31 Januari, 2009

Hubungan Intim dan Kesetiaan

"Hubungan intim dan kesetiaan kait-mengkait. Hubungan intim hanya dapat tumbuh dan berkembang subur jika ada komitmen. Dari sini muncullah ucapan, Memadu jiwa dan raga. Sedemikian banyak pemikiran dan omongan tentang seks hanya berpusat pada segi jasmaninya saja. Di lain sisi kita harus berpikir bahwa seksualitas merupakan komponen sedemikian dasar pada kepribadian kita. Apabila kita melupakan segi emosional dan spiritualnya, langkah ini pastilah merugikan. Untuk memenuhi perintah Yesus....'Cintailah satu sama lain, seperti halnya Aku mencintai engkau, kalianpun harus saling mencintai' (Yohanes 13: 34), sasaran kita adalah belajar cinta tanpa syarat atau tanpa ketentuan-ketentuan, tanpa tali terikat di tempat lain, bulat tanpa sudut tanpa segi. Cinta yang sedemikian tak bersyarat itu dapat dipelajari dalam hubungan setia dan abadi di mana tubuh dan jiwa lengkap-melengkapi dan dukung mendukung."

(Sumber: Christopher Gleeson, S.J, Menciptakan Keseimbangan, Mengajarkan Nilai dan Kebebasan, Jakarta, Gramedia, 1997, hlm. 99)

55 komentar:

alberthutama mengatakan...

Menurut saya, hal itu benar sekali. Setiap ada orang yang berbicara tentang seksualitas, orang spontan memikirkan secara jasmani saja. Tetapi, dibalik 'seksualitas' sendiri mengandung makna suci yang tidak mudah kita lakukan, seperti kita membalikkan telapak tangan. Dengan seksualitas, kita dapat menghasilkan keturunan sesuai kehendak Allah pada kitab Kejadian. Tidak hanya sekedar berhubungan badan, kesetiaan pun dituntut. Kita semua terutama yang beragama Katolik dituntut untuk setia pada pasangan. Karena jika kita hanya melakukan seksualitas tanpa kesetiaan, apa bedanya kita dengan binatang yang menggunakan insting.

Andre mengatakan...

Menurut saya hubungan intim adalah salah satu cara menunjukkan kesetiaan kita. Jika kita setia pada pasangan kita, kita hanya akan melakukan hubungan seksual dengan pasangan kita. Dengan demikian, kita semakin memahami pasangan kita dan mau menerimanya apa adanya tanpa adanya paksaan, melainkan tulus dari dalam lubuk hati yang paling dalam.
Oleh karena itu, tercapailah cinta tanpa syarat yang diperinthkan Yesus kepada kita, umatNya.

rerez mengatakan...

Pada dasarnya kita manusia memiliki banyak keinginan. Dan salah satunya adalah dengan melakukan hubungan seks dengan orang lain. Namun seperti yang telah ditulis segala sesuatunya tidak dapat dilakukan secara hanya melihat dari kepuasan jasmani. Kita juga sebagai manusia yang beriman harus tahu bahwa ada banyak hal yang harus dipikirkan.
Maka kita harus bertanggung jawab atas perbuatan kita baik secara fisik karena ketika kita hanya seenaknya melakukan sesuatu kita hanya memperburuk diri kita sebagai Citra Allah
REinaldo Arifin / xi-b / 35

Le0nard mengatakan...

Melihat hal tersebut, saya jadi teringat sebuah kutipan Things that money can't buy, yang salah satunya berbunyi "It can buy you sex, but not love". Memang benar ungkapan tersebut bahwa seks dapat dibeli dengan uang dan cinta tidak. Maka dari itu, dalam seksualitas hendaknya kita juga menyadari keberadaan cinta yang tulus dan setia antara seorang laki-laki dan perempuan, dan Yesus pun berfirman demikian. Karena cinta sejati tak hanya memiliki, tetapi juga MEMBERI!

LEONARD
XI-D/25

Unknown mengatakan...

Bagi saya, pandangan masyarakat dunia sekarang ini bahwa hubungan intim adalah hubungan yang dilihat sisi jasmaniahnya saja salah. Bukan berarti hubungan intim tidak ada sangkut pautnya dengan jasmani tetapi, rata-rata orang memang melupakan sisi kerohaniannya.
Saya rasa, hubungan intim yang baik memang hanya dapat terjadi karena kesetiaan. Hubungan intim tanpa adanya kesetiaan dan komitmen seperti manusia tanpa akal budi. Tanpa kesetiaan dan komitmen, hubungan intim manusia tidak berarti. Di balik hubungan intim, tersimpan suatu rahasia emas yang dapat membentuk individu baru. Tanpa ada kesetiaan dan komitmen, hubungan intim hanyalah sebuah dosa besar yang merugikan banyak pihak. Misalnya hubungan intim tanpa kesetiaan menghasilkan anak yang tidak diinginkan, menghancurkan harga diri, dll. Maka, kesetiaan ini sangat penting dalam hubungan kita untuk menunjukkan sisi "manusia" kita dimana kita sebagai menusia memiliki pikiran, akal budi, dan perasaan agar dapat melakukan segala sesuatu, termasuk hubungan intim dengan baik sesuai kehendak-Nya
Dhani.P XIC/13

aron mengatakan...

hubungan intim dan kesetiaan...
2 hal yang tidak dapat dipisahkan menurut saya,karena bagi mereka yang berhubungan secara intim secara tidak langsung akan menuntut keduanya untuk saling setia(dalam hubungan yang wajar,suami-istri misalnya).
Tentu saja kedua hal itu tak lepas dari 'seksualitas' yang menjadi faktor kunci penentu hubungan tersebut.Banyak yang berpendapat bahwa seksualitas hanya sebagai pemuas jasmani saja,padahal lebih kompleks...Suami yang bisa memuaskan istrinya dan istri yang puas atau dapat memuaskan suaminya barulah dikatakan sebagai suami-istri yang setia.

Christian Aron XIF/10

candidate cxx- persevere mengatakan...

