31 Oktober, 2008

Membela Kehidupan


".....Agama mempunyai banyak alasan untuk membela kehidupan yang belum dilahirkan. Seksualitas dan proses reproduksi adalah cara yang dipilih Tuhan untuk meneruskan kehidupan manusia. Pasangan suami-istri yang meneruskan kehidupan bekerja sama dengan Tuhan Pencipta. Janin dalam kandungan ibunya adalah ciptaan Tuhan....Mungkin salah satu tugas pokok agama dalam abad mendatang adalah justru membela kehidupan manusiawi yang belum dilahirkan dan memperjuangkan martabat reproduksi manusia.

Agama tidak selalu mempunyai pandangan yang sama tentang saat dimulainya kehidupan insani....

Pemikiran Aristoteles melatarbelakangi pandangan Thomas Aquinas, teolog Kristen berkaliber besara dari abad ke-13. Thomas Aquinas menyetujui pendapat Aristoteles bahwa embrio selama dalam kandungan menjalani beberapa fase: fase vegetatif, fase animal, dan akhirnya fase manusiawi. Dalam fase vegetatif, embrio mempunyai jiwa (=prinsip kehidupan) seperti tumbuhan. Dalam fase animal, embiro mempunyai jiwa seperti binatang. Akhirnya dalam fase manusiawi, jiwa manusia dicurahkan oleh Tuhan dalam embrio. Thomas berpendapat bahwa jiwa manusiawi itu tidak akan mati ......

(K. Bertens, Perspektif Etika: Esai-esai tentang Masalah Aktual, Yogyakarta, Kanisius, 2001, hlm. 111)

69 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya rasa pendapat Aristoteles cukup menarik bahwa embrio mengalami fase vegetatif, fase animal, dan fase manusiawi. Berdasarkan pendapat itu, berarti kita semua adalah manusia yang berasal dari embrio yang telah berhasil melalui fase-fase tadi dan yang telah diberkati oleh Tuhan untuk bisa hidup di dunia ini. Maka kehidupan sebelum kelahiran juga harus dihargai dan dilindungi karena sangat berperan untuk kehidupan setelah kelahiran.

Jovian Jevon / XI-D / 22

alberthutama mengatakan...

Saya setuju dengan tugas agama nantinya yang membela kehidupan manusia dalam janin. Zaman sekarang, kasus aborsi sangatlah marak terutama di kalangan wanita remaja yang belum menikah tetapi sudah melakukan hubungan seks dengan laki-laki. Hal ini merupakan suatu yang ironis dari kodrat reproduksi. Nama 'reproduksi' sendiri terasa sudah cenderung ke arah negatif akibat adanya seks bebas yang banyak dilakukan remaja sekarang.
Padahal, Tuhan sudah menciptakan kita dengan suatu proses yang perlahan tetapi pasti. Selama sekitar 9 bulan, ibu kita mengandung kita dengan harapan dapat meneruskan keturunan dan dapat membela kehidupan. Apa jadinya jika tidak ada pembelaan terhadap kehidupan apalagi kehidupan pra-natal?

WaroengLordz mengatakan...

Memang saya juga menyetujui peran agama dalam membela kehidupan.
Pada saat pembuahan terjadi disitulah sudah tercipta sebuah jiwa kehidupan manusia. Kehidupan itu harus dijaga, karena walaupun masih dalam bentuk janin itu sudah memiliki jiwa manusia seperti kita dan juga sudah memiliki akal budi.

Gradiyanto XI-D / 18

candidate cxx- persevere mengatakan...

saya rasa sejak sperma dan ovum saling bertemu dan saling membuahi,
keadaan tersebut adalah kehendak dan ciptaan Tuhan..

Artinya , tidak ada satu orangpun yang berhak menghentikan atau membunuh , pertemuan tersebut baik sengaja maupun tidak sengaja.

Kenapa? karena Tuhan sendirilah yang menciptakan pembuahan antar pertemuan sel kelamin.Maka hanya Tuhan yang dapat bertangung jawab atas hal tersebut.Karea itu adalah milik Tuhan.

Tindakan membunuh (Aborsi) pada bayi yang berumur 0-4 bulan , adalah tindakan perampasan hak hidup dan merampas milik Tuhan.

Unknown mengatakan...

Saya tidak setuju pada pendapat Aquinas bahwa pada suatu masa janin tidak memiliki jiwa manusia. Seorang manusia telah ada sejak pertemuan sperma dan ovum; sejak itulah jiwa manusia dicurahkan.

Aditya Kristanto
XI-A/1

A.D.K mengatakan...

Sebuah kehidupan lahir ketika dua orang insan pria dan wanita salingberhubungan dengan mempertemukan ovum dan sperma yang menjadikan suatu janin yang hidup dan melewati fase-fase yang telah dikatakan oleh aristoteles embrio mengalami fase vegetatif, fase animal, dan fase manusiawi. sehingga kita tidak pantas atau menduga bahwa janin tidak mempunyai jiwa manusia seperti yang dikatakan aquinas. maka itu keputusan dan kehendak Tuhan-lah yang bergerak untuk menghasilkan seorang janin hidup dan tidak menimbulkannya atau mati bukan karena aborsi yang marak dilakukan terutama nak muda akibat pergaulan bebas yang menyebabkan ini semua.

davine XIE/12

Daniel Christian mengatakan...

Zaman sekarang, kasus pembunuhan terhadap janin (aborsi) merupakan kasus yang lumrah bagi para remaja.
Namun, manusia merupakan ciptaan sekaligus rencana Tuhan dalam kehidupan manusia. Jika kita membunuh janin, berarti kita mengagalkan rencana Tuhan. Tuhan ingin supaya kita mau dan mampu menghargai kehidupan, yang hidup saja ada larangan untuk tidak membunuh, apalagi kehidupan yang masih dalam kandungan.

Daniel Christian
XID / 09

kiel mengatakan...

Zaman sudah berubah, zaman ini aborsi sudah menjadi hal yang sering dilakukan, karena banyak pasangan yang gelap akan hal kedagingan dan nafsu sehingga tidak berpikir jauh ke depan. Manusia merupakan ciptaan sekaligus rencana Tuhan dalam kehidupan manusia. Jika kita aborsi, berarti kita membunuh rencana Tuhan. Maka kehidupan sebelum kelahiran juga harus dihargai dan dilindungi karena sangat berperan untuk kehidupan setelah kelahiran.

Yehezkiel Nathanael
XID / 39

Unknown mengatakan...

Saya tidak setuju dengan pendapat Aristoteles dan Thomas Aquinas.

