digunakan bagi kepentingan banyak orang daripada untuk melakukan tindakan buruk. Setiap orang pasti memiliki sisi baik. Merupakan tugas kita untuk mencari sisi baik dari orang yang belum menunjukkan sisi baiknya.

Yohanes Wirawan P
XI C / 40

Ricky Kristanda mengatakan...

Manusia pada hakikatnya diciptakan oleh Allah menjadi satu insan yang memiliki akal budi dan kemampuan untuk dapat hidup baik demi kebesaran dan kemuliaan namaNya. Itulah yang dapat kita pelajari dari pengalaman Owen pada artikel di atas. Hanya saja seringkali kita menemukan beberapa kasus di mana manusia menjadi insan yang seolah-olah tidak memiliki akal budi (sama seperti hewan). Kita lihat saja realita di masyarakat kita di mana banyak wanita muda yang rela menjajakan dirinya untuk kepentingan memenuhi kebutuhan ekonominya. Mungkin orang banyak akan mengatakannya bahwa ia seperti hewan, tidak tahu malu dan tidak menghargai ciptaanNya. Hal ini terjadi karena keadaan lingkungan yang menghimpitnya, entah karena masalah ekonomi atau apapun juga. Tetapi keadaan lingkungan seperti ini bukan berarti bahwa hal-hal seperti itu dihalalkan. Orang yang jatuh ke dalam perbuatan yang tidak menjunjung tinggi harkat manusia sebagai makhluk berbudi adalah orang yang tidak mempunyai iman dan pengharapan serta komitmen yang kuat untuk tidak menyalahgunakan apa yang telah diberikan oleh Sang Pencipta kepada seluruh ciptaanNya. Kita harus memiliki iman akan pertolongan Tuhan yang tidak pernah terlambat. Jangan sampai timbul keraguan dalam diri kita karena keraguan yang timbul adalah permulaan bagi kejatuhan kita.
Dari kasus Owen ini kita dapat melihat bahwa orang yang telah jatuh masih memiliki harapan untuk memperbaiki dosa-dosanya. Janganlah menjadi putus asa. Bila ada kemauan dan dengan mengharapkan bantuan dan dukungan doa atau hal-hal lain dari orang sekitar, orang seperti Owen yang jatuh dalam perbuatan “berdosa” pasti akan sanggup memperbaiki kelakuannya. Satu hal yang harus menjadi pegangan adalah kita harus senantiasa menjaga apa yang diberikan oleh Allah secara baik. Ingat bahwa segala kemampuan dan materi yang kita miliki adalah titipan Tuhan dan semuanya diberikan olehNya kepada kita untuk hormat dan kemuliaan namaNya. Jangan kita menyalahgunakan untuk kejayaan pribadi kita. Itu adalah tipu muslihat iblis. Jaga sikap dan perilaku kita sebagai salah satu cara mewujudkan apa yang menjadi makna dan amanat dari Dasa Firman Allah yang ketujuh.

RICKY KRISTANDA (XI D-33)

Daniel Christian mengatakan...

Kehidupan Walker mungkin dapat menjadi contoh yang menarik dalam hidup kita. Bagaimana tidak? Seseorang yang pernah berbuat sesuatu yang merugikan orang lain, sekarang dapat melakukan sesuatu untuk menolong orang lain. Walker memang diberikan bakat/talenta menjadi ahli komputer yang handal, namun ia pernah salah dalam mempergunakan kemampuannya tersebut.

Kita masing-masing juga sudah diberikan kemampuan yang khas dari Tuhan. Dan sudah seharusnya kita mempergunakan kemampuan itu untuk mengembangkan diri dan orang lain. Bukan malah untuk merugikan. Intinya, kompetensi yang kita miliki haruslah didukung dengan budi yang luhur, kemudian tercermin dalam segala tindakan yang kita lakukan dalam hidup.

"Kembangkanlah kemampuanmu untuk hal yang baik dan berguna"

Daniel Christian
XID/09

Unknown mengatakan...

Saya sangat salut kepada Walker. Dari seorang penjahat, ia bisa berubah total menjadi seorang penasehat perusahaan. Dari kasus di atas, bisa kita dapatkan bahwa manusia itu dinamis. Manusia itu tidak bersifat tetap, melainkan bisa berubah kapan saja dan di mana saja.