The basic instinct of a person is to live, and in order to fulfil that instinct a person will be needed to have sex.....
But,To having sex is different with Making Love and way more dissimilar with just To slept with or to do sexual action


Perbedaan dari semuanya adalah tingkat kesetiaan dari persoalan hubungan badan yang dilakukan.

Bila kita melakukan hubungan sex tanpa adanya hasrat melindungi, atau tanpa adanya kesetiaan..

hmm.....

Apa bedanya dengan binatang?

que sara sara

Febrian mengatakan...

Tuhan menciptakan kehidupan seksual bagi manusia sebagai tambahan dari kehidupan perkawinan, bukan sebagai inti.
Seperti pernyataan di atas, seks tidak dapat dinilai dari sisi kepuasan jasmani saja, melainkan ikrar kesetiaan dan kesatuan seseorang terhadap pasangannya.

Tuhan memberikan seksualitas kepada manusia untuk beranak cucu,sedangkan kepuasan jasmani adalah 'bonus'. Bila 'bonus' tersebut yang kita terus cari dan melupakan tujuan utama, seksualitas menjadi tabu dan dianggap tidak sesuai dengan norma2 yang ada (seperti yang terjadi pada penyalahgunaan obat bius).

Di dunia dewasa ini, kehidupan seksual adalah inti dari kehidupan perkawinan, sehingga dengan mudah seseorang berganti kesetiaan karena menemukan orang lain yang lebih memuaskan secara seksual dibandingkan pasangannya saat ini.
Hal ini mengakibatkan fungsi seksualitas sebagai pemersatu dan bukti kesetiaan berubah menjadi pemecah kehidupan perkawinan karena penyalahartiaanya.

Semoga masyarakat dapat tetap menyadari makna seksualitas sebenarnya dan memperlakukannya dengan sepantasnya, tidak selalu dikonotasikan negatif seperti sekarang ini.

-Febrian Sidharta XI C/18-

Ricky Kristanda mengatakan...

Betul sekali pendapat dalam artikel di atas bahwa hubungan keintiman harus diawali dengan komitmen untuk saling setia satu dengan yang lain. Keintiman (seksualitas) harus didasari oleh rasa cinta dan saling menerima lebih dahulu. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan ciptaan yang lain, dikaruniai akal budi sehingga manusia mampu saling mencintai dan setia serta mampu mengendalikan hawa nafsu. Tidak berbeda dengan manusia, binatang juga melakukan hubungan keintiman. Yang membedakan manusia dengan hewan adalah dasar dari hubungan keintiman itu sendiri. Hewan dalam melakukan hubungan keintiman tidak selalu dengan satu individu saja. Melainkan berganti-gantian. Sementara manusia dengan dasar rasa saling setia, Tuhan mengharapkan hanya melakukan hubungan keintiman hanya dengan satu individu. Sehingga dengan demikian, tujuan dari hubungan intim tersebut yaitu saling melengkapi satu dengan yang lain dalam segala hal (jasmani dan rohani) dapat terwujud. Dengan demikian kasih dan rasa cinta akan tumbuh satu dengan yang lain dan hubungan keintiman itu pun bukan hanya untuk nafsu belaka.

RICKY KRISTANDA (XI D /33)

Yohanes Wirawan Putranto mengatakan...

Menurut saya, hal itu cukup benar.
Cinta yang hanya jasmaniah, sangatlah tidak cukup. Segi emosi haruslah dikembangkan dan itu dapat ditunjukan dengan rasa perhatian kita kepada pasangan kita, keluarga kita, handai taulan maupun orang yang tidak kita kenal.
Cinta yang memandang semuanya sama, merupakan cinta yang abadi, kekal dan tak tergoyahkan. Cinta yang didapat karena suatu faktor, suatu saat pastilah akan hancur. Jika kita mencintai hanya jasmani, dan tanpa perasaan, bukankah kita sama dengan binatang???
Oleh karena itulah, sebagai manusia, haruslah kita memiliki perasaan dalam mencintai.

Yohanes Wirawan Putranto
XI C / 40

Daniel Christian mengatakan...

Berbicara mengenai hubungan intim (seksualitas) seringkali dihubungkan dengan persoalan jasmani saja. Namun, jika kita menyimak lebih jauh lagi, psikologis dan rohani seseorang juga ikut berperan di dalamnya. Benarlah jika dikatakan, hubungan intim merupakan pertanda cinta dari seseorang kepada orang lain. Melalui hal itu pula, dituntut kesetiaan seseorang kepada orang lain pula, sebagai tanda cintanya, namun melalui cara yang lain. Tuhan juga menuntut adanya kesetiaan dalam berumah tangga untuk dapat mencapai rumah tangga yang harmonis, sejahtera, dan memuliakan Tuhan.
Kesetiaan adalah hal mutlak yang dituntut dari setiap pasangan seumur hidup mereka.

dito mengatakan...

Menurut saya,di dalam kehidupan sehari-hari jika kita berbicara hubungan intim itu yang pertama kali kita pikirkan hanyalah hawa nafsu yang menggebu-gebu dan kenikmatan jasmani.Namun jika kita lebih mencermati lebih dalam lagi,hubungan intim juga menyangkut psikologi dan perasaan,seperti hal nya kesetian.kesetian merupakan contoh salah satu bentuk cinta tanpa syarat atau hanya keinginan nafsu belaka.Maka kita ahrus lah setia pada pasanagan masing-masing,dan perlakukan lah ia sebaik-baik mungkin.Jika kita a melakukan hubungan sex tanpa adanya hasrat melindungi, atau tanpa adanya kesetiaan,bukankah kita hanya akan seperti binatang yang tidak diberi akal pikiran.Maka dari itu kesetian sangat penting dalam menjaga hubungan kita dengan pasangan.Ataukah kita mau dianggap seperti hewan??


Anindito Bayhaqie XIE/4

Wain XIE mengatakan...