Menurut saya kehidupan manusia itu sudah dimulai sejak terbentuknya embrio didalam janin seorang ibu. Saat sel sperma dan ovum bertemu dan membentuk zygot lalu menjadi embrio kehidupan itu sudah ada. Tidak semua sprema dan ovum yang bertemu akan membentuk embrio. Hanya kuasa Tuhanlah yang dapat mempertemukan sel sperma dan ovum. Buktinya tidak semua orang setelah kawin akan memiliki anak. Beberapa orangtua berpendapat bahwa anak adalah karunia terbesar dari Tuhan dibandingkan dengan hal duniawi lainnya. Semoga dikemudian hari agama akan memperjuangkan kehidupan manusia sebelum manusia itu dilahirkan.

James Hidayat
XI-E / 24

HEHEHEHE mengatakan...

Menurut saya, sejak pertama kali terbentuk embrio maka saat itulah sudah terjadi kehidupan manusia yang baru. Saya tidak setuju bahwa awalnya manusia adalah tumbuhan, kemudian menjadi binatang, baru menjadi manusia. Kita diciptakan Tuhan sebagai manusia dari awal.

Fransiskus Kevin Prasetya XI D/16

pgumulia mengatakan...

Saya cukup tertarik dengan pernyataan bahwa seksualitas dan proses reproduksi adalah cara yang dipilih Tuhan untuk meneruskan kehidupan manusia dan pasangan suami-istri yang meneruskan kehidupan bekerja sama dengan Tuhan Pencipta.
Kalau kita lihat pada kehidupan kita sehari-hari seksualitas dan proses reproduksi selalu kita anggap atau kita pikirkan sebagai sesuatu yang negatif. Terkadang kita lupa bahwa kita bekerjasama dengan Tuhan untuk meneruskan kehidupan ini. Jadi tidak seharusnya kita berpikiran negatif terhadap hal tersebut. Kita harus dapat mensyukuri segala rahmatNya yang Ia berikan kepada kita dan tidak menyalahgunakannya.

Peter Hansel Gumulia XIC/30

Kevin Dana mengatakan...

Yang mau saya katakan adalah,saya tidak setuju dengan pendapat dari Thomas Aquinas - bila manusia melewati ketiga tahap yang disebutkan di atas untuk mencapai tahap manusia sempurna.Pendapat Thomas Aquinas ini tentu didasarkan pada ilmu kedokteran yang belum maju di jaman itu.
Sederhananya,embrio manusia tercipta dari sperma dan zigot manusia,jadi tak mungkin manusia memiliki fase vegetatif dan animal dalam embrio yang dilahirkannya.

Maka dari itu,kehidupan yang sebenarnya baru dimulai saat Tuhan menganugerahkan kehidupan itu pada bayi-bayi saat memasuki tahap janin. Rahmat Tuhan,jelas langsung dan lugas,menjadikan janin tersebut berkesadaran manusia,bukan binatang maupun hewan.Sekian jawaban saya.

Ricky Kristanda mengatakan...

Artikel di atas membahas mengenai bagaimana peranan agama dalam membela kehidupan manusia yang belum dilahirkan. Peranan agama sangat penting dalam membela hal ini. Akhir-akhir ini, kita banyak sekali menjumpai kasus-kasus aborsi baik yang terjadi di luar negeri bahkan di negeri kita ini. Nampaknya,orang tidak lagi memikirkan nilai dari sebuah kehidupan yang sangat besar. Dalam kisah awal mula penciptaan, kita melihat begitu besar dan istimewanya Allah menciptakan manusia. Bahkan digambarkan bahwa manusia itu serupa dan segambar dengan Allah.

Tetapi tampaknya realita yang ada sekarang memperlihatkan bahwa sepertinya manusia lupa akan begitu berharganya kehidupan seorang manusia. Manusia juga mulai melupakan nilai-nilai kekudusan yang dari seksualitas yang dijadikan Allah untuk menambah berharga keberadaan seorang manusia. Seksualitas seringkali digunakan untuk hal-hal yang sebenarnya bukan menjadi rencana awal Allah. Akibat dari penyalahgunaan karunia Allah ini akan menimbulkan kasus-kasus aborsi yang sebenarnya sangat dibenci oleh Allah.

Menurut saya,sekaranglah saatnya agama-agama di dunia bersama pemerintah mengatasi permasalahan ini. Dengan kerja sama kedua pihak ini, maka penghargaan terhadap kehidupan manusiawi sebelum kelahiran ini akan terwujud dengan optimal. Janganlah kita menyia-nyiakan karya besar Allah dengan tindakan-tindakan yang kita lakukan. Sebab dari awal Allah telah merencanakan dan menetapkan rencana-rencana indah ke dalam setiap insan manusia yang diciptakanNya menurut gambar dan rupaNya.

Dari semula tlah Kau tetapkan hidupku dalam tanganMu dalam rencanaMu Tuhan
Rencana indah tlah Kau siapkan bagi masa depanku yang penuh harapan.
Semua baik,apa yang telah Kau perbuat di dalam hidupku.
Semua baik,sungguh teramat baik Kau menjadikan hidupku berarti.

Leo Nugraha mengatakan...

Leo Nugraha XIB 29

Berdasarkan pendapat Aristoteles mengenai kehidupan sebelum manusia dilahirkan, saya berpendapat kalau sebenarnya sebelum manusia dilahirkan, ia melalui berbagai tahap yang sangat kompleks dan tak akan dapat ditiru siapa pun kecuali dari tangan Allah sendiri. dari sekian banyak dan rumitnya fase tersebut, maka tidak dibenarkan kalau manusia main mengambil nyawa manusia khususnya janin hanya untuk kepentingannya sendiri. Karena hal itu tak lain menentang Allah. Karena itu sudah menjadi kewajiban bagi manusia untuk terus membela kehidupan, baik masih dalam janin ataupun bukan, karena terlepas dari semua itu, mereka punya satu kodrat yaitu sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling luhur dan mulia. Namun dalam realita, apresiasi manusia terhadap sesamanya sangat mengecewakan. Maraknya aksi aborsi, pembunuhan, bahkan bunuh diri. Hal yang menunjukkan manusia dewasa ini tak sadar akan kewajibannya untuk terus menghargai nyawa manusia. Karenanya saya hanya berpesan supaya manusia tak lupa akan kuasa Allah. Kemajuan teknologi seakan membuat manusia lupa akan penciptanya dan merasa nyawa hanya mainan dan dapat dibuat dan dibeli. Mereka tak sadar akan keluhuran nilai dari nyawa manusia.

Ingat, apabila seseorang mencoba merampas nyawa dari orang lain, maka suatu kali ia juga akan dirampas nyawanya oleh orang lain. Walaupun Katholik, tetap mengenal Hukum Karma dengan tujuan agar manusia tak dapat semena - mena menghilangkan nyawa manusia dengan alasan yang tak logis. karena naywa adalah nyawa, bukan hal yang mudah untuk menggantinya.

cafa mengatakan...