Keahlian merupakan suatu karunia besar yang diberikan Tuhan kepada kita. Namun, seringkali keahlian disalahgunakan untuk kejahatan. Manusia yang awalnya baik bisa saja berubah menjadi jahat dan menggunakan keahliannya untuk kejahatan. Hal ini dikarenakan sifat manusia yang dinamis / bisa berubah-ubah tergantung situasi, waktu, dan tempat. Maka, sudah seharusnya kita membiasakan diri untuk selalu mengambil jalan yang benar. Walaupun sifat manusia bisa berubah-ubah, kita harus mengusahakan agar perubahan itu tidak membawa kita ke jalan yang salah. Kita harus tetap bertahan di jalan yang benar. Apabila sudah terlanjur jatuh di jalan yang salah, kita bisa saja berubah untuk kembali ke jalan yang benar seperti pada kasus Walker asalkan didasari oleh kesadaran dan kemauan sendiri. Walker adalah salah satu contoh orang yang sukses kembali ke jalan yang benar.

Jovian Jevon / XI-D / 22

Unknown mengatakan...

Kalau Walker memang telah benar-benar mengakui kejahatannya dan tidak mengulanginya lagi, hal ini wajar-wajar saja. Dengan keahliannya inilah Walker dapat memperoleh pekerjaan. Namun, keahlian atau bakat yang diberikan Tuhan kepada kita harus digunakan untuk tujuan yang positif, baik, dan tidak merugikan orang lain. Toh, untuk apa kalau kita memiliki keahlian namun kita tidak memanfaatkannya untuk suatu hal yang mulia? Tuhan akan senang apabila keahlian yang diberikanNya kepada manusia digunakan untuk hal-hal yang positif dan dapat memenuhi kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain.

James Hidayat
XI-E / 24

Unknown mengatakan...

setelah membaca posting di atas
ada beberapa hal yang saya pikirkan antara lain adalah seorang pemuda bernama Owen Thor Walker yang menurut saya sangat jenius karena dapat menjadi penjahat kelas international dengan umurnya yang sangat muda, kurangnya moral sebagai landasan ilmu miliknya, keberanian dan kesadaran dirinya untuk mengakui kesalahannya dan adalah niat untuk membayar kesalahannya dengan jasa yang dibutuhkan banyak orang sebagai penasehat pemberantas kejahatan digital.

Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah bahwa mayoritas orang membutuhkan suatu proses maupun klimaks tragedi untuk menjadi titik balik hidupnya.
Maka tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik,
semua bisa saja berbuat kesalahan, namun satu yang pasti adalah selalu ada kesempatan untuk memperbaikinya di masa mendatang.
Maki mari kita merefleksikan kesalahan kita dan bertekad untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik

Aantonius Richard / xi-e/5

Ten No Michi mengatakan...

Leo Nugraha / XIB / 29

Talenta dalam diri manusia ibarat pisau bermata dua. Begitulah gambaran yang tepat akan talenta milik manusia. Manusia pada dasarnya dapat mengubah kemampuan dalam dirinya menjadi hal yang menguntungkan sesamanya atau bahkan menjadi hal yang merugikan. Karenanya kita dituntut untuk bersikap dewasa dan bertanggung jawab dalam menggunakan talenta yang dimiliki supaya tidak merugikan orang lain.

Banyak orang yang sudah menyadari kemampuannya sejak awal dan menggunakannya untuk kebaikan bersama namun tak sedikit pula yang menggunakannya untuk merugikan orang lain di awal terlebih dahulu, dan akhirnya menguntungkan orang lain kemudian. Inilah hal yang patut diacungi jempol.

Dari sini kita mengenal istilah kesempatan kedua. Kesempatan kedua ini semata - mata bukan hanya sebatas untuk memberi kesempatan bagi seseorang untuk memperbaiki hidup, namun juga supaya ia dapat mempergunakan kemampuan yang ada dalam dirinya untuk membantu orang lain.

Karenanya manusia yang baik tak hanya berilmu namun juga bermoral. Percuma saja kalau berilmu namun tak beriman karena natiny hanya akan membawa petaka bagi sesama kita.