Menurut pendapat saya, Hubungan intim bisa menjadi salah satu bukti dari kesetiaan. hubungan seksual dapat dilakukan apabila kedua belah pihak memang bersedia untuk melakukannya. Seksualitas adalah sesuatu yang penting dalam perkawinan karena dengan itu maka pasturi tersebut memiliki keinginan untuk membuat keturunan. dengan adanya keturunan, dalam hal ini bisa kita sebut dengan anak, terkadang kali anak bisa mencairkan suasana yang tegang. selain itu juga anak dapat dijadikan alasan sesorang untuk tetap setia kepada pasangannya. ketidakpuasaan dalam berhubungan intim juga tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak setia pada pasangannya. oleh karena itu hubungan intim dan kesetiaan mempunyai hubungan yang sangat erat.
Kevin aditya XIE/28

Dawin mengatakan...

Hal itu benar , bahwa hubungan intim tak mengacu pada kepuasan fisik semata , melainkan juga kebahagiaan secara emosional dan psikologis . Yang terpenting dari hubungan intim suami istri itu sendiri adalah memberikan kebahagiaan satu sama lain dengan menggunakan sarana yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia itu sendiri . Sudah seharusnya fisik kita , manusia digunakan sebaik-baiknya untuk membahagiakan orang lain dan hal ini sangat terlihat dalam hubungan intim suami istri . Sayangnya , sekarang banyak yang memberi arti negatif dari hubungan intim yang memberi kepuasan fisik semata , misalnya melalui hubungan tidak sah atau pelacuran , padahal pada hakekatnya sendiri , hubungan intim pria-wanita itu adalah salah satu ritual yang menggambarkan kebesaran desain manusia yang dibuat Tuhan . Sehingga , memang dalam hubungan intim yang harmonis , dibutuhkan perasaan cinta yang sinkron antara suami dan istri yang tidak ditutup-tutupi atau dihalangi oleh sesuatu , sehingga kebahagiaan bisa tercapai dalam hubungan intim , baik secara fisik maupun emosional .

Dawin XIE/13

Melvin mengatakan...

secara umum saya setuju, tapi yang bersangkutan dengan komitmen, saya sendiri membaginya menjadi 2. komitmen jangka pendek dan jangka panjang. untuk yang jangka pendek adalah yg melakukan tanpa perkawinan, sedangkan untuk jangka panjang adalah suami istri yang menikah disatukan oleh janji setia perkawinan.

untuk lebih tepatnya, kita bukan melupakan, namun sering tidak kita sadari. kita menyadari apa yang sedang kita rasakan. tentu saja yang melakukan hubungan intim tidak melupakan segi emosional dan spiritual.

Cinta tanpa syarat kalau saya interpretasikan sendiri, adalah perasaan mencintai tanpa melalui hubungan intim. apabila ini terjadi, maka pasangan itu tidak akan terceraikan.

semoga ini terjadi terhadap pasangan di dunia ini..

Alfred mengatakan...

Memang adalah benar jika hubungan intim dan kesetian saling terkait satu sama lain. Hubungan intim tanpa kesetian adalah hampa sebab tidak ada kehidupan dalam ikatan perkawinan tersebut. Sebab, mereka yang melakukan ikatan tanpa kesetiaan hanya menginginkan kesenangan belaka. Hidup yang selamanya senang tidaklah baik sebab kita akan melupakan Allah pencipta kita di kemudian hari. Dalam hal ini berarti kita dapat merusak ikatan perkawinan yang telah disatukan oleh Allah.

Maka, ikatan yang hanya mengedepankan hubungan intim bagaikan kotak kosong. Kesetiaan bagaikan air yang mengisi kotak tersebut. Dengan terisinya air, kotak tidak akan berbunyi nyaring bagai peribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Di lain pihak, air tanpa sebuah wadah adalah tidak berarti. Maka, perlu sebuah wadah yang menampung air tersebut. Dengan demikian, kesetian dan hubungan intim akan saling terkait sebab hubungan intim semata tanpa sebuah kesetiaan tidaklah baik dan kesetiaan tanpa sebuah hubungan intim tidak akan berarti apa-apa sebab tidak ada yang perlu untuk dipertahankan atau dapat dikatakan komitmen perkawinan.

Selain itu, manusia tidak akan menjadi manusia seutuhnya tanpa sebuah cinta. Cinta hanya dimiliki oleh manusia dan menjadikan manusia adalah manusia yakni citra Allah yang menjadi wakil Allah di dunia. Maka, jika cinta dapat menjadikan kita seutuhnya sebagai manusia, cinta haruslah diperjuangkan di setiap saat, setiap waktu, dan setiap tempat terutama dalam ikatan perkawinan yang telah disatukan oleh Allah sendiri.

Alfred Susilodinata XIE/3

WaroengLordz mengatakan...

Hubungan intim yang dilakukan tidak berarti juga ada kesetiaan,Mengapa? Karena mungkin saja hanya hubungan ini yang ingin dicapai tetapi setelah bosan akan ditinggalkan, dan juga seperti PSK, mereka melakukan huubungan ini, tetapi tidak ada rasa setia sedikit pun.
Namun, apabila mereka sudah saling setia pasti mereka akan berusaha melakukan hubungan intim ini sebagai rasa kesetiaan mereka dan juga demi mewujudkan kewajiban mereka sebagai partner Allah.

Unknown mengatakan...

Hubungan intim harus disertai dengan cinta dan kesetiaan. Hubungan intim tidak hanya berarti hubungan secara jasmani, namun juga merupakan penyaluran cinta dan kesetiaan. Hubungan intim yang hanya didasari oleh nafsu jasmani tanpa cinta tidak akan berarti apa-apa karena yang Tuhan mau adalah hubungan yang penuh cinta dan kesetiaan.

Jovian J. / XI-D / 22

kevinepe mengatakan...

Hubungan intim adalah hal yang kerap dilakukan oleh dua orang insan yang saling mencinta. Namun, seringkali hal ini hanya dipandang dari sisi "nikmatnya" saja, tanpa memerhatikan sisi lainnya. Pada dasarnya, hubungan ini dilakukan untuk menyatakan rasa sayang diantara kedua belah pasangan dan semakin mempererat hubungan, tentu didalam suatu pernikahan. Tapi, justru hubungan ini sering dilakukan tanpa niat untuk setia dengan pasangan, dengan kata lain hanya nikmatnya saja dan habis manis sepah dibuang. Ironis memang, tapi inilah fakta yang terjadi di tengah masyarakat kita.