Saya setuju dengan seseorang/kelompok untuk membela kehidupan, apalagi yang bakal menjadi kehidupan ( janin ). Adalah lebih baik, kalau kita membantu agama untuk menunaikan tugas tersebut. Tidaklah ada yang boleh membunuh janin-manusia. Karena kita telah diberkati Tuhan, dan Dia-lah yang sendiri berfirman dalam Kej 1:28, ……”Beranakcuculah dan bertambah banyak………”. Saya setuju dengan pendapat Thomas, kalau jiwa manusiawi itu tidak akan mati-kekal. Sebelum kita dikandung oleh ibu kita, Allah telah mengenal siapa kita. Setelah Seksualitas dan proses reproduksi dilakukan oleh manusia, disinilah jiwa/roh dan raga manusia baru terbentuk.

Rizky Karo - Karo 11A-17

Kevin Dana mengatakan...

Hanya mau menambahkan :
Kevin Dana
XI A /15

Unknown mengatakan...

saya rasa semua pendapat itu benar. di masa mendatang akan semakin sulit untuk menghindari tindakan seperti aborsi karena semakin banyaknya pasangan muda yang belum menikah tetapi sudah melakukan tindakan yang tidak seharusnya mereka lakukan yang akhirnya berujung kepada aborsi. jadi menurut saya yang perlu dibenahi sejak saat ini adalah moral dan hati nurani setiap remaja sehingga kelak mereka dapat berpikir dan bertindak secara tepat.

Yulius AJ XI-E/41

Unknown mengatakan...

Dhani P XIC/13
Saya 99% tidak setuju dengan aborsi. KEhidupan manusia sudah terbentuk sejak ovum dan sperma bertemu. Jadi, walaupun belum dilahirkan, sebuah embrio memiliki hak untuk hidup. Kita semua memiliki hak asasi kapanpun dimanapun dan apapun alasannya, termasuk calon manusia ini.
Sebuah embrio, adalah bakal manusia yang merupakan mahakarya Allah di dunia. Misalnya saja kita sedang membuat sebuah karya yang sangat indah. Lalu, di tengah proses pembuatan, karya itu dihancurkan. Tentu kita akan sangat murka, sama seperti Tuhan yang bila kita melakukan aborsi, kita menghancurkan karya TUHAN yang maha indah sehingga tentu Tuhan akan kecewa.
Tetapi, dalam hidup, bisa jadi ada kasus dimana kita harus melakukan aborsi untuk keselamatan seorang ibu. Bila demikian, apa yang harus kita perbuat? Dengan akal sehatpun, kita akan mengorbankan salah satu dari ibu dan janin. Maka apa yang harus kita lakukan? Sampai sekarang menurut saya ini adalah sebuah pertanyaan tanpa jawaban. Tetapi yang jelas, kita sebisa mungkin harus menghindari aborsi.

Unknown mengatakan...

Saya kurang setuju dengan pendapat Aristoteles dan Thomas Aquinas.

Menurut saya kehidupan manusia itu sudah dimulai sejak terbentuknya embrio didalam janin seorang ibu. Saat sel sperma dan ovum bertemu dan membentuk zygot lalu menjadi embrio kehidupan itu sudah ada

lagipula

embrio manusia tercipta dari sperma dan zigot manusia,jadi tak mungkin manusia memiliki fase vegetatif dan animal dalam embrio yang dilahirkannya. Betul bukan ??


Antonius Richard/xie/5

Unknown mengatakan...

saya kurang setuju dengan pendapat aristoteles,jiwa timbuhan,jiwa hewan,dan jiwa manusia semuanya pada dasarnya sama.
apabila pendapat aristotels itu yang kita pegang dapat kita katakan bahwa sebelum janin mencapai fase manusiawi janin tersebut boleh diaborsi,namun sebetulnya tidak karena semua jiwa yang diberikan Tuhan adalah sama,namun yang membedakan adalah akal budi yang terbentuk,Janin pada tahap awal menurut sudut pandang biologi dimulai dari pembentukan organ,pembentukan bentuk tubuh,dan penyempurnaan. Dan jiwa manusia sudah ada sejak fase pembentukan organ tersebut. pada tahap akhir merupakan tahap yang diberkati oleh tuhan hal itu menurut saya cukup benar karena pada tahap akhir inilah Tuhan yang memutuskan bayi itu boleh hidup atau tidak (mengalami keguguran atau tidak)
Oleh karena itu semua fase kehidupan manusia mulai dari pembentukan embrio sampai tua harus kita hargai dan lindungi karena itu adalah pemberian dari Tuhan.

Benny H/XIE/9

Fransiskus Raymond mengatakan...

Masalah fase demi fase bukanlah perkara penting dalam nyawa seorang janin. Yang utama adalah bahwa pembuahan terjadi karena buah kasih dua insan berbeda jenis yang tentunya merupakan rahmat Tuhan. Jika kita tidak mampu menghargainya karena tinjauan segi medis, janganlah kita bicara soal melangsungkan hidup kita dengan baik. Sebab, kita memerlukan orang lain dalam hidup kita. Kita lah yang akan memulai untuk bicara sebab kita berani untuk membuktikannya dalam kehidupan kita.

Fransiskus Raymond
XIE/20

Yohanes Wirawan Putranto mengatakan...

Betul sekali yang dikatakan Thomas Aquinas..
Sejak terjadi hubungan antara laki-laki dan perempuan dan terciptalah janin itu, pada tahap itu sudah dimulai kehidupan.
Jadi, sejak saat itulah, kehidupan harus dilindungi dan tidak boleh dirusak atau dibunuh. Ada baiknya dibuat peraturan atau hukum yang melindungi janin.

Yohanes Wirawan Putranto
XI C/40

Unknown mengatakan...

Saya kagum terhadap pandangan kedua orang ini. Mereka dapat memikirkan hal-hal tersebut sejak abad ke 13. Bahkan hingga sekarang pemikiran mereka masih dipertimbangkan.

Embrio telah memiliki jiwa, saya setuju terhadap pernyataan tersebut. Jadi kita harus membela nyawa dari seorang individu manusia sejak dari dalam embrio. Karena sejak masih dalam kandungan pun mereka sudah memiliki hak untuk hidup.