Gunawan mengatakan...

salah satu sifat manusia adalah mudah berubah. hal tersebut juga tergantung oleh suasana hati.
Manusia masing-masing memiliki keahlian mereka sendiri. tergantung mereka, keahlian tersebut akan digunakan untuk hal yang baik tau tidak. dalam kasus ini, ada perubahan yang dilakukan. dari penjebol menjadi seorang penasehat. itu adalah sebuah hal yang patut diberi apresisasi, karena seseorang sudah mau mengakiu kesalahan dan juga merubah sifat mereka.

Gunawan Handoko
XI-B / 24

K mengatakan...

Ketika kompetensi (competence) sudah dimiliki, hendaknya digunakan dengan menggunakan suara hati (conscience). Sebagai Kanisian, hendaknya kita menggunakan kepandaian kita untuk hal-hal baik sesuai dengan hati nurani. Jadi pandai saja tidak cukup, tetapi harus digunakan sesuai dengan tatanan moral yang berlaku.

Aditya Kristanto
XI-A / 1

WaroengLordz mengatakan...

hal ini merupakan tindakan yang tepat di mana seseorang yang dapat bertanggungjawab dan juga mampu mengubah dan mengintropeksi dirinya untuk menjadi lebih baik. Kasus ini dapat menjadi salah satu contoh yang baik bagi seluruh dunia terutama dalam zaman sekarang di mana kejahatan mulai banyak ditemui. Ada baiknya menggunakan keahlian kita untuk hal-hal yang baik,sayang sekali apabila kita gunakan untuk berbuat jahat memang akan menguntungkan tapi pada akhirnya kita akan rugi besar.

Gradiyanto XID-18

Alfred mengatakan...

Pada dasarnya, setiap talenta yang diberikan Allah adalah baik. Tidak ada talenta yang sia-sia ataupun membawa bencana kepada pemilik talenta tersebut. Talenta sama artinya dengan keahlian yang dimiliki oleh setiap manusia dan sifatnya berbeda-beda untuk manusia yang satu dengan yang lainnya.

Hendaknya talenta tersebut digunakan di dalam kehidupan ini. Adalah sebuah dosa jika manusia menyia-nyiakan talenta-talenta tersebut. Sebab, setiap talenta berguna untuk memperbaiki kehidupan umat manusia itu sendiri.

Namun, bukan berita baru jika talenta sulit untuk disalurkan. Mengingat semakin terbatasnya ruang gerak manusia, semakin terbataslah peluang tersalurkannya talenta tersebut. Peluang tersalurkan artinya adalah kesempatan dan tempat untuk menyalurkan talenta tersebut. Adapun alasan konkrit mengapa penyaluran ini menjadi semakin sempit karena faktor-faktor seperti budaya, ekonomi, dan masalah sosial yang sering menghambat penyaluran talenta. Contohnya adalah seorang pencuri, ia memiliki kelincahan agar mampu mencuri tanpa ketahuan atau kepergok. Jika kita menanyakan alasan mereka melakukan pencurian, biasanya mereka akan menjawab karena faktor ekonomi. Padahal, kelincahan yang mereka miliki dapat mereka gunakan untuk bidang-bidang lainnya, olahraga misalnya, yang sangat memerlukan kelincahan.

Jadi, amatlah baik jika kita mendukung penyaluran talenta ini. Sebab, selain membantu dalam karya penyelamatan Allah yakni menghindarkan manusia dari dosa, kegiatan juga menyelamatkan manusia itu sendiri secara nyata sebab dengan talentanya ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Akhirnya semakin baiklah kehidupan manusia baik secara rohani maupun jasmani. Jadi, jika kita memungkinkan untuk membantu orang lain menyalurkan talentanya untuk hal yang positif, hendaknya kita melakukan hal tersebut.

Alfred Susilodinata XIE/3

Stephan Sonny mengatakan...

Kasus Walker seperti pada bacaan tersebut menurut saya adalah kasus yang bisa diambil sebagai contoh bagi kita. Pendapat saya mengatakan bahwa apabila kita memiliki sebuah keahlian, maka gunakanlah untuk menyejahterakan manusia. Bila tidak, maka keahlian tersebut hanya akan merugikan sesama. Bisa diambil sebagai contoh adalah penemuan dinamit oleh Alfred Bernard Nobel yang semula diwujudkan untuk membantu para penambang membuka jalur tambang. Namun karena daya ledak luar biasa, maka digunakan sebagai alat perang. Nobel yang merasa penemuannya disalahgunakan sampai pada akhir hayatnya menyangkal dirinya sebagai penemu dinamit tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyalahgunaan segala sesuatu, termasuk penyalahgunaan kemampuan kita untuk bermaksud buruk akan membawa petaka bagi hidup.

kiel mengatakan...

Manusia sudah diciptakan dengan memiliki kemampuan dan moral. Dalam kasus Walker ini, ia memiliki kemampuan yang mumpuni namun tanpa disertai dengan sikap atau moral yang tidak baik. Kemampuan yang dia miliki disalah gunakan untuk merugikan orang lain yaitu bertindak sebagai pembobol sistem. Hal moral ini bergantung pada keadaannya karena sikap manusia bisa berubah-ubah. Dalam kasus Walker ini bisa dilihat bagaiman seorang yang moralnya kurang baik bisa berubah. Sikap yang dimiliki setiap orang itu bisa berubah-ubah. Perubahannya itu membawa dampak baik bagi orang lain dan dirinya sendiri. Maka kemampuan kita bila digunakan untuk tujuan yang baik akan semakin sempurna.

Yehezkiel Nathanael (XI D/39)

Unknown mengatakan...

Kita adalah orang-orang yang dibekali talenta. Tergantung cara kita mengembangkannya. Juga ke arah mana. Sejujurnya, Tuhan pada awalnya memberikan semua kesempatan sama. Tergantung pengajaran moral dan ilmu yang didapat manusia itu selanjutnya. Jadi kita bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang kita lakukan. Apakah langsung belok kanan ke arah yang benar(right) atau berputar2 dahulu di kiri dan tertinggal (left)... Namun Tuhan selalu memberi kesempatan kedua.

Unknown mengatakan...

posting di atas di poskan oleh Putera Utama XIB 33

Febrian mengatakan...

Kemampuan dan talenta yang dimiliki oleh setiap orang dapat berdampak sangat besar bagi orang lain, baik secara positif maupun negatif. Tidak benar bahwa orang yang masuk penjara, yang melakukan kejahatan, dan yang mengancam keamanan sosial adalah orang-orang yang tidak pandai. Mereka adalah orang - orang yang brilian di bidangnya masing - masing, namun mereka menggunakannya untuk menciptakan dampak-dampak negatif bagi masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus semakin terbuka terhadap orang-orang mantan penjahat yang mau menggunakan kelebihannya untuk membantu sesama, karena mereka memiliki niat yang baik dan kemampuan yang lebih dari memadai.
Febrian Sidharta
XI C/18

Febrian mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

mengambil keputusan seperti itu, patut diacungi jempol. perusahaan tersebut berani mengambil tindakan untuk menyewa seorang hacker untuk bisa menjaga sistem keamanan komputer perusahaan itu. ia bisa melihat masalah yang dihadapi, yakni mengenai masalah pembobolan oleh hacker dengan sudut pandang yang berbeda. ia bisa memanfaatkan sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang baik. perusahaan itu juga bisa menggunakan akalnya dengan cara mencegah sesuatu dengan menggunakan penyebabnya.. sungguh brilian,.

Yulius Adi Jaya
XI-E 41

Unknown mengatakan...

Hal-hal yang kita miliki,kehebatan atau keahlian yang kita miliki yang membuat kita beda dari orang lain merupakan karunia Tuhan oleh karena itu sehendaknya digunakan untuk tujuan baik. Walker awalnya telah menyalahgunakan kehebatannya namun ia mau berubah dan menggunakan keahliannya itu untuk tujuan baik. Sebuah Kompetensi yang baik tidak akan ada artinya apabila tidak disertai dengan budi yg luhur

Benny/XIE/9

kevinepe mengatakan...

Seperti itulah kompetensi seharusnya diterapkan. Ilmu dan keunggulan harus dimanfaatkan untuk kebaikan. Kita dianugrahi kelebihan oleh-Nya, maka harus kita gunakan demi kemuliaan-Nya.
Semoga semua generasi-gernerasi muda di masa depan bisa menjadi Walker-Walker selanjutnya yang mau menggunakan kompetensinya demi keluhuran.

Kevin Eka Putra
XI F / 28