Kevin Eka Putra
XI F / 28

G.A.B.E mengatakan...

Tanpa ragu-ragu, saya setuju dengan pendapat artikel di atas. Komitmen memanglah hal yang terpenting di dalam pernikahan dan komitmen-lah yang membuat perkawinan mempunyai sebuah arti yang besar. Pasangan baik suami istri ataupun berpacaran harus bisa mencintai satu sama lain bukan dari segi jasmaninya, tetapi mereka juga harus mencintai dari segi emosional juga. Kita tidak boleh hanya mencintai seseorang karena ia terlihat cantik atau tampan tanpa mengetahui sifatnya. Cinta-cinta yang seperti itu tidak mungkin berlangsung untuk waktu yang lama. Biasanya cinta ini akan berakhir apabila salah satu pasangan sudah merasa bosan atau merasa terganggu oleh kelakuan si pasangan. Wajar, karena hanya dilihat dari sisi luarnya saja.

Jaman sekarang ini kita sering mengetahui peristiwa kawin muda ataupun remaja yang melahirkan. Hal ini bisa terjadi karena ke-2 pasangan lebih mengutamakan seks daripada kebahagiaan. Mereka tidak berpikir lebih lanjut mengenai akibat dari perbuatan ini. Dan lebih parahnya lagi, kehamilan akan membawa aib bagi pasangan dan keluarganya sendiri, sehingga banyak pasangan yang memilih aborsi (yang dilarang agama) satau menitipkannya kepada panti asuhan. Apabila mereka berpikir lebih rasional. mereka akan menunggu lebih lama untuk melakukan hubungan seksual, setidaknya di dalam usia nikah dan pikiran mereka sudah lebih matang dan dewasa.

Di masa sekarang ini orang-orang lebih mempermasalahkan kehidupan seksnya daripada sifatnya. Apabila hubungan seksnya tidak bagus, maka hubungan dengan pasangannya pun juga tidak akan bagus. Sebenarnya bukan begitu! Pasangan yang benar-benar saling mencintai akan melakukan seks karena mereka ingin menjalin suatu ikatan yang semakin erat di antara mereka. Di mana dalam hal ini merupakan mempunyai anak. Keberadaan anak akan semakin mempererat hubungan orang tua dan membuat keluarga semakin bahagia. Dalam hal ini seks lebih berfungsi sebagai pendukung untuk mempererat eratnya hubungan ke-2 pasangan, tetapi ke-2 pasangan pun juga bisa tetap bahagia meskipun tanpa hubungan seks ini apabila mereka saling mencintai dari dalam hati nurani.

By :
Gabriel Alexander XIE 21

Jason Suteja (Teja) mengatakan...

Dewasa ini, kita sudah memasuki era globalisasi. Seiring dengan masuknya era tersebut, maka berbagai kebudayaan dari luar pun telah masuk dan mempengaruhi kebudayaan aslidari dalam negeri. Pengaruh tersebut bisa berdampak positive maupun negative. Contohnya; jaman sekarang sudah sering terjadi berbagai pasangan anak muda yang melakukan hubungan coitus di luar nikah. Padahal jika seseorang telah melakukan hubungan coitus dengan pasangannya, itu menandakan bahwa mereka sudah siap berkomitmen dan siap untuk bertanggung jawab. Namun, jika hubungan tersbut dilakukan sebelum nikah, maka tidak akan ada janji - janji yang bisa mengikat kedua pasangan itu dan mereka bisa dengan mudah untuk melepaskan tanggungjawab yang seharusnya mereka tanggung.

Jason Suteja (Teja)
XI A/13

Ten No Michi mengatakan...

LEO NUGRAHA / XI-B / 29

Membaca artikel tersebut, saya setuju dengan adanya komitmen dan kesetiaan dalam hubungan seksual.
Menurut pendapat saya,seksualitas sendiri erat kaitannya dengan kesetiaan. Pasalnya dalam Katholik, kita mengenal perkawinan yang sifatnya monogam. Dengan kata lain seksualitas atau hubungan badan yang dilakukan juga bersifat monogam, yang artinya 1 orang satu pasangan saja. Tujuannya agar kita saling menghargai pasangan kita dan kita tak dikendalikan oleh nafsu birahi. Kita harus ingat kalau kita bukan hewan yang selalu ganti - ganti pasangan manakala merasa bosan.

Meski secara teori mudah diucap, namun manusia sulit mewujudkan praktiknya. Pasalanya banyak kita lihat di TV kasus cerai selebritis yang kian hari kian bertambah. Hal ini menandakan minimnya kesetiaan mereka terhadap pasangan mereka. Yang tidak habis pikir mengapa sebelum kawin (hubungan badan) mereka masih bisa setia, sedangkan setelah kawin kesetiaan itu seakan sudah lenyap seperti menjadi abu? Apakah perkawinan dewasa ini hanya menjadi simbol belaka? Ataukah kesetiaan mereka hanya sebatas sampai di hubungan badan?

Fransiskus Raymond mengatakan...

Seseorang yang mengikatkan diri dalam suatu borgol pernikahan tentunya selalu berpikir untuk memulainya di ranjang perkawinan.

Ranjang merupakan tempat persemaian sehingga sebagai penabur, kita menyebarkan 'benih' kita dalam 'pori-pori tanah' lawan kita sehingga dicapai kepuasan jasmani dan rohani.

Kalau kita memperbaiki tatanannya, maka pernikahan mengawali perkawinan. Sehingga, orientasi awal tetap pada tujuan pernikahan yakni adanya suatu keturunan. Kepuasan merupakan hal lain yang dicapai secara tidak langsung melalui orgasmus pihak yang terlibat.

Demi terjalinnya kekekalan hereditas, maka kita harus menerapkan prinsip kesetiaan dalam hubungan intim pasutri. Kedua belah pihak saling menerima, saling memberi, sampai pada akhirnya baru bisa setia menerima dan setia memberi satu sama lain. Kebahagiaan inilah yang membuat kita sangat spesial, sebab dicapainya bukan karena kita bernafsu untuk merasakannya, melainkan kita bergairah untuk menjaganya.

Fransiskus Raymond
XIE/20

steven_licin mengatakan...

Menurut saya hubungan intim dan kesetiaan memang sangat berkaitan satu sama lain. Dalam berhubungan intim,setiap pasangan laki-laki dan perempuan harus memiliki kesetiaan,tanpa adanya kesetiaan,hubungan intim akan menjadi tidak sesuai tujuan yang diharapkan oleh Tuhan.
Dan mengengai 'cinta',saya berpendapat bahwa cinta itu adalah tak bersyarat dan butuh pengorbanan dari setiap orang. Untuk memperoleh ataupun memberikan cinta,setiap orang dapat memberikan dan memperoleh dari siapa saja tanpa ada aturan. Akan tetapi cinta juga membutuhkan akal sehat,sebab apabila cinta yang kita miliki tidak sehat,maka arti cinta itu hanyalah semu dan tidak baik untuk kehidupan setiap manusia.
Dalam persoalan hubungan intim dan kesetiaan,cinta yang sehat sangat dibutuhkan sebab tanpa cinta, arti dari hubungan intim dan kesetiaan tidak akan kita peroleh..malah kita hanya mengotori arti cinta itu sendiri.
Dalam hal ini kita dituntut untuk memberikan kesetiaan akan cinta terhadap seseorang. Jika seseorang hanya memikirkan kenikmatan seksualitas,maka kita dapat dianggap sebagai binatang yang kelaparan. Hal itu saya katakan sebab seksualitas adalah suatu hal yang suci dan patut kita pikirkan dalam jasmani dan rohani diri kita masing-masing.

STEVEN SOLICHIN XI F/39

janitra mengatakan...

Menurut saya, seksualitas tidak dapat dipisahkan dari kesetiaan, memang jika seorang laki-laki melihat seorang perempuan yang menarik,kemudian melihat perempuan lain yang juga sama menariknya, atau lebih, secara sadar atau tidak sadar, pasti laki-laki itu tergiur untuk melakukan seks dengannya, jika memang bisa. Namun disinilah muncul kesetiaan, jika ia sudah memiliki pasangan sendiri(istri), ia harus setia pada pasangannya, dan melakukan hubungan seks hanya dengan pasangannya sendiri, karena pada dasarnya, jika melakukan hubungan seks dengan seseorang yang bukan erupakan pasangannya, ia telah berzinah, ia telah melanggar salah 1 perintah Allah.

Ivanzz mengatakan...

Menurut saya, orang yang sudah berhubungan intim harusnya lebih setia satu sama lain, apalagi biasanya orang yang berhbungan intim (secara wajar) adalah orang yang sudah menikah, adapula yang mengatakan hubungan intim itu diperlukan untuk menjalin dan mempertahankan kesetiaan, oleh karena itu lah ada frase "Making Love" yang menjurus pada hubungan intim tersebut, dan artinya kurang lebih menjurus ke membuat cinta.
Ivan - XIB - 25

gunawan.cc mengatakan...

menurut saya, hubungan intim bukan hanya sebuah perlakuan yang didasarkan oleh nafsu dan juga tidak hanya berhubungan dengan jasmani. tetapi hal tersebut berhubungan juga dengan tuhan. dimana unsur kesetiaan sangat ditekankan. kita sebagai manusia yang merupakan makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna harusnya memiliki akal budi dan juga perasaan untuk tidak saling menyakiti satu sama lain melainkan menghargai satu sama lain. dan apabila kita tidak memiliki sikap seperti itu, maka apa bedanya kita dengan binatang?

A.D.K mengatakan...

manusia membutuhkan berbagai kebutuhan salah satunya hubungan lahiriah atau hunbungan tubuh untuk mendapatkan kepuasan namun seseorang harusnya lebih mengambil hal iu dalam segi positif tidak segi negatif saja. kita harus melihat itu menjadi hal untuk menunjukkan kasih sayang dan kesetiaan. sebagai seorang beragama kita harus setia pada satu orang saja yang menjadi teman hidup maka itu jika kita melakukannya hanya melihat segi negatif saja maka kita bukanlah manusia melainkan lebih hina dari binatang.

davine XIE?12

Christopher Albert mengatakan...

ya,benar sekali mengenai apa yang dikatakan Christopher Gleeson. seringkali manusia hanya memikirkan aspek duniawi. dimana hubungan intim dapat dilakukan setelah pernikahan. Padahal,bukan itulah makna dari perkawinan. Makan perkawinan adalah sebuah cinta kasih dan kesetiaan yang perlu dijunjung tinggi untuk mempertahankan perkawinan. Sejatinya, pernikahan merupakan sarana untuk pendidikan anak dan penerusan keturunan yang menjadi tujuan utama dari pernikahan

Christopher Albert mengatakan...

ya,benar sekali mengenai apa yang dikatakan Christopher Gleeson. seringkali manusia hanya memikirkan aspek duniawi. dimana hubungan intim dapat dilakukan setelah pernikahan. Padahal,bukan itulah makna dari perkawinan. Makan perkawinan adalah sebuah cinta kasih dan kesetiaan yang perlu dijunjung tinggi untuk mempertahankan perkawinan. Sejatinya, pernikahan merupakan sarana untuk pendidikan anak dan penerusan keturunan yang menjadi tujuan utama dari pernikahan

Christopher Albert Rusli / 11-F / 12

K mengatakan...

Benar sekali! Ah, sudah lama saya menunggu tulisan semacam ini.

Perubahan nilai-nilai di zaman modern ini membuat seksualitas berubah fungsi. Dari yang tadinya memberikan keutuhan cinta pada pasangan menjadi sekadar memenuhi kebutuhan biologis. Saya rasa pemahaman hubungan intim sebagai pemberian afeksi secara penuh kepada satu pasangan saja harus dimiliki banyak orang di zaman modern ini.

Bagi saya, hubungan seks yang dilakukan tanpa dasar cinta adalah dosa. Mengapa? Hubungan suami-istri adalah sesuatu yang luhur, yang hendaknya tidak dilakukan semata-mata hanya karena ingin merasakan kenikmatan jasmani. Bila dilakukan demikian, maka (para) pelaku telah menodai kesucian sesuatu yang luhur.

Kalau saya ibaratkan, hal ini seperti menyanyikan lagu kebangsaan. Seharusnya dilakukan dengan penuh rasa cinta dan bangga terhadap bangsa, bukan? Kalau lagu kebangsaan dinyanyikan sembarangan, itu merupakan sesuatu yang dianggap keterlaluan.

Aditya Kristanto
XI-A / 1

icewing mengatakan...

saya setuju terhadap hal hubungan intim tidak hanya memikirkan jasmani saja.Sebagai seorang pasangan suami-istri hendaknya yang diutamakan adalah kesetiaan untuk melawan tantangan-tantangan dari perkawinan yang telah dilakukan oleh kedua orang tersebut.Mereka telah mengikat kaul dengan Tuhan bahwa mereka sudah menjalani hidup sehidup dan semati.Oleh karena itu kesetiaan sangat diutamakan dalam menjaga kaul tersebut.Selain itu hubungan intim juga sangat perlu untuk melanjutkan keturunan dari pasangan tersebut.Tetapi menurut saya tetap yang terutama adalah kesetiaan bukan hanya sekedar melakukan hubungan intim saja

Jesen / XI-B / 27

Unknown mengatakan...

Pada dasarnya,hubungan intim itu sendiri didasari oleh pikiran,mental,dan spiritual
manusia karena apapun tindakan kita saat melakukan hubungan intim,baik sadar maupun
tak sadar,pasti didasari oleh gambaran,imaji,dan fantasi dalam otak kita sebelum me-
lakukan hubungan tersebut.Hubungan intim,selain itu seperti yang tertulis dalam ar-
tikel di atas,terkait erat dengan cinta dan komitmen.Cinta seharusnya,dan seyogyanya,
dijadikan dasar dalam melakukan hubungan intim.
Sehingga,pada akhirnya,ada korelasi yang erat di antara hubungan intim,mental,rasa
cinta,dan kesetiaan.

Kevin Dana XI A/15

steve edpin mengatakan...

Hubungan intim jika diartikan sebagai hubungan dekat antara pasangan lawan jenis, bisa diartikan sebagai 2 hal yang berbeda.
Yang pertama, adalah hubungan intim yang dilandaskan pada hasrat atau nafsu belaka. Hubungan ini hanya melulu mengacu pada hubungan seksual, tanpa mementingkan kasih sayang atau semacamnya, dan ini bisa digolongkan sebagai pelanggaran terhadap Perintah Allah, yaitu : Jangan Berbuat Zinah.
Dan yang kedua adalah hubungan intim yang dilandaskan pada rasa kasih sayang dan cinta. Inilah hubungan yang dapat kita lihat pada sebuah suami-istri dalam keluarga yang tentram. Mereka melakukan hubungan seksual atas dasar rasa kasih, dan untuk meneruskan keturunan, seperti yang diperintahkan oleh Allah sendiri: "Beranak-cuculah, dan bertambah-banyaklah"
Setelah mereka melakukan hubungan tersebut, mereka pun disatukan dalam kesetiaan ikatan perkawinan. Dan mereka merawat anak yang mereka hasilkan dengan penuh kasih sayang dan perhatian, sehingga terbentuklah keluarga yang bahagia.
Hubungan seperti inilah yang diharapkan oleh Allah terhadap kita, manusia.

kiel mengatakan...

Saya sangat setuju dengan pandangan di atas, bahwa keintiman harus dilandasi oleh rasa kesetiaan, janganlah nafsu dan hal jasmani yang menyelubungi keintiman antara pria dan wanita.
Bila ada komitmen antara pria dan wanita barulah hubungan intim dapat berinteraksi di antara keduanya. Tetapi bial tanpa adanya komitmen, hal ini dapat menyebabkan hal yang merugikan bagi keduanya.
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, dan tubuh manusia adalah sanggar suci Allah maka sudah kodratnya kita menjaga dan merawat diri kita sebaik - baiknya dan hanya melakukan hubungan intim dengan pasangan yang berkomitmen.

Yehezkiel XI D / 39

Ry0_W4t4n4b3 mengatakan...

saya setuju dengan pendapat di atas. sebab, seksualitas adalah anugrah Allah. Manusia bukanlah binatang, jadi manusia harusnya tahu akan batas dan aturan. Manusia merupakan citra Allah dan berbuat sesuai dengan firman-Nya.

Marvin
XIC/26

Wete mengatakan...

Pendapat saya adalah bahwa hubungan intim merupakan dimensi fisik sementara kesetiaan merupakan dimensi non fisik, yaitu psikis dan spiritual. Jadi keduanya menurut saya agak sulit untuk disatukan.

Intim dan setia menurut saya adalah hal yang jelas berbeda. Bila melakukan hubungan intim membutuhkan kesetiaan, maka hal itu tidak seratus persen benar. Buktinya dalam dunia ini banyak terjadi perselingkuhan dan cekcok sanasini mengenai 'kesetiaan' seseorang.

Namun, bila seseorang memiliki kesetiaan dan menaati kepercayaan imannya, maka hubungan intim hanya dapat dilakukan dengan adanya kesetiaan. Dan itulah yang kita semua cari di sini. Marilah kita tinggalkan perilaku primitif seperti binatang di mana mereka tidak memilih pasangannya dan asal main sana sini. Jadilah manusia yang lebih baik mulai dari sekarang.

william XID/37

Unknown mengatakan...

Hubungan intim dan kesetiaan memang saling berkaitan. Sebelum melakukan hubungan intim, berarti kita telah terlebih dahulu melakukan pernikahan. Dan, salah satu sifat pernikahan/perkawinan adalah suami istri berjanji untuk setia dalam keadaan manapun juga. Oleh sebab itu perkawinan yang merupakan simbol kesetiaan berkaitan erat dengan hubungan intim. Dengan melakukan hubungan intim, berarti pasangan tersebut telah siap menerima keturunan.

Sering kali, apabila kita berbicara tentang seks, pikiran kita hanya berpusat pada segi jasmani saja. Kita telah melupakan segi emosional dan spiritualnya. Di mata Tuhan, seks adalah suatu hal yang sangat suci dan tujuan utama dari seks adalah menciptakan keturunan, bukan untuk kenikmatan sesaat.

James Hidayat
XI-E / 24

Unknown mengatakan...

Keintiman atau hubungan intim yang sering kita sebut dengan seksualitas menurut saya adalah hal yang alamiah bila diinginkan manusia, pria dan wanita dari berbagai golongan umur.
Namun disinilah iman kita dilihat, untuk mengendalikan nafsu tersebut adalah hal yang tersulit.
Manusia berbeda dengan ciptaan Tuhan lain, karena kita dikaruniai dengan akal dan budi. Disinilah kita menggunakan karunia tersebut untuk mengendalikannya dengan cara sebagi pengait atau pengantara dengan kesetiaan kita. Tuhan mengajarkan kita untuk mencintai tanpa syarat tanpa syarat sehingga terjalinlah kesetiaan. Disinilah akal budi bekerja sebagai penggerak kesetiaan yang berbeda dari binatang.
maka sebagai manusia ciptaan Tuhan, baiklah keintiman tersebut dilakukkan pada pasangan yang kita cintai saja dengan kata lain saling setia bagi tiap-tiap individu.

Antonius Richard / XI-E/5

HEHEHEHE mengatakan...

Menurut saya, bacaan di atas sangat benar. Kita semua diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling luhur, memiliki akal dan budi. Seksualitas yang dipandang hanya pemuas hawa nafsu adalah dosa bila dilakukan. Seksualitas adalah sarana yang diberikan Tuhan agar manusia tidak punah. Hubungan seks harus dilakukan atas dasar cinta, kesetiaan, dan tanggung jawab. Bila tidak, maka kita tidak lebih dari binatang.

Fransiskus Kevin Prasetya XI D/16

Balthus mengatakan...

Menurut saya, dalam masalah ini, yang paling penting adalah CINTA. Karena jika kita benar-benar tulus mencintai seseorang, kita pasti akan setia pada orang itu, tanpa perlu adanya hubungan intim. Tetapi hubungan intim sendiri juga harus dilakukan oleh pasangan suami istri atas dasar cinta dan kesetiaan. Karena sebenarny hubungan intim bukan sekedar pemenuhan kebutuhan biologis saja, melainkan salah satu simbol cinta dan kesetiaan sepasang suami istri.

Balthasar Sebastian
XI-E/8

Unknown mengatakan...

Menurut saya hubungan intim adalah suatu hubungan yang tak hanya sekedar hubungan jasmani. Di balik itu semua ada suatu makna yang sangat penting dari hubungan sex. Hubungan badan membutuhkan yang namanya kesetiaan. Jadi hanya dengan wanita yang sudah kita pilih itulah kita melakukan hubungan badan. Tidak dengan wanita lain. Unsur kesetiaan inilah yang sampai saat ini masih ada yang tidak memperhatikan. Kebanyakan orang melakukan sex hanya memikirkan unsur jasmani saja. Tetapi tidak memperhatikan kesucian dari hubungan badan itu sendiri.
Gio/XI-F/22

Unknown mengatakan...

Saya sangat setuju dengan hubungan intim yang harus dilandasi dengan kesetiaan.Bila melakukan hubungan intim dengan pasangan hidup(suami/istri)maka harus dilandasi dengan rasa setia satu sama lain karena tanpa adanya rasa setia satu sama lain hubungan seksual itu tidak akan ada bedanya dengan berzinah,bila tidak ada saling setia satu sama lain pernikahan bisa dianggap hanya sebagai fasilitas untuk dapat berrhubungna seksual atau yang biasa disebut kawin kontrak.Maka Pernikahan akan berarti apabila ada rasa setia satu sama lain.

Geraldi w/XIF/20

Rafael Martino mengatakan...

Pendapat saya, sebagai manusia kita memang seringkali hanya memikirkan keinginan jasmani saja dalam hal cinta dan kasih sayang.
Namun, satu hal yang cukup penting dan ingin saya soroti adalah, apakah hubungan cinta yang seperti itu dapat dikatakan cinta yang sejati, dan apakah hubungan yang mementingkan hal jasmani saja dapat bertahan lama ?
Maka dari itu saya kira benar adanya kita mempelajari tujuan dan sifat2 cinta untuk mempertahankan itu.

Rafael Martino mengatakan...

Pendapat saya, sebagai manusia kita memang seringkali hanya memikirkan keinginan jasmani saja dalam hal cinta dan kasih sayang.
Namun, satu hal yang cukup penting dan ingin saya soroti adalah, apakah hubungan cinta yang seperti itu dapat dikatakan cinta yang sejati, dan apakah hubungan yang mementingkan hal jasmani saja dapat bertahan lama ?
Maka dari itu saya kira benar adanya kita mempelajari tujuan dan sifat2 cinta untuk mempertahankan itu.

Rafael Martino
XI-E / 33

cafa mengatakan...

Cinta dan Kesetiaan.

Pasti akan melahirkan hubungan intim, yang tidak akan pernah terpisahkan..

Dibutuhkan proses dan waktu yang tidak relatif singkat untuk melahirkan Cinta
(Hubungan Intim)
(pria-wanita) hingga akhirnya mengucapkan janji setia.

Menurut saya, Hubungan Intim bukan hanya saja dipakai oleh suami - istri yang melakukan ritual mereka setelah mereka menikah.

Tapi, menurut saya, Hubungan Intim adalah hubungan kasih sayang antar saudara, kekasih, sahabat, dan yang lain yang tercermin dari perbuatan dan perkataan..

Rizky,11A-17 Terimakasih

Unknown mengatakan...

Hubungan intim memanglah harus dipandang dari berbagai macam segi seperti batin dan rohaninya. Seringkali kita hanya menganggap sebuah hubungan intim adalah hubungan jasmani saja tanpa adanya unsur-unsur rohaninya. Kita harus mencontoh apa yang Yesus katakan dan perbuat. Kita harus bisa mencintai seseorang tanpa berpikiran yang aneh-aneh dan membeda-bedakan. Yang terpenting dari sebuah cinta adalah ketulusan yang murni seperti yang dicontohkan Yesus kepada kita. Cinta tidaklah semudah membalikkan telapak tangan dan juga tidaklah sesulit menahan godaan setan.

Yulius aj
XI-e/41

Unknown mengatakan...

Hubungan intim dan kesetiaan memang benar-benar sebuah kesatuan yang tak terpisahkan.Kebanyakan orang mengartikan hubungan intim hanya sebatas hubungan secara lahiriah atau jasmani saja,namun sebenarnya hubungan intim hanyalah sebuah alat untuk menunjukkan kesetiaan kita pada orang lain.
Oleh karena itu dalam melakukan hubungan bagian yang terpenting adalah komitmen untuk setia. Hubungan yang baik akan tercipta apabila orang-orang yang terlibat memiliki kesetiaan yang sungguh-sungguh,bukan hanya berhubungan intim saja.
Apabila seseorang memiliki hubnga intim tanpa adanya cinta dan kesetiaan maka hal itu hanyalah sebuah kesia-siaan, hubungan yang tercipta adalah hubungan kosong dan hamap yang nantinya akan banyak bermasalah.

Benny H/XIE/9

Unknown mengatakan...

Saya setuju, kita hanya boleh melakukan hubungan intim jika antara kedua belah pihak telah ada komitmen terlebih dahulu, karena hubungan intim adalah sacral (suci). Kita bisa belajar mencintai satu sama lain dengan saling setia ada benarnya, kerena setiap manusia pasti memiliki kekurangan, tapi dengan kita tetap setia terhadap manusia yang satu walaupun memiliki kekurangan akan membuat lama-kelamaan cinta kita tulus tanpa memandang fisik ataupun materi, atau yang lainnya.

Yohanes Rico / XI-C / 38

Christopher Albert mengatakan...

Menurut saya, kita sebagai manusia lebih sering memikirkan hal-hal duniawi. Padahal perkawinan membutuhkan komitmen kedua belah untuk tetap setia, dan kepuasan dari hubungan seksual bukanlah merupakan alasan utama. Alasan utamanya adalah untuk mendapatkan keturunan sesuai kehendak Allah. Kita diharuskan untuk tetap setia pada pasangan disaat sulit maupun senang.
-------------
Aruna Harsa
XI-B/10

Kevin mengatakan...

Menurut saya benar bahwa saat ini banyak orang selalu memikirkan seksualitas dari sisi jasmani saja. Padahal, bila dilihat dari sisi spiritualitas, kita bisa melihat seksualitas sebagai sesuatu yang suci dan tidak boleh sembarangan dilakukan. Seksualitas dapat dikatakan sesuatu yang suci karena merupakan salah satu cara melaksanakan perintah Tuhan untuk meneruskan keturunan.
Kevin XI.C/25

Mr. Mix mengatakan...

Pada dasarnya, cinta itu harus tulus. Sesama manusia harus saling mencintai, seperti yang telah Yesus katakan. Dalam suatu perkawinan, yang paling mendasar adalah cinta yang didasari spiritualitas. Jadi, hal-hal yang berhubungan dengan kepuasan jiwa dan raga hanyalah pendukung dari perkembangan cinta itu sendiri. Manusia lebih cenderung memikirkan hal-hal jasmani saja dan melupakan hal-hal rohani. Jadi menurut pandangan banyak orang, yang tidak melihat hal rohani, hubungan intim saja sudah memenuhi syarat-syarat perkawinan. Menurut Gereja, perkawinan harus dilandasi oleh cinta dan kesetiaan. Sehingga, pada akhirnya hubungan intim dijadikan pendukung dari perkawinan itu sendiri.

ADRIANUS STEFFAN (XI-E/1)

Stephan Sonny mengatakan...

Pembicaraan mengenai seksualitas selalu mengarah pada hal jasmani saja. Padahal di balik hal itu terdapat hal lain yang lebih penting di sisi rohani. Seksualitas mesti dilihat sebagai suatu hal yang suci dan merupakan kehendak ilahi dari Allah sendiri bagi manusia untuk meneruskan keturunannya. Untuk itu, dilihat dari segi rohani, hubungan intim ini memerlukan sebuah komitmen untuk saling setia dengan pasangannya. Tanpa kesetiaan, tentu tidak ada bedanya hubungan intim yang dilakukan oleh manusia dengan binatang.

Stephan C.S./XI-B/37

Unknown mengatakan...

Izaak Darmawan XIA1/13 CC 21

Hubungan Intim adalah suatu kegiatan yang memilki makna rohani dan bertujuan untuk beranak cucu. Hubungan intim yang didasarkan pada hawa nafsu adalah suatu hal yang salah, hubungan intim harus didasarkan pada cinta dan sikap saling mendukung. Seperti perintah Allah beranak cuculah sebanyak-banyaknya, perintah ini mengarahkan pada pertanyaan apakah hubungan intim dengan memakai kontrasepsi itu adalah suatu tindakan yang benar?

kai irawan mengatakan...

Kai Irawan Axel Hamzah Setiawan XI-8 / 25 CC 25

Menurut saya hubungan intim bukan hanyalah tindakan yang didasarkan oleh hawa nafsu dan kesenangan secara jasmani, namun hubungan intim juga merupakan ti dakan rohani untuk kita sebagai manusia yang menjalankan peri tah dari yesus yaitu cintailah sesamamu dan juga perintah allah yaitu beranak cuculah dan penuhi permukaan bumi. Dengan begitu behububgan intim bukan hanya saja kesenangan namun tugas kita sebagai manusia untuk menjalankan perintah allah. Hubungan intim yang dipandang oleh masyarakat sebagi hal yang tabu jika kita lakukan dengan cinta yang tulus tanpa persyaratan penuh kasih sayang dan cinta merupakan tindakan rohani untuk menjalankan perintah allah. Namun hal itu harus didasarkan cinta yang tulus bukan hawa nafsu.