Benardi Atmadja XIF/7

Andre mengatakan...

saya setuju bahwa tugas Gereja abad mendatang melindungi kehidupan yang akan hadir ke dunia.
dan sudah seharusnya mulai dilakukan saat ini karena makin maraknya kasus aborsi di dunia ini.
Janin atau embrio merupakan manusia ciptaan Tuhan yang sudah memiliki jiwa sejak diciptakan Tuhan. Menurut saya jiwa manusia tetaplah jiwa manusia, tidak ada fase-fase. Pembabakan melalui fase hanyalah menjelaskan bagaimana kemampuan janin berinteraksi dengan lingkungan (sang ibu). Namun, pada dasarnya jiwa manusia sudah ada sejak dalam janin, hanya kemampuan menyampaikannya saja yang dalam tahap perkembangan. Dan jiwa tersebut memang akan tetap selalu ada sampai kapanpun.

Ry0_W4t4n4b3 mengatakan...

saya setuju, karena kehidupan berasal dari Tuhan. Jika Tuhan tidak mengkehendaki kehidupan dari embrio dalam suatu kandungan, maka pastilah wanita yang mengandung embrio tersebut mengalami keguguranatau tidak hamil. Tuhan adalah misterius. Ia bisa membuat kehidupan manusia yang indah dan tahu apa saja yang harus Ia ciptakan. Embrio yang lahir adalah kehendak Allah dan yang tidak lahir bukan kehendak-Nya.

Marvin
XIC/26

Anti Login mengatakan...

Hidup Untuk Berbagi

Unknown mengatakan...

Saya setuju dengan pandangan gereja untuk mempertahankan hidup. Memang janin sudah berpotensi menjadi manusia dan gereja perlu melindungi agar hal hal yang tidak menghargai hidup tidak dilakukan. Ignatius Kresnathan Sjahnir Jenie xia5 / 20

Ronald Gustaf mengatakan...

Saya setuju dengan tindakan Gereja dalam memperjuangkan kehidupan manusia, salah satunya dalam hal mengenai aborsi. Saya kurang setuju bahwa janin mengalami beberapa fase karena menurut saya sejak pembuahan menjadi zigot, sudah terbentuk kehidupan sebagai manusia. Janin tersebut telah dikaruniai kehidupan oleh Tuhan dan tugas orangtuanya adalah untuk menjaga janin tersebut hingga dapat lahir ke dunia dalam kondisi sehat maupun tidak. Walaupun dari kandungan sudah ketahuan cacat tetap tidak boleh digugurkan karena Tuhan pasti telah menyiapkan rencana terbaik bagi kita.

Ronald Gustaf XIA5/10

Andrew S mengatakan...

Saya kurang setuju dengan pembagian fase embrio oleh Aristoteles. Pemberian nama fase vegetatif serta fase animal menurut saya tidak sesuai. Menurut saya, jiwa yang bernaung di dalam embrio tidak pernah 'berevolusi' seperti dari jiwa tumbuhan, lalu menjadi jiwa animal baru menjadi jiwa manusia. Dari awal manusia diciptakan berbeda dengan hewan dan tumbuhan, memiliki akal budi serta sebuah anugerah yang luar biasa, sehingga menurut saya tidak layak embrio disebut berjiwa tumbuhan atau hewan. Jiwa yang bernaung adalah jiwa manusia sejak pembuahan, dan disitulah kehidupan dimulai.


Andrew Sebastian
XI-A5/5 2019-2020

Unknown mengatakan...

Menurut saya bahwa dengan adanya banyak fase yang dilewati sebelum kehidupan kita diberikan oleh Tuhan suatu akal budi dan hati nurani di dalam kandungan ibu selama 9 bulan. Dari itu, embrio yang diberikan merupakan suatu Anugerah Tuhan yang diberikan untuk orang tua kita agar dapat menjalani hidup dengan baik dan pandangan hidup positif.

Pascal mosa/XIS1/21

Bagas Ario mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Gereja sangat mendukung kehidupan. sejak bertemunya sel telur dan sel sperma, disitulah awal dari kehidupan manusia.
Tuhan selalu ada di dalam diri kita, dan sebaliknya. Maka dari itu, saya sebagai umat katolik menentang adanya kasus aborsi karena secara tidak langsung, kita mengkhianati Tuhan dengan menyia-nyiakan anugrahnya.

Dionisius Welle/XIS1/10

Unknown mengatakan...

Saya kurang setuju dengan fase embrio yang dikatakan oleh Aristoteles. Pemberian nama fase vegetatif serta fase animal menurut saya tidak sesuai. Menurut saya, jiwa yang hidup di dalam embrio tidak pernah berubah seperti yang dikatakan oleh Thomas Aquinas, yang dimana ia mengatakan fase embrio melalui jiwa tumbuhan, lalu menjadi jiwa animal baru menjadi jiwa manusia. Dari awal manusia diciptakan berbeda dengan hewan dan tumbuhan, memiliki akal budi serta sebuah anugerah yang luar biasa. Dengan ini manusia memiliki derajat yang paling tinggi diantara makhluk hidup lainnya. Sehingga menurut saya tidak layak embrio disebut berjiwa tumbuhan atau hewan. Jiwa yang hidup adalah jiwa manusia sejak pembuahan, dan disitulah kehidupan dimulai.

Aqilla Kresna P/ XIS1/5

nathan adrian mengatakan...

saya setuju dengan gereja yang mendukung kehidupan manusia dan menurut saya inti dari ini semua adalah satu kalimat, tetapi memounyai banyak makna yaitu “kehidupan yang diberi oleh Tuhan tidak boleh diambil oleh manusia”
Nathan Adrian Atmawidjaja-XISOS1-20

Bagas Ario mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Bagas Ario mengatakan...

Saya merasa setuju dengan pandangan gereja bahwa kehidupan pra-kelahiran perlu dibela, dan beranggapan bahwa sesungguhnya kehidupan sudah dimulai sejak bertemunya sel sperma dan sel telur dan terbentuknya zigot. Saya juga tidak setuju dengan teori Aristoteles dan Thomas Aquinas bahwa janin dalam kandungan dapat berevolusi dari fase vegetatif-fase animal-fase manusia, karena teori tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya ,karena secara hakekat Tuhan menciptakan manusia secara berbeda dan sudah memiliki kehidupan itu sejak awal terjadinya pembuahan.

Mikael Bagas Ario XIS1/19

Alexander Anthony Prasetia XI/ S1/ 02 mengatakan...

Saya berpendapat bahwa agama katolik memperuangkan pro life yaitu pro untuk hidup dan jika ovum dan sperma bertemu menurut saya itu patut di perjuangkan. Jadi saya tidak setuju dengan tahap tahap pemikiran Aristoles. Saya juga berpendapat bahwa semua agama mempunyi tujuan untuk melestarikan umat manusia maka dari itu harus bekermbang biak sebanyak mungkin dan menjaga kelestarian manusia maka dari itu saya percaya bahwa saat ovum dan sperma bertemu itu sudah di anggap sebagai manusia yng mempunyai hak untuk hidup.

Alexander Anthony prasetia xi/s1/02

Willbert Varinsant Ngandiri mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Willbert Varinsant Ngandiri mengatakan...

Saya setuju dengan tindakan gereja dalam memperjuangkan hidup manusia,apalagi soal aborsi.
Saya sangat tidak setuju dengan pandangan yang diberikan oleh Aristoteles mengenai fase fase saat embrio,Aristoteles mengatakan bahwa saat kita menjadi embrio kita berevolusi jiwa, saya tidak setuju mengenai itu karena Tuhan Allah sudah menciptakan kita berbeda dengan tumbuhan dan binatang karena manusia sudah dianugrahi dengan akal budi

Willbert Varinsant Ngandiri
XIS1/25

Unknown mengatakan...

Saya setuju karena memperjuangkan kehidupan manusia menurut saya adalah hal yang utama. Manusia diberikan rahmat dan anugrah dari Tuhan untuk hidup di dunia. Maka dari itu, manusia di dunia ini memiliki hak untuk hidup di dunia ini. Saya Setuju juga karena Agama mempunyai banyak alasan untuk membela kehidupan yang belum dilahirkan. Pada umumnya, Agama memiliki peran yang penting di dalam kehidupan, salah satunya memperjuangkan kehidupan manusia.
Saya juga kurang setuju dengan pendapat bahwa embrio di dalam kandungan dibagi ke beberapa fase karena menurut saya, manusia itu tidak sama dengan hewan dan tumbuhan. Walaupun sesama mahluk hidup, tetapi manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai mahluk yang paliang sempurna.

Andaru Anindito
XI-S1/3

Marcellinus Elbert mengatakan...

saya setuju bahwa tugas agama adalah untuk menjaga kehidupan. tindakan apapun yang menghilangkan kehidupan berarti sama saja melawan Tuhan. karena yang mempunyai hak menciptakan dan menghilangkan kehidupan hanyalah Tuhan semata. saya juga setuju bahwa fase kehidupan dimulai pada saat sperma bertemu dengan ovum. sejak saat itu kehidupan manusia harus diperjuangkan karena saat sperma dengan ovum sudah merupakan suatu individu yang harus diperjuangkan dalam kondisi apapun

Marcellinus Elbert XIA3 / 24

Gladwin mengatakan...

Saya setuju bahwa kehidupan sudah ada sebelum lahir dan tidak dapat diambil oleh orang lain dengan sembarang. Sejak lahir semua orang telah memiliki hak untuk hidup dan jika dilanggar sama saja dengn melawan harapn Tuhan. Tuhan menciptakan manusia agar dapat hidup dengan bebas tetapi juga didasarkan asas hak untuk kehidupan. Kehidupan sudah mulai sejak awal sebelum lahir karena menurut saya jika hal tersebut sudah direncanakan berarti bayi tersebut sudah hidup. Jadi jika terjadi kematian yang disengaja sebelum lahir atau masih dalam bentuk pembuahan itu bersifat melawan kehendak Tuhan.

Gladwin
XIA4/13

David Christianto mengatakan...

Saya setuju bahwa agama merupakan suatu sarana yang memperjuangkan kehidupan seseorang bahkan saat seseorang tersebut masih dalam kandungan, baik di masa sekarang dan di masa mendatang. Tetapi saya kurang setuju dengan pendapat Aristoteles yang menyebutkan bahwa manusia terbentuk dari vase vegetatif, vase animal, dan vase manusia. Sejak manusia tercipta dalam kandungan bahkan sejak bertemunya sperma dan sel telur, Tuhan sudah mengaruniakan jiwa ke dalamnya maka manusia yang masih berbentuk zigot dan embrio itu sudah layak di sebut manusia.
Manusia memiliki derajat yang lebih mulia dari mahluk hidup lainya di muka bumi jadi manusia tidaklah sama dengan hewan dan tumbuhan. Jadi kehidupan manusia harus diperjuangkan dan harus di hargai.

David Christianto XIA4/7

Unknown mengatakan...

Dunia dewasa ini menyaksikan bagaimana kehidupan manusia sebelum lahir di dunia sangatlah dianggap enteng bahkan sepele. Dengan mudahnya aborsi dilakukan, peradaban maju semakin semena mena dalam membela hak hidup fetus yang padahal mereka ialah calon calon insan manusia yang seutuhnya secitra dengan Tuhan. Menurut saya, anggapan bahwa kehidupan manusia dimulai sejak pembuahan itu terjadi benar adanya. Secara garis besar gereja juga membela kehidupan manusia juga sejak pembuahan itu terjadi, dan oleh karena itu aborsi dilarang untuk diterapkan karena jelas memutus dan melanggar hak hidup. Pendapat aristoteles terkait fase embrio menurut saya tidak begitu bermasalah, saya hanya melihat adanya perbedaan cara pandang terhadap embrio itu sendiri, namun intinya adalah embrio itu mahluk hidup dan mereka adalah manusia juga, dan harus dibela kehidupannya. AMDG.

Hanindityo Aiman R.
Kanisius'21
XIA1/10

Nikolas A mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Nikolas A mengatakan...

Saya setuju dengan pendapat Gereja Katolik dimana Kehidupan manusia dimulai saat sel sperma dan sel telur bertemu. Karena bagi saya dalam proses tersebut terdapat karunia Tuhan yang hadir untuk menciptakan manusia baru yang serupa denganNya. Karena itu kita sebagai manusia seharusnya tidak pantas untuk melakukan hal-hal seperti layaknya aborsi yang secara tidak langsung sebenarnya membunuh ciptaan Tuhan sendiri. Hal ini juga di tegaskan dalam sepuluh perintah Allah dimana dituliskan perintah untuk Jangan Membunuh.Walaupun terkadang embrio yang dihasilkan tidak sepenuhnya sempurna bagi saya tetap ada karunia Tuhan di dalamnya. Karena itu seharusnya kita memberikan kesempatan untuk hidup dan perlu memperjuangkan kehidupan sejak sel pada masa embrio.Karena sebenarnya kita tidak tahu bahwa ada jalan yang ingin dibuat oleh Tuhan sendiri. Dan saya kurang setuju dengan pendapat Aristoteles karena manusia adalah makhluk istimewa yang tidak bisa disamakan dengan makhluk lainnya seperti halnya binatang. Namun pandangan tersebut tidak sepenuhnya salah. Asalkan tetap memperjuangkan kehidupan sejak masa embrio. Karena mereka sebenarnya manusia juga yang harus diperjuangkan hak hidupnya.

Nikolas Adrian
XlA3/25

Daniel mengatakan...

Saya bisa saja berpendapat religi2 dan mengatakan bahwa aborsi itu salah. Memang secara moral, aborsi itu salah. Perbedaan pendapat tentang bagaimana kemanusiawaan dimulai menjadi dasar pro-kontra aborsi. Untuk menjawab apakah aborsi benar atau salah, saya akan memberikan sebuah pertanyaan "apakah anda ingat pada saat berada di rahim ibu?" Pasti jawaban anda adalah tidak. Fakta bahwa mayoritas aborsi dilakukan pada saat minggu2 awal, janin tidak merasakan sakit apapun. Ingat, pada saat fase vegetatif, bayi blm memiliki sistem koordinasi yang matang. Apabila aborsi dilakukan pada saat fase tua pun, kemungkinan hal ini dilakukan atas dasar keterpaksaan (hidup ibu terancam) dan hal ini masih bisa diterima menurut pendekatan pastoral. Jadi intinya, secara logis, aborsi tidak bersalah. Kalau kita melihat dari sisi lain, bisa kita bertanya "apakah lebih baik bayi lahir dibenci atau tidak lahir sama sekali?". Ini hanyalah prespektif saya.

Kalau kita melihat dari prespektif agama, aborsi mutlak salah, karena gereja melihat kehidupan dimulai dari embrio saat vase vegetatif. Hal ini tentu dengan pengecualian kasus2 tertentu, yang dibahas melalui pendekatan pastoral.

Untuk menyimpulkan, masalah aborsi salah atau benar tidak bisa dijawab begitu saja, karena masalah benar atau salah berbeda pada setiap prespektif.

Daniel S Widjaja XIA2/08

Unknown mengatakan...

Aristoteles juga filsuf yang membuat teori bahwa makhluk hidup tidak berkembang biak, tapi muncul seketika dari alam. Bukan karena dia adalah filsuf yang asal-asalan, tapi karena beliau juga bisa salah, sehingga tidak tepat Aquinas menjadikannya sebagai referensi. Teori Aquinas tentang fase-fase manusia juga salah secara saintifik dan moral, karena menanggap bahwa embrio bukanlah manusia. Sel telur yang bertemu dengan dengan sel sperma dan menjadi embrio dari dua manusia pasti adalah manusia juga. Manusia yang berkehendak bebas, berakal budi, dan berhati nurani.

Unknown mengatakan...

Robertus Anom Wibisono

Unknown mengatakan...

Xia2/28

Michael Alexander mengatakan...

Saya sangat setuju dengan pendapat itu, alasan-alasan agama untuk membela kehidupan yang belum dilahirkan. secara mendasar, semua manusia di dunia ini membawa 2 sifat yang sama yaitu keserakahan dan ketidakpuasan. Agama, dalam kasus ini Gereja Katolik, berperan dalam memastikan bahwa HAM yang dimiliki seseorang terjaga, dan tidak disalah-gunakan sebagai salah satu fasilitas untuk kesenangan diri. Seperti yang kita ketahui bersama-sama, cara manusia bereproduksi adalah dengan melakukan hubungan seksual, namun sangat disayangkan ada banyak manusia yang tidak bertanggung-jawab melakukan hubungan seksual tanpa tanggung jawab, hanya untuk kesenangan semata. Agama dalam hal ini berperan dalam melindungi kehidupan manusiawi yang belum dilahirkan dan memperjuangkan martabat reproduksi manusia. jika hal itu tidak dilakukan, maka dikhawatirkan akan terjadi ketidak-tanggungjawaban seksual secara besar-besaran dan dengan itu reproduksi manusia dapat terancam akibat dari hal itu. Karena seperti yang sudah saya katakan diatas, manusia membawa satu sifat yang tidak pernah puas, dan akan terus melakukannya. jika hal itu terjadi, maka kita umat manusia secara langsung melawan Tuhan, karena meski manusia itu belum dilahirkan, namun Tuhan telah menciptakannya.

Michael Alexander Sutanto
XIA2/22

Dion mengatakan...

"proses reproduksi adalah cara yang dipilih Tuhan untuk meneruskan kehidupan manusia." Dari pernyataan tersebut, saya pun bisa langsung setuju dengan pemikiran di atas, dimana hidup sudah dimulai bahkan saat sperma bertemu dengan sel telur. Semakin lama, manusia makin tidak mempedulikan nilai-nilai yang ada termasuk nilai-nilai kristiani dan keagamaan yang dulu mempersatukan kita. Makin banyak penyalahgunaan yang terjadi, salah satunya dengan semakin berkembangnya teknologi yang bergerak di bidang medis, salah satunya termasuk semakin maraknya pil-pil aborsi. Munculnya aliran-aliran baru yang mengedepankan kenikmatan sementara juga telah memberikan dampak besar ke umat manusia. Maka dari itu, diperlukan refleksi diri dan pengembangan pola pikir demi masa depan kita, termasuk dalam mengedepankan nilai moral yang perlu kita pertahankan.

Dionisio Jusuf XIA3/14

Andrew Hez mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Andrew Hez mengatakan...

Saya sangat setuju dengan hal ini , karena Kehidupan manusia dimulai sejak terjadi nya pembuahan, namun bukan berarti bahwa sebelum terjadi pembuahan tidak ada artinya. Gereja pun menganggap bahwa seksualitas dimana hidup manusia bisa tercipta, gereja pun menganggap hal tersebut adalah hal yang mulia. Itulah mengapa kita sebagai manusia harus menganggap seksualitas sebagai hal yang perlu di hargai dan bukan sebagai pemuas hawa nafsu. Karena memang sifat manusia ada saja yang menganggap seksual sebagai pemuas saja, kita perlu menyadari bahwa ada hal yang lebih mulia dibandingkan dengan nafsu. Namun hal tersebut adalah pemula sebuah kehidupan manusia yang baru, oleh karena itu apabila orang melakukan aborsi, itulah yang sangat dikhawatirkan. Walau belum lahir, janin di dalam perut ibunya itu sudah menjadi sebuah pribadi manusia. Gereja pun menganggap bahwa kehidupan manusia itu sangatlah penting. Oleh karena itu gereja sangat mengecam terjadinya aborsi itu

Christopher Andrew H. XIA3/9

Unknown mengatakan...

Bagiku, kehidupan dalam bentuk apapun, bahkan jika belum memiliki kesadaran dan akal budi, tak layak untuk diakhiri hidupnya begitu saja. Saya setuju bahwa embrio dan janin dalam rahim belum memiliki kesadaran, namun itu tidak berarti mereka tak memiliki roh hidup manusia dalam diri mereka. Setiap embrio dan janin manusia merupakan kehidupan dalam perkembangan, dan meski belum lahir, mereka tetap termasuk manusia yang hidup dan berharga nyawanya. Bila janin atau embrio terancam, mau itu secara alami maupun melalui aborsi, itu sama urgensinya dengan individu manusia dewasa yang terancam mati atau dibunuh. Sebuah embrio nantinya akan berkembang menjadi individu manusia seperti anda dan saya, dan untuk melenyapkan nyawa mereka pada tahap tersebut berarti melenyapkan potensi mereka sebagai seorang individu. Oleh sebab itu, saya setuju bahwa kehidupan manusia, mau itu masih dalam bentuk janin, tetap perlu dilindungi. Kita tidak bisa merebut nyawa makhluk hidup seperti demikian, apalagi jika itu sesama kami sendiri yang masih berkembang.

Mikhael Prima Angelo H. / XI-A6 / 21
CC '21

Michael Tumbelaka XIA6/20 mengatakan...

Saya sangat setuju dengan semua perkataan yang dikatakan diatas. Pada bagian dimana tugas pokok agama adalah untukmembela kehidupan manusia bahkan pada saat belum lahir. Karena seperti yang kita ketahui bahwa kami semua diciptakan oleh Allah dan tidak ada orang yang boleh merengutnya sehingga kita sebagai manusia harus dengan semaksimal mungkin mempertahankan dan membela kehidupan manusia. Dan juga manusia walaupun belum lahir tetapi tetap saja sudah hidup. Bahkan dijelaskan pada aristoteles dimana sejak jadi embrio dimana itu merupakan tahap paling awal dari kehamilan saja sudah mempunyai jiwa sehingga itu berarti bahwa manusia tersebut sudah hidup. Lalu sebagai manusia kita juga harus menghargai martabat dari alat reproduksi kita. Seperti yang kita tahu alat reproduksi seharusnya digunakan untuk melakukan tugas yang mulia yaitu untuk memperbanyak turunan seperti perintah Tuhan. Tetapi sekarang banyak orang yang menggunakan alat reproduksi tersebut hanya untuk memuaskan hawa nafsu yang seharusnya tidak. Maka dari itu saya sungguh setuju dengan segala perkataan diatas karena memang benar alat reproduksi dihargai dan juga dipakai untuk kepentingan yang benar dan juga manusia harus selalu dibela kehidupannya karena sebagai manusia ciptaan Tuhan, tidak ada yang boleh merengut kehidupannya.
Michael Tumbelaka/XIA6/20
CC 21

Unknown mengatakan...

Saya sangat setuju mengenai hal tersebut bahwa sesuatu yang sudah terjadi akibat pembuahan atau bisa juga disebut ovum bahwa itu sudah hidup walaupun belum dilahirkan hal itu sudah bisa kita bilang bahwa itu merupakan manusia baru atau jiwa baru dimana sudah seharusnya memiliki hak untuk hidup. Kita juga diberitahu bahwa seksualitas adalah suatu hal yang direncanakan oleh Tuhan dimana berguna untuk memlahirkan manusia yang baru bukan hanya untuk hal yang main main. Saya juga tertarik pada pendapat Thomas yaitu mengenai fase vegetatif, fase animal, dan fase manusiawi. Berdasarkan pendapat itu, berarti kita semua adalah manusia yang memiliki hak untuk hidup dan pastinya awalnya kita dari embrio
Afonsus Arvin XIA6/4
CC'21

Unknown mengatakan...

Bertemunya sel sperma dengan ovum, bagi saya itu merupakan kehendak dan anugerah Tuhan. Artinya Tuhan sudah bercampur tangan dalam proses pembuatan janin. Meskipun janin itu hati dan pikirannya blm bisa diutarakan, tetapi janin itu tetap punya hak untuk hidup. Untuk itu proses aborsi sama saja dengan membunuh karya Tuhan dan melawan Tuhan. Sebelum adanya manhsua itu ada proses hubungan seksual antara suami dan istri. Baik suami dan istri harus meyakini bahwa hubungan tersebut bukan hanya pemenuhan hawa nafsu yang, tetapi harus disadari bahwa Tuhan juga bekerja dalam proses itu. Semua agama juga selalu mendukung adanya kehidupan dan tidak boleh ada satupun manusia yang boleh mengganggu atau membunuh manusia lain. Kehidupan manusia akhir-akhir ini menjadi sering melanggar norma masyarakat. Aborsi sering dilakukan karena manusia tidak mau bertanggungjawab atas apa yang dilakukan. Dan seksualitas banyak disalahgunakan, "hanya ingin memuaskan nafsu", sehingga banyak terjadi pelecehan seksual. Apa yang harus dilakukan sekarang? Kita harus lebih bersyukur atas apa yang kita punya dan jangan menggunakan hawa nafsu sebagai hal yang negatif.

Stephanus Primayuda XIA6/27 CC21

Unknown mengatakan...

Menurut saya, agama berperan penting dalam menjaga dan memperjuangkan martabat manusia. Seksualitas dan proses reproduksi sudah menjadi dasar untuk melanjutkan kehidupan manusia, sehingga tugas manusia ialah untuk menjaga dan melindungi martabat proses tersebut. Gereja juga melarang keras aborsi karena merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab. Gereja berpandangan bahwa kehidupan sudah terjadi sejak peristiwa pembuahan untuk pertama kalinya. Sehingga memang tugas manusia untuk melindungi dan memperjuangkan kehidupan. Oleh karena itu, tindakan aborsi sangat dilarang karena untuk melindungi martabat manusia.

Anthony Kenneth / XIA6 / 6
Kanisius'21

christopher Kevin / X IPS 2 / 09 / kanisius'21 mengatakan...

Saya kurang setuju dengan pemikiran Aristoteles yang melatarbelakangi padangan Thomas Aquinas bahwa embrio dalam kandungan mengalami beberapa fase yaitu fase vegetatif, animal kemudian mengalami fase manusiawi. karena bagaimanapun juga manusia tidak boleh dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan karena menurut alkitab manusia merupakah mahluk Tuhan yang memiliki martabat dan Derajat yang paling sempurna dan diciptakan Tuhan menurut gambar dan rupa Allah.

Saya juga menyetujui bahwa gereja katolik membela kehidupan yang belum dilahirkan. karena pada saat zigot terbentuk melalui persatuan sel sperma dan sel telur, disitulah sudah terjadi kehidupan sehingga disaat kita melakukan aborsi hal tersebut sama saja dengan membunuh.

kemudia dalam hal seksualitas dan proses reproduksi juga manusia tidak boleh menggunakan teknologi yang menggantikan hubungan seksual. hal ini karena seharusnya seorang anak terbentuk karena cinta kasih kedua orang tuanya yang salah satu caranya dengan bersatu atau melakukan hubungan seksual. hal tersebut juga karena hubungan seksual harus dilakukan sebagai salah satu tanda kasih kedua orang tuanya setelah melaksanakan sakramen perkawinan. sehungga saya juga menentang adanya inseminasi buatan atau bayi tabung karena selain hal tersebut menggantikan hubungan seksual, hal tersebut juga membunuh beberapa zigot yang gagal karena pastinya akan dilakukan beberapa percobaan terhadap beberapa zigot dan yang diambil hanya satu kemudia yang lainnya akan dibuang atau (dibunuh).

Christopher Kevin / XI IPS 2 / 09
kanisius'21

christopher Kevin / X IPS 2 / 09 / kanisius'21 mengatakan...

Saya kurang setuju dengan pemikiran Aristoteles yang melatarbelakangi padangan Thomas Aquinas bahwa embrio dalam kandungan mengalami beberapa fase yaitu fase vegetatif, animal kemudian mengalami fase manusiawi. karena bagaimanapun juga manusia tidak boleh dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan karena menurut alkitab manusia merupakah mahluk Tuhan yang memiliki martabat dan Derajat yang paling sempurna dan diciptakan Tuhan menurut gambar dan rupa Allah.

Saya juga menyetujui bahwa gereja katolik membela kehidupan yang belum dilahirkan. karena pada saat zigot terbentuk melalui persatuan sel sperma dan sel telur, disitulah sudah terjadi kehidupan sehingga disaat kita melakukan aborsi hal tersebut sama saja dengan membunuh.

kemudia dalam hal seksualitas dan proses reproduksi juga manusia tidak boleh menggunakan teknologi yang menggantikan hubungan seksual. hal ini karena seharusnya seorang anak terbentuk karena cinta kasih kedua orang tuanya yang salah satu caranya dengan bersatu atau melakukan hubungan seksual. hal tersebut juga karena hubungan seksual harus dilakukan sebagai salah satu tanda kasih kedua orang tuanya setelah melaksanakan sakramen perkawinan. sehungga saya juga menentang adanya inseminasi buatan atau bayi tabung karena selain hal tersebut menggantikan hubungan seksual, hal tersebut juga membunuh beberapa zigot yang gagal karena pastinya akan dilakukan beberapa percobaan terhadap beberapa zigot dan yang diambil hanya satu kemudia yang lainnya akan dibuang atau (dibunuh).

Christopher Kevin / XI IPS 2 / 09
kanisius'21

Christopher Valiant S mengatakan...

Saya masih kurang pasti dan belum bisa setuju dengan pedapat Aristotles dan juga pandangan Thomas Aquinos. Tetapi hal yang saya bisa setujui adalah janin dalam kandungan ibu adalah ciptaan Tuhan, dan sudah menjadi tugas kita untuk saling membantu dan melindungi ciptaan-ciptaan, apalagi dimasa sekarang dimana dunia dunia barat mulai mendukung aborsi, mereka kurang sadar bahwa bayi dalam janin adalah manusia juga dan dengan melakukan aborsi itu sama saja dengan membunuh manusia, hal yang dilarang dalam 10 perintah Allah.

Christopher Valiant Setyoputro XI-8/13

CC' 25

Arnoldus Regan mengatakan...

Saya tidak setuju dengan pendapat dari Aristotles yang juga menjadi dasar pandangan Thomas Aquinas mengenai embrio dalam kandungan yang mengalami beberapa fase yang disebut seperti "tumbuhan" dan "hewan" karena menurut saya manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling kompleks dan sempurna dimana Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupanya sehingga manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling berbeda dan tentu saja spesial dibandingkan dengan ciptaan lainnya.

Yang saya setujui adalah mengenai kita yang memiliki tugas serta kewajiban untuk saling melindungi ciptaan Tuhan termasuk bayi yang berada dalam kandungan ibunya dimana bayi tersebut adalah ciptaan Tuhan dan rahmat yang Tuhan berikan kepada ibu serta keluarganya untuk dapat mengandung seorang bayi manusia. Maka dari itu aborsi atau pengguguran kandungan tentu saja adalah sebuah tindakan berdosa dan sangat dilarang pada 10 perintah Allah serta ditentang oleh Gereja karena hal tersebut adalah bentuk tidak bersyukur akan rahmat yang Tuhan berikan melalui kandungan.

Arnoldus Regan Westenberg XI-1 / 6 / CC'25

Thierry Alexander mengatakan...

Saya kurang setuju dengan pendapat Aristotles tentang pandangan fase tumbuhan dan hewan. Manusia adalah manusia dan sejak embrio manusia selalu berbentuk manusia. Sama seperti embrio pada hewan dimana embrio hewan selalu akan berbentuk hewan dan tidak lain. Tuhan menciptakan manusia dengan kompleks dan berbeda dengan hewan maupun tumbuhan. Manusia menjadi ciptaan Tuhan yang spesial. Dalam aborsi sendiri, saya juga kurang setuju dengan hal ini dimana seharusnya kita menjaga dan merawat apa yang diberikan oleh Tuhan. Ciptaan Tuhan yang berharga sudah seharusnya disyukuri dan dijaga seperti kandungan.

Thierry Alexander XI-3/33/CC'25

Mikael Ernest Susanto/11-3/26/CC 25 mengatakan...

Saya setuju dengan pandangan bahwa hidup manusia dimulai semenjak dikandung oleh ibunya. Mayoritas ilmuwan setuju bahwa secara biologis, keberadaan setiap individu, tanpa terkecuali, dimulai tepat ketika pembuahan sel telur berhasil. Oleh sebab itu aborsi sama saja dengan membunuh manusia. Maka seharusnya orang yang tidak memiliki kepercayaan akan Tuhan pun memahami bahwa tindakan aborsi ini mengambil hak hidup seorang manusia dan harus dianggap sebagai tindakan membunuh.

Menurut saya, argumen yang sering muncul untuk menghalalkan aborsi bahwa manusia memulai hidupnya setelah dilahirkan, itu salah. Apa hal yang berbeda dari seorang bayi yang hampir dilahirkan dan seorang bayi yang baru saja dilahirkan? Apabila seseorang membunuh bayi yang baru lahir pastinya ia akan dikenakan hukuman, maka seharusnya orang yang membunuh bayi dalam kandungan juga diberikan hukuman yang sama. Oleh karena itu, saya setuju dengan artikel di atas yang membela kehidupan manusiawi yang belum dilahirkan dan memperjuangkan martabat reproduksi manusia.

Mikael Ernest Susanto 11-3/26/ CC 25

Ben Herdianto/XI3-6/CC'25 mengatakan...

Saya tidak setuju dengan pernyataan bahwa jiwa dimulai saat fase embrio. Pertama, embrio menurut ilmu biologis merupakan sebuah sel yang sedang bