15 September, 2008

MENATA HATI

"...Dalam psikologi, ada prinsip yang disebut Gestalt, yakni kesatuan tak terpisahkan. Kita membicarakan jari dalam hubungannya dengan tangan; kita membicarakan tangan dalam hubungannya dengan badan. Membicarakan salah satunya berarti membicarakan semua.

Prinsip yang sama bisa membantu memahami perilaku Ryan (seseorang, ed). Membicarakan penyimpangan Ryan (seseorang, ed) berarti membicarakan perlakuan masyarakat terhadap dirinya. Membicarakan perlakuan masyarakat berarti membicarakan perlakuan masing-masing kita. Karena itu, jika ingin mencegah munculnya Ryan-Ryan (penyimpangan orang, ed) yang lain, kita harus menemukan obatnya dalam diri kita sendiri.

Konfusius memberi resep Gestalt, "Untuk menyehatkan dunia, kita lebih dulu harus menyehatkan bangsa; untuk menyehatkan bangsa, kita lebih dulu harus menyehatkan keluarga; untuk menyehatkan keluarga, kita lebih dulu harus menyehatkan kehidupan pribadi, kita harus menata hati dengan benar".
(Sumber: YF La Kahija, "Ryan dan Kita", dlm. Kompas, Sabtu, 9 Agustus 2008).

34 komentar:

panda mengatakan...

menurut saya, teori Gestalt yang menyatakan kesatuan yang tak terpisahkan sangatlah realistis, sehingga terdapat banyak sekali definisi akan suatu hal dimana akan mengandung "gabungan dari beberapa....".
Oleh karena itu pemikiran bahwa untuk mencipatakan komunitas yag sehat, dibutuhkan anggota yang sehat pula, baik secara jiwa maupun raganya. Namun, saya juga berpendapat bahwa prinisip yang sama juga dapat dilakukan secara terbalik, yaitu untuk menciptakan anggota komunitas yang sehat, dibutuhkan komunitas yang juga sehat.
Seperti yang kita ketahui, manusia memiliki seberkas sifat "pembeo"-meniru orang lain yang ada disekitarnya, maka sifat ini juga dapat digunakan sebagai patokan pembangungan komunitas dan individu yang sehat jasmani dan rohani.menurut saya, teori Gestalt yang menyatakan kesatuan yang tak terpisahkan sangatlah realistis, sehingga terdapat banyak sekali definisi akan suatu hal dimana akan mengandung "gabungan dari beberapa....".
Oleh karena itu pemikiran bahwa untuk mencipatakan komunitas yag sehat, dibutuhkan anggota yang sehat pula, baik secara jiwa maupun raganya. Namun, saya juga berpendapat bahwa prinisip yang sama juga dapat dilakukan secara terbalik, yaitu untuk menciptakan anggota komunitas yang sehat, dibutuhkan komunitas yang juga sehat.
Seperti yang kita ketahui, manusia memiliki seberkas sifat "pembeo"-sifat peniru orang lain yang ada disekitarnya, maka sifat ini juga dapat digunakan sebagai patokan pembangungan komunitas dan individu yang sehat jasmani dan rohani. Namun, dengan beragamnya sifat individu yang satu dengan yang lainnya, seringkali faktor ini terlupakan

alberthutama mengatakan...

Saya ingin menanggapi teori Gestalt.
Saya setuju dengan pernyataan "kesatuan yang tak terpisahkan", jika kita membicarakan salah satu berarti kita membicarakan semua.
Tetapi, inilah kehidupan, tidak satupun yang bisa super-sempurna 100%. Jika kita tidak menggosipkan Ryan, berita tersebut hanya beredar di kalangan tertentu saja. Semua harus kita bicarakan atau diskusikan, seperti halnya saya menanggapi posting ini. Apakah dengan saya tidak menanggapi posting ini, dapat mencegah munculnya posting baru? I don't know
Untuk resep Konfusius saya sangat setuju. Jika kita ingin semuanya baik, harus dimulai dari individu kita masing-masing dengan berbuat baik termasuk MENATA HATI.
Saya juga setuju dengan pilihan kata 'Menata Hati'., karena tanpa disadari, hati kita sebenarnya belum tertatadengan baik.

Andreanus mengatakan...

Memang benar seperti yang berbunyi di dalam teori Gestalt. Perilaku kita tak lepas dari cara kita menata hati kita. Sehingga, benar apa adanya yang berbunyi bahwa jika kita ingin memulai sesuatu yang baru, mulailah dari diri sendiri. Jika ingin menata dunia menjadi lebih baik, kita harus menata hati kita terlebih dahulu. Karena Dunia ini tidak terlepas dari setiap insan yang hidup di dalamnya. Maka, menata hati bisa kita mulai dengan berefleksi seperti yang kita lakukan di sekolah pada akhir pelajaran. Refleksi bisa membantu kita menata hati dengan menyadari perilaku kita di sekolah tadi dan memperbaikinya agar perilaku buruk yang kita lakukan tidak terulang di hari depan. Mungkin, jumlahnya masih terlalu kecil jika hanya dilakukan di sebuah sekolah. Tetapi, kita bisa "menularkan" kebiasaan berefleksi ke orang lain. Sehingga, makin banyak orang yang menata hatinya untuk menata dunia ini agar menjadi dunia yang nyaman untuk kita tinggali.

Andreanus / XI-D / 03

WaroengLordz mengatakan...

Ya memang benar teori Gestalt yang merupakan salah satu dari bagian psikologi manusia, bila kita sadari prinsip Gestalt ini memang sudah benar terbukti bahkan sering kita lakukan dan alami, tetapi kadang tidak kita sadari.
Kebanyakan orang hanya dapat mengatakan keburukan dari orang lain, kelemahannya,sifatnya, perbuatan dan berbagai hal yang dapat mereka kritik dari orang tersebut. Namun, mereka tidak pernah menyadari bahwa orang yang menjadi bahan pembicaraan itu sama seperti mereka, sama-sama manusia yang punya kekurangan. Mereka menganggap kelemahan orang itu adalah suatu hal yang harus diketahui oleh orang lain dan lama-lama menjadi suatu bahan pembicaraan, seperti misalnya gosip. Sebenarnya hal-hal negatif dari orang tersebut lebih baik kita pahami daripada dijelek-jelekan. Dengan memahami hal-hal itu, kita dapat menyimpulkan kondisinya dan membantunya dalam mengatasinya sehingga selain kita dapat membantu orang itu,kita juga melakukan hal yang terpuji. Seperti misalnya kasus Ryan, di mata masyarakat ia sudah dicap oleh masyarakat sebagai orang sadis. Proses pemberian 'cap' itu sebenarnya malah membuat orang itu akan melakukan sesuai 'label' yang sudah diberikan padanya. Tentu hal ini dapat memperparah keadaan yang dapat merugikan masyarakat.

Memang untuk mengubah perilaku masyarakat yang kurang baik tersebut, hal wajib yang harus dilakukan adalah mengubah diri sendiri dahulu, jangan pernah mengubah orang lain sebelum kita sendiri yang melakukannya. Dengan begitu, kita dapat membuat suasana di mana masyarakat kita dapat menerima orang lain dalam berbagai keadaannya dan dapat membantu orang itu menjadi lebih bermakna.

Gradiyanto/XID/18

Unknown mengatakan...

Saya sebenarnya kurang setuju tentang prinsip Gestalt yang menyatakan bahwa membicarakan salah satunya berarti membicarakan semua. Menurut saya, setiap individu itu berbeda sehingga tidak bisalah kita hanya mengubah sesuatu yang kecil dan berdampak basar pada sesuatu yang jauh lebih besar.
Memang benar adanaya bahwa sesuatu yang besar berasal dari sesuatu yang kecil. Tetapi bukan berarti kita dapat berkata sesuatu yang kecil = yang besar. Misalnya soal Ryan yang pernah cukup marak di INdonesia. Apakah semua orang seperti Ryan? Apakah dengan Ryan menyimpang berarti semua orang menyimpang sama persis dengan Ryan? Tentu tidak.
Karena itu, menurut saya perubahan itu harus total. Memang diawali dengan perubahan kecil tetapi tentu perubahan itu harus disebarkan. Kalau hanya satu orang yang menata hati sudah cukup untuk menata dunia yang sehat, betapa indahnya bumi ini. Tetapi, kenyataannya? Karena itu menurut saya kita harus memulai penyembuhan dunia yang sakit ini dengan 2 hal, menata hati sendiri dan menyebarkannya pada orang lain.


Dhani.P
XI C 13

Daniel Christian mengatakan...

Memang benar apa yang dikatakan dalam teori Gestalt. Perilaku kita tak lepas dari cara kita menata hati kita. Perilaku baik kah atau buruk kah? Jika menginginkan suatu perubahan kearah yang lebih baik, kita harus mampu berubah lebih baik terlebih dahulu. Banyak orang yang hanya mampu melihat kesalahan orang lain, tanpa mau melihat kekurangannya sendiri.
Ingat tidak ada yang sempurna di dunia ini, kita sebagai sesama manusia seharusnya melengkapi, bukannya menghancurkan satu dengan yang lain.
Jadi, kita harus mulai menata hati kita, agar kita mampu menghasilkan perilaku-perilaku yang baik. Ingat perubahan kecil tidak sama dengan perubahan besar. Namun, perubahan kecil adalah tunas dari perubahan yang besar.

Daniel Christian
XID / 09

Ikan Kembung mengatakan...

Well, menurut saya teori Gestalt ada benarnya juga..

Jika kita ingin membicarakan/menilai orang lain, kita harus menyadari juga perbuatan-perbuatan / sifat-sifat yang terdapat dalam diri kita masing-masing; bahkan kita harus berani mengakui kekurangan dalam diri kita masing-masing.

Banyak orang dalam masyarakat (termasuk diri kita), secara sadar atau tidak sadar, pasti selalu menilai / memberi komentar terhadap suatu hal dari orang lain. Secara dominant, orang akan langsung mengkomentari sesuatu yang kelihatan negatif di depan mata mereka. Seperti : "Jangan membuang sampah sebarangan!" ; "Woy, jangan main mulu" ; hal gossip-menggossip juga termasuk dalam hal tersebut. Meskipun demikian, mereka sendiri tidak menyadari bahwa mereka sendiri melakukan perbuatan tersebut, dan tidak mereka perbaiki, melainkan dibiarkan terus menerus.

Karena hal tersebut adalah perbuatan negatif, daripada membiarkan perbuatan negatif tersebut, kenapa tidak mencoba merefleksikan diri sendiri juga dan mencoba memperbaiki diri agar tidak mengulang perbuatan negatif tersebut. Bila orang lain melihat kita berbuat hal positif, orang lain pun akan meniru perbuatan kita sehingga hal-hal positif dapat terwujud. Mulailah dari hal yang kecil (diri kita masing-masing) sampai dengan hal yang lebih luas (teman, masyarakat, keluarga)

Sama halnya dengan membaca postingan ini ataupun blog-blog etika hidup. Apakah kita sendiri hanya membaca dan mengomentari postingan di atas? Atau kita pun mencoba merefleksikan postingan tersebut, menyadari kesalahan kita, dan mencoba menerapkan dalam diri kita masing-masing?

Posting ini tentunya sangat berguna dalam kehidupan kita.. Thx a lot Pater!! ^^



Leonsius
XIE / 30

G.A.B.E mengatakan...

Menanggap teori Gestalt, teorinya dapat dikatakan sangat konkrit di dunia ini. Hal ini tidak hanya berlaku dalam masyarakat sosial, tetapi juga berlaku di aspek sains.
Makhluk hidup sendiri tersusun dari berbagai jaringan dan jaringan itu sendiri tersusun dari sel. Sel-sel tersebut juga tersusun dari molekul dan juga seterusnya. Memungkinkan siklus kesatuan tak terhingga. Setiap "penyusun" mempunyai peran sendiri dan juga bersatu dengan "penyusun" lain melengkapi satu sama lain. Apabila satu diantaranya rusak, maka akan mempengaruhi yang lainnya dan juga pada akhirnya kan menguncangkan kesatuan itu sendiri.
Memang betul bahwa apabila ingin memperbaiki suatu kesalahan sesorang, maka kita harus melihat diri kita sendiri. Hal ini bisa disebut juga sebagai introspeksi diri atau "refleksi". Kita harus menyadari bahwa bagaimana seseorang bertingkah dipengaruhi juga perlakuan orang sekitarnya, bahkan perlakuan dari diri kita sendiri. Apabila kita berusaha untuk membuat diri kita menjadi baik. Tentu saja secara otomatis orang akan menyadari perubahan kita dan berubah menjadi baik juga. Dan merujuk pada teori Gestalt, semua orang pada akhirnya akan berubah menjadi lebih baik.
Tetapi sayangnya banyak yang tidak menyadari hubungan antara manusia yang seperti ini. Mereka menunjukkan sifat keindividuan satu sama lain. Mereka berpikir bahwa kesalahan orang lain atau penderitaan orang lain adalah urusan mereka sendiri seperti "Every man for himself". Dan juga apabila seseorang melakukan kesalahan kita akan berpikir bahwa kesalahan tersebut sepenuhnya disebabkan olehnya, kita tidak berpikir sedikitpun akan hubungan kesalahannya dengan perbuatan kita sendiri. Hal inilah yang membuat masyarakat jaman sekarang menjadi individu-individu yang mengejar impian mereka sendiri, tanpa berhenti sedikitpun untuk melihat reaksi dari perbuatan yang mereka lakukan.

"So far yet so close..."
Gabriel Alexander
XI-E/21

Unknown mengatakan...

Saya setuju dengan pendapat Gestalt mengenai kesatuan tak terpisahkan. Kita tidak boleh memandang suatu hal secara sekilas saja, melainkan harus ditelusuri dan dikaji lebih dalam. Akhirnya pun akan menuju ke diri kita sendiri.

Hal ini dapat diterapkan untuk berbagai kasus. Yang sederhana misalnya ketika ingin mendapat hasil panen buah mangga yang baik. Buah mangga yang baik berasal dari pohon yang baik, pohon yang baik tumbuh di tanah yang baik, tanah yang baik adalah tanah yang berisi banyak zat hara dan rajin diberi pupuk.

Maka untuk kasus sehari-hari, kita harus selalu membiasakan diri untuk melihatnya sampai kepada pribadi kita, jangan hanya melihat dengan sekilas dari luar.

Jovian Jevon / XI-D / 22

Yohanes Wirawan Putranto mengatakan...

Saya sangat setuju dengan pendapat konfusius yang mengacuh pada teori Gestalt.

Ada benarnya bahwa kita harus mulai dari diri kita terlebih dahulu. Seringkali dalam masyarakat kita mengomentari kejelekan dan kelemahan orang lain padahal kita sendiri belum tentu selalu benar dan dapat melakukan kesalahan.

Dalam bacaan ini dikatakan bahwa kita harus introspeksi diri terlebih dahulu barulah mengomentari orang lain. Bila diri kita baik, otomatis dalam keluarga kita sudah ada satu orang yang baik sehingga kebiasaan ini dapat menyebar ke seluruh anggota keluarga. Anggota keluarga ke Masyarakat hingga negara dan dunia.

Dengan ini dapat dibuktikan bahwa teori Gestalt sangatlah tepat bahwa kesatuan yang tak terpisahkan sangatlah realistis...

Yohanes Wirawan Putranto
XIC / 40

Unknown mengatakan...

Teori Gestalt yang menyatakan kesatuan yang tak terpisahkan memang tidak dapat kita patahkan.Kesatuan-kesatuan tersebut dapat terus berputar menjadi sebuah cycle yang tak terputuskan,dan hal ini tidak hanya terjadi pada manusia saja begitu juga dengan makhluk hidup lain ataupun benda mati.untuk mudahnya kita dapat melihat suatu kesatuan dari cycle atau perputaran sebuah benda,benda yang baik terbuat dari bahan-bahan yang baik dan bahan2 yang baik itu juga didapat dari benda yang baik juga.jadi di sini tercipta sebuah cycle yaitu bahan diproses menjadi benda dan benda dipakai untuk memproses bahan.
Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana kita menata dan mempergunakan benda itu dengan baik agar menghasilkan produk yang sempurna,hal ini dapat kita kaitkan dengan "menata hati",untuk memunculkan produksi diri yang baik kita harus mempunyai sifat dan kemauan untuk menjadi baik(bahan),lalu bagaimana kita menata hati kita untuk mengolah bahan tersebut menjadi perilaku yang baik(proses),setelah itu barulah kita mendapatkan diri yang baik(hasil)dari diri yang baik ini kita mendapatkan sifat-sifat yang baik(berulang lagi menjadi satu cycle).Hal ini baru dalam konteks individu.
nah,dari individu ini akan memunculkan suatu cycle baru lagi yang lebih luas misalnya cycle suatu keluarga, negara atau bahkan dunia. Hal ini sesuai dengan teori Konfusius yang menyatakan, "Untuk menyehatkan dunia, kita lebih dulu harus menyehatkan bangsa; untuk menyehatkan bangsa, kita lebih dulu harus menyehatkan keluarga; untuk menyehatkan keluarga, kita lebih dulu harus menyehatkan kehidupan pribadi, kita harus menata hati dengan benar". Jadi singkatnya dunia yang baik berakar dari penataan hati yang baik.
Untuk persoalan Ryan kita tidak bisa menilai Ryan dari luarnya saja,bila kita melihat Ryan dari luarnya saja kita dapat dengan mudah mengatakan bahwa Ryan itu jahat,kejam dan mungkin sedikit gila.Tetapi kita tidak tahu apa yang sebenarnya ada dibalik sosok Ryan ini,mungkin saja ada sosok seseorang yang merasa tertekan atau lainnya,dan akhirnya kita akan sampai kepada perilaku orang terhadap Ryan,dan apabila ditelusuri lebih dalam kita akan sampai kepada diri setiap individu. Oleh karena itu kita tidak dapat melihat seseorang secara sekilas saja tetapi harus ditelusuri lebih dalam lagi.

Benny H/XIE/9

Unknown mengatakan...

Menurut saya hal yang disampaikan oleh teori Gestalt itu benar. Saya sangat setuju dengan pendapat seperti itu, kita dapat memulai segala sesuatu dari diri kita sendiri kemudian baru setelah itu kita mengurusi hal-hal yang berada di luar kita. Tetapi kita juga harus bisa peka terhadap kondisi yang ada di lingkungan kita agar kita dapat mengetahui apa yang terjadi, sehingga kita dapat memberikan prioritas kepada apa yang lebih penting dan mendesak. Tetapi kita memang harus menata diri kita sendiri pada akhirnya terlebih dahulu. Karena apabila kita tidak bisa menata diri kita sendiri bagaimana caranya kita dapat menata kehidupan di masyarakat ataupun orang lain.

Yulius AJ
XI-E/41

A.D.K mengatakan...

Teori Gestalt adalah teori yang sangat relistis teori ini patut ditanamkan sejak kecil agar orang-orang tidak melihat seseorang melalui penampilan saja atau melihat masalah dari buruknya saja.
teori ini mengajarkan kita untuk mengerti bahwa harus menghargai orang seperti apapun dan jangan melihatnya dari luar saja dan kita juga tidak boleh "lepas tangan" terhadap suatu masalah yang sulit padahal kita bisa mendapat pengalaman dan segi positif dari itu.
kita juga diajarkan untuk melihat diri dan membetulkan diri/sikap sendiri barulah orang lain karena kebaik dan burukkan seseorang berawal dari diri sendiri.

davine XIE/12

Evan'S mengatakan...

Memang benar dalam realita kehidupan sehari-hari, semua konteks sosial merupakan satu keberfungsian yang relevan. Berdasarkan hal ini, bahkan teori konspirasi semesta juga menyatakan bahwa kejadian yang terjadi di dunia ini merupakan "gabungan" dari semua unsur, dimana setiap konteks baik sosial maupun alam turut mempengaruhinya. Intinya, satu adalah bagian dari semua, dan semua adalah satu.

Berbicara tentang kesatuan dalam masyarakat, dapat diilustrasikan dalam ilustrasi anggota tubuh. Terkadang, penyakit signifikan yang sering muncul dalam masyarakat kita adalah, kita sering sekali mengabaikan keberadaan dan menata hati kita masing-masing dan lebih senang "MELIHAT" orang lain bermain. Sangat sering di antara kita hanya berkata "Enak ya hidup menjadi dia..." atau mungkin kita selalu membicarakan kesalahan orang lain. Hal ini serupa sebagaimana kaki berkata bahwa menjadi perut adalah enak karena tidak usah bekerja dan hanya makan. Sedangkan kaki menyalahkan mata karena tidak melihat batu yang membuatnya tersandung. Hal ini tidak seharusnya terjadi, karena setiap anggota tubuh telah memiliki fungsinya masing-masing dan jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh badan akan merana. Kita harus sadar akan hal itu!

Maka dari itu, jauh lebih baik kita memulai dari diri kita sendiri terutama menata hati kita masing-masing.

"Ad Maiorem dei Gloriam"


Evan W. Tanotogono
XI B / 20

Rafael Martino mengatakan...

Saya sangat setuju dengan teori Gestalt dengan pikiran utama Kesatuan tak terpisahkan. Karena memang kita adalah unsur dari suatu masyarakat, oleh karena itu perilaku kita akan mempengaruhi keadaan masyarakat yang ada baik dampak yang diberikan positif, negatif, kecil maupun besar. Dan saya juga mempunyai pikirian yang sama mengenai "kita harus menata hati dengan benar untuk menyehatkan kehidupan pribadi sampai dunia." Saya ingin menanggpi juga perilaku Ryan. Apabila dengan membicarakan Ryan kita membicarakan perlakuan masing-masing kita saya kira hal itu memang tepat. Karena perilaku menyimpang tersebut menurut saya memang terbentuk dari lingkungan sekitar hidupnya. Lingkungan hidupnya tidak memiliki kehidupan yang sehat, dan saya rasa disini Ryan juga memiliki sifat yang tidak normal. Oleh karena itu muncullah perilaku menyimpang.
Belajar dari pengalaman tersebut, marilah kita mencoba menyehatkan diri kita agar tercipta pula lingkungan yang sehat dan berdampak positif bagi sesama kita.

Oleh : Rafael Martino, XI-E / 33

Unknown mengatakan...

Hal-hal besar merupakan kumpulan dari hal-hal kecil. Hal besar yang baik merupakan kumpulan dari hal-hal kecil yang baik. Hal besar yang buruk merupakan akumulasi hal-hal kecil yang buruk. Apabila ada diantara hal-hal kecil yang baik itu ada yang buruk sehingga membentuk hal besar yang kurang baik, janganlah menilai buruk hal baiknya, tetapi lihatlah hal buruk apa yang ada dan ubahlah yang buruk itu menjadi lebih baik.

Tiada manusia yang sempurna. Kita tidak mau menganggap diri kita superburuk ketika kita memiliki satu-dua kekurangan. Masih banyak kebaikan-kebaikan lain yang ada dalam diri kita. Seharusnya sama halnya dengan menilai orang lain, tidak mungkin semua hal tentang seseorang adalah hal buruk.

Yang dapat saya petik adalah mulailah perubahan besar yang baik melalui melakukan hal-hal sederhana yang baik. Selain itu, jangan menghakimi seseorang buruk hanya karena satu-dua kekurangan yang dimilikinya.

Apa yang saya petik dari post ini mungkin berbeda dari yang lain, namun semoga bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Aditya Kristanto
XI-A / 1

kiel mengatakan...

Saya setuju dengan teori Gestalt. Teori yang mengatakan kesatuan yang terpisahkan sangatlah tepat karena setiap kita itu merupakan individu yang dapat mempengaruhi suatu komunitas. Seperti peribahasa nila setitik rusak susu sebelanga. hanya karena ada suatu bagian yang buruk maka kesatuan yang baik dapat rusak. Ini yang dapat saya tarik dari teori ini. Jadi setiap kita harus selelu menata diri untuk semakin lebih baik agar orang - orang di sekkitar kita juga akan menjadi lebih baik juga.
Setiap anggota dari satu kesatuan harus memilki kecakapan diri agar komunitasnya menjadi komunitas yang cakap pula.
harus ada kesadaran di antara kita untuk memulai MENATA HATI.


Yehezkiel Nathanael N
XI D / 39

Ivanzz mengatakan...

Jadi secara singkat, untuk melakukan sesuatu yang besar, mulai lah dari yang kecil.. Saya rasa kita tidak perlu banyak omong untuk melakukan sesuatu, lebih baik kita memberi contoh dulu dari diri kita sendiri.
Saya rasa sulit untuk mengontrol orang lain, dan yang paling mudah adalah mengontrol diri kita sendiri dulu..

Ivan XIB-25

Ry0_W4t4n4b3 mengatakan...

saya setuju dengan pendapat tersebut. Karena dengan kita mengubah diri, kita mempengaruhi orang lain untuk merubah diri juga. Jika hanya melihat dari kesalahan orang lain saja, kita tidak dapat melihat apakah kita sama dangan dia atau tidak. Biasanya dalam hal ini adalah iya. Maka dari itu, harusnya jika kita melihat penyimpangan yang dilakukan orang lain, kita harus instropeksi diri juga. Tidaklah berguna jika kita hanya mengata-ngatai orang yang berbuat salah, tetapi kita juga harus memeriksa diri kita masing-masing agar tidak terjadi hal seperti yang ia lakukan.

Marvin
XIC/26

Fransiskus Raymond mengatakan...

Artikel yang sangat menggugah sebab kecenderungan orang menganggap hal ini (pribadi) adalah perkara sepele padahal ini merupakan salah satu pembawa jalan menuju kesuksesan.
Satu bagian tentu saja merupakan puzzle yang harus dihubung-hubungkan sehingga membentuk suatu relasi yang estetis; soal ini ditambah ide dari Konfusius tentang menata hati yang membuatnya semakin lengkap. Hal ini memang sangat menarik dari dulu (saat pertama kali terpikir untuk mengaplikasikannya) dan ternyata sangat magnificent untuk kehidupan kita, terutama sebagai seorang pemimpin. Karakter pemimpin yang utama bukanlah soal memerintah, mengatur, berwibawa, atau intelek, namun kemampuan untuk menjadi teladan di belakang, tengah dan depan (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani). Untuk mampu menjadi pemimpin seperti itu butuh suatu keteguhan prinsip dan emotional control sehingga dapat selalu "sadar" dalam kondisi yang sulit sekalipun.
Kecenderungan pembeo memang mudah untuk dinegatifkan, namun mudah pula untuk dilakukan sebab SULIT untuk bisa berperilaku JUJUR pada diri sendiri. Sebagai gambaran, kita sebenarnya tahu bahwa suatu perbuatan salah, tapi karena lebih nikmat dan mudah (apalagi didorong mayoritas) tentu sangat menggiurkan dan tak perlu berpikir 2 kali untuk menjalankannya; sebaliknya, kita tahu itu benar, tetapi hanya ..sedikit.. yang berani melakukannya atau bahkan hanya ..saya.. sendiri yang terpikir untuk melakukannya tentu butuh 2,3,4,... kali untuk memikirkannya dan pelaksanaannya mungkin muncul jauh-jauh hari dari saat itu bahkan terlupakan karena frekuensi tindakan buruk yang lebih banyak dilakukan.
Untuk itu, kita harus berani mengungkapkan diri dan konsisten terhadap PRINSIP kita.
JADILAH DIRI KITA SENDIRI

Nimbus et Sancti mengatakan...

Menanggapi teori Gestalt, yang dapat saya pahami dari teori tersebut adalah jika ingin melakukan sesuatu yang besar, lakukanlah dari hal kecil, yaitu diri kita sendiri. Karena itu saya sangat seutuju dengan peryataan itu.
Untuk itulah kita seharusnya terutama kaum muda harus mencoba untuk tidak hanya melihat orang lain.
Tetapi mencoba mendalami secara sungguh-sungguh apa sebenarnya isi hati kita. Kemudian bertanya apakah hati dan nurani yang kita miliki sudah menunjukkan bahwa kita baik?
Oleh karena itu sebaiknya dari sekarang kita mengawali segala sesuatu dari diri sendiri. Membenahi dan menata hati agar kita menjadi manusia yang lebih baik. A.M.D.G.

Aloysius Donny P. / XIB / 6

ERIK_XIC/16 mengatakan...

Menanggapi pendapat Gestalt, menurut saya "kesatuan yang tidak terpisahkan" adalah pendapat yang tepat bagi kehidupan kita sekarang ini. Karena perilaku kita sangat terpengaruh dengan keadaan sekitar kita atau masyarakat yang akrab dengan kehidupan sehari-hari kita. Kita lebih baik tidak memulai untuk mengata-ngatain seseorang karena kebiasaan orang itu sering ikut-ikutan untuk ngatain orang yang sudah punya julukan, dan bila orang yang dikatain tidak kuat mental dia bisa mengalami perubahan sifat sedikit atau parah. Kita sebaiknya melihat dulu ke diri kita sendiri apakah kita sudah lebih baik dari orang lain sebelum memulai masalah terhadap orang lain.

Andrew Santoso mengatakan...

Saya pikir semua hal yang ada di dunia ini - baik kecil maupun besar memiliki atau ada hubungannya dengan hal-hal lain. Jadi, dengan ini saya pun mendukung teori Gestalt di mana dikatakan istilah kesatuan yang tidak terpisahkan. Suatu hal dapat "melahirkan" faktor yang mempengaruhi hal yang lain, dan lama-lama akan merambat dan membentuk suatu sistem yang terkoneksi dengan baik. Misalnya, seperti pada perang dunia, saat negara-negara menambah jumlah pasukan dan persenjataan mereka. Salah satu negara menguatkan diri, dan yang lainnya juga terseret (ada suatu hubungan) untuk menambah kekuatannya melalui militer. Nah, nantinya hal-hal seperti inilah yang membuat hubungan-hubungan menjadi kompleks.
Akan tetapi, contoh hubungan dan kejadian yang negatif pun tidak berarti tidak dapat diubah. Semua itu dapat diubah dari kesadaran moral dan iman diri sendiri, seperti apa yang dikatakan oleh Konfusius. Perubahan sikap dari diri sendiri dengan motivasi yang tulus akan melahirkan faktor-faktor yang cenderung dapat mempengaruhi hal lain menjadi lebih baik..

..Sekian

Albert Santoso
XIC/2

Andrew Santoso mengatakan...

Saya pikir semua hal yang ada di dunia ini - baik kecil maupun besar memiliki atau ada hubungannya dengan hal-hal lain. Jadi, dengan ini saya pun mendukung teori Gestalt di mana dikatakan istilah kesatuan yang tidak terpisahkan. Suatu hal dapat "melahirkan" faktor yang mempengaruhi hal yang lain, dan lama-lama akan merambat dan membentuk suatu sistem yang terkoneksi dengan baik. Misalnya, seperti pada perang dunia, saat negara-negara menambah jumlah pasukan dan persenjataan mereka. Salah satu negara menguatkan diri, dan yang lainnya juga terseret (ada suatu hubungan) untuk menambah kekuatannya melalui militer. Nah, nantinya hal-hal seperti inilah yang membuat hubungan-hubungan menjadi kompleks.
Akan tetapi, contoh hubungan dan kejadian yang negatif pun tidak berarti tidak dapat diubah. Semua itu dapat diubah dari kesadaran moral dan iman diri sendiri, seperti apa yang dikatakan oleh Konfusius. Perubahan sikap dari diri sendiri dengan motivasi yang tulus akan melahirkan faktor-faktor yang cenderung dapat mempengaruhi hal lain menjadi lebih baik..

..Sekian

Albert Santoso
XIC/2

note:
saya menggunakan account andrew, karena saya lupa password account saya..

Alfred mengatakan...

Memang benar segala sesuatu yang ada di bumi ini akan saling berhubungan. Tidak akan ada asap jika tidak ada api. Api tidak akan menjadi api jika tidak ada panas dan panas tidak akan terjadi jika tidak ada energi yang berpindah. Maka, segala sesuatu di bumi ini akan saling berhubungan

Pada kasus api ini juga, jika api kita biarkan, lama-lama api dapat melahap benda-benda lainnya atau kita kenal sebagai kebakaran. Dengan kata lain, setiap perihal yang ada di bumi ini akan berkembang dari hal yang kecil. Dengan demikian, untuk memperbaiki dunia haruslah berawal dari hal yang kecil.

Walaupun demikian, menurut saya resep Gestalt hanya merupakan sebuah idealisme. Dengan menyehatkan pribadi kita, mungkin kita dapat menyehatkan keluarga atau lingkungan sekitar kita. Akan tetapi, melihat keadaan masyarakat yang saat ini sangat kompleks, akan memakan waktu yang sangat lama jika hanya seorang manusia yang bekerja. Selain itu, lingkungan sekitar tempatnya tinggal belum tentu memberi dampak pada lingkungan lainnya. sebagai contoh adalah kita memiliki seorang tetangga yang atheis / tidak percaya kepada Tuhan. Di lain pihak, kita memiliki kepercayaan terhadap agama tertentu. Jika kita secara langsung mempengaruhinya, ia akan mengira kita terlalu ikut campur dengan urusannya. Dengan demikian, apa yang kita harapkan yakni menyehatkan kehidupan lainnya tidak tercapai.

Walaupun demikian, sebagai manusia kita tetap harus berusaha untuk menciptakan dunia sehingga menjadi lebih baik lagi. Walaupun semua ini hanyalah sebuah idealisme, manusia wajib mengejar impiannya sebab hanya mereka yang mempunyai mimpilah yang memiliki semangat untuk berkarya bagi dunia. Karena akan mustahil bagi seorang manusia untuk mengubah dunia secara keseluruhan, mulailah dari hal yang kecil yakni dari pribadi kita sendiri. Jika kita sebagai manusia tidak bisa mengubah diri kita sendiri, janganlah kita berharap dapat mengubah orang lain sebab diri kita sendiri yang kita kenal tidak dapat kita ubah apalagi orang lain yang kita tidak mengenal kepribadiannya sebaik mengenal diri kita sendiri sebab kita menghabiskan seluruh kehidupan kita ini, detik demi detik, menit demi menit serta tahun demi tahun dengan diri kita sendiri.

Alfred Susilodinata
XIE/3

cafa mengatakan...

Menata Hati :

Saya tidak setuju dengan paragraph ke-2 yang dikaitkan dengan prinsip Gestalt, menurut saya hanya membicarakan 1 orang saja tidak dapat bukti/perantara atau mediator untuk membicarakan semuanya. Apalagi hanya dengan membicarakan keburukannya. 1 contoh menurut saya; kisah aliran kehidupan Bunda Theresia apabila dikaitkan dengan perlakuan orang, pasti akan berbeda. Membicarakan kehidupan Bunda Theresia (seseorang, - red ) yang penuh cinta berarti membicarakan perlakuan masyarkat terhadap dirinya. Membicarakan perlakuan masyarakat berarti membicarkan perlakuan masing – masing kita. Apa iya? Tidak semua orang di dunia itu tulus hatinya, dan baik tingkah lakunya . Setiap orang itu beda, baik dari segi fisik, dan rohaninya, hal itu juga berlaku pada bayi yang kembar siam.
Prinsip Gestalt menurut saya ingin menggabungkan 1 hal dengan hal yang lain, 1 kejadian tidak bisa dengan kejadian yang lainnya. Begitu juga dengan dosa, 1 dosa yang kita buat pasti ingin kita tutupi dengan dosa yang lain, sehingga setiap hal itu berhubungan.
Menurut saya, ajaran pada Yesus pada Injil Matius 7: 12 ( “ Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka ), dapat dipakai sebagai penyempurnaan pendapat Konfusius.Saya mendapat 1 pelajaran baru dari Konfusius, kalau semuanya harus dimulai dari diri sendiri dahulu. Contoh, untuk mencegah banjir di Jakarta, kita tidak harus menunggu pemerintah, dinas kebersihan, dll, berindak, tapi dimulai dari diri kita dulu untuk membuang sampah pada tempatnya




RIZKY - 11A - 17

Unknown mengatakan...

Saya sangat setuju dengan prinsip yang disebut Gestalt, yaitu kesatuan tidak terpisahkan. Kita harus memulai segala sesuatunya dari kecil baru kemudian lama kelamaan dengan sendirinya akan menjadi besar. Untuk memulai hal kecil tersebut, kita harus menata hati diri kita sendiri terlebih dahulu. Bukan berarti kita harus memikirkan kepentingan diri sendiri terlebih dahulu baru memikirkan kepentingan orang lain. Intinya, kita harus memulai sesuatu dari diri kita sendiri terlebih dahulu, sebelum menyuruh orang lain.


James Hidayat
XIE/24


26 September 2008

Mr. Mix mengatakan...

Menata diri sendiri memang hal yang paling pertama untuk kita lakukan sebelum menata orang lain. Dengan menata diri sendiri ini, kita bisa mengetahui mana yang baik dan buruk dari diri kita sendiri. Menata diri itu penting, karena jika kita tidak bisa menata diri sendiri, bagaimana mungkin kita bisa menata yang lain, kalau kita sendiri tidak mampu menata diri sendiri.

Menata hati bukan berarti kita lebih mengutamakan diri sendiri. Orang lain juga harus kita utamakan; tetapi sebelum kita bisa menata orang lain, kita harus mulai dari pribadi masing-masing.

Intinya, kita mulai dari diri sendiri, baru setelah mantap kita menata lingkungan kita.

Adrianus Steffan
XI-E/1

Leo Nugraha mengatakan...

Leo Nugraha / XI-B / 29


Saya setuju dengan pendapat konfusius tentang teori Gestalt.


Kita harus mulai memeriksa sesuatu dari diri kita terlebih dahulu. Seringkali dalam masyarakat kita mengomentari kelemahan orang lain tanpa sadar akan kelakuan sendiri.


Karena itu dikenal istilah introspeksi diri terlebih dahulu, supaya kita bisa meninjau kondisi pribadi barulah setelah itu boleh mengomentari orang lain. Bila diri kita baik (secara lahir dan batin), sehingga hal ini dapat menyebar ke seluruh anggota keluarga. Anggota keluarga menyebar ke masyarakat berikutnya ke negara dan dunia.


Dengan ini telah dibuktikan tentang kebenaran teori tersebut.

daniel daniarta mengatakan...

Memang masyarakat dunia semakin hari semakin sakit, kaum hedonis, junkies bohemian, homoseks, megalomaniac, lesbi, pedophilia, mutilasi, pembunuh serial, transvetitisme, dll.

Saya setuju dengan teori gestalt yaitu bahwa kesatuan tak terpisahkan anatara pribadi dengan lingkungannya.

Obatnya ada di dalam tiap pribadi masing2. Kenapa bisa muncul sosok seperti Ryan?? ini disebabkan karena kita hidup dalam komunitas dimana hal yang saya sebutkan diatas merupakan hal yang lazim.

Andaikan tiap pribadi memilikki hati yang tertata rapi tentunya mental warga dunia ini tidak seperti sekarang dan dunia sekali lagi menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali.

Le0nard mengatakan...

Saya setuju dengan teori tersebut. Kita merupakan satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan kita sakit, maka rasa sakit tersebut akan mempengaruhi tubuh kita.

Jadi, untuk memperbaiki kerusakan (keburukan) tersebut harus dilakukan dari hal yang kecil sekalipun. Karena, apabila tidak dari hal kecil, maka hal tersebut tak menutup kemungkinan untuk berubah menjadi yang masalah yang lebih besar.

LEONARD
XI-D/25

Chelfia Semarang mengatakan...

"Menata Hati" sungguh dua kata yang singkat, padat, menyentuh sekaligus perlu direnungkan..krn kesadaran manusia atas kehidupan pribadi dan dirinya sendiri kadang-kadang terlupakan oleh kemampuan untuk mengubah orang lain..namun di balik semua itu, yg terpenting dan hakiki adalah keMAUan tuk mengubah diri sendiri dengan MENATA HATI menuju Sang Khalik...

HASRAT UNTUK BERUBAH

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal,
Aku bermimpi ingin mengubah dunia.
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,
Kudapati bahwa dunia tak kunjung berubah.
Maka cita-cita itu pun agak kupersempit ,
Lalu kuputuskan hanya untuk mengubah negeriku,
Namun, tampaknya hasrat itu pun tiada hasil.
Tatkala usiaku makin senja,
Dengan semangatku yang masih tersisa
Kuputuskan untuk mengubah keluargaku,
Orang-orang yang paling dekat denganku.
Sayangnya, mereka pun tak mau diubah.
Kini, sementara aku berbaring menunggu ajal menjelang,
Tiba-tiba kusadari :
Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,
Maka dengan menjadikan diriku sebagai teladan,
Mungkin aku bisa mengubah keluargaku.
Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,
Bisa jadi aku pun bisa memperbaiki negeriku,
Kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah dunia.
(Tulisan di sebuah makam di Westminster Abbey, Inggris, 1100 Masehi)

chelfia-smile

Rafa mengatakan...

Prinsip Gestalt ini membuka mata saya terhadap apa yang diperlukan untuk keberlangsungan suatu kelompok yang lebih besar. Prinsip Gestalt ini meyakini saya bahwa setiap individu memiliki peran mereka masing masing dalam kelompok sebagai individu yang unik sehingga dengan dibetulkannya setiap individu, setiap kelompok bisa berjalan dengan lancar. Pemikiran yang seperti ini yang terdapat dalam prinsip gestalt ini sungguh-sungguh memerankan apa yang diartikan sebagai kepemimpinan diri sendiri agar bisa memimpin kelompok. Oleh karena ini, saya berharap kedepannya saya dan individu-individu yang lain bisa membetulkan diri sendiri agar bisa memimpin kelompok dengan lancar.

Rafael Darian Kapuangan XI-1/32

Ernestus Revan Yogantara Arjuna mengatakan...

Menurut saya, prinsip Gestalt ini sangat relevan dengan masalah-masalah yang sedang ada. Salah satu fenomena / sikap yang saya sering jumpakan saat problem solving adalah melihat masalah hanya dengan 1 sudut pandang. Walaupun demikian, banyak sekali masalah yang ada di dunia modern berlaku dan berpengaruh ke sekian banyak pihak. Misalnya perang antara Rusia dan Ukraina tidak hanya melibatkan ke-2 pihak tersebut, namun dampaknya dirasakan sampai dunia internasional dalam perihal sosial-politik, ekonomi, dan lainnya.

Prinsip Gestalt ini menurut saya adalah pendekatan yang cocok untuk menghadapi masalah ini. Dengan kita sebagai manusia mengenal lebih banyak akan aksi kita, terutama bahwa aksi kita berpengaruh kepada sekian banyak orang, maka akal-budi dan terutama hati nurani kita dapat lebih terlatih untuk melihat semua sudut pandang. Dan dari itu, maka kita dapat mengambil pilihan / aksi terbaik yang tidak merugikan pihak siapa pun serta memperluas sudut pandang kita akan dunia. Akan hal-hal apa saja yang baik dan buruk, hal-hal apa saja yang untung dan rugi, dan aksi apa yang kita perlu ambil.

Ernestus Revan Yogantara Arjuna / 11-3 - 12 / CC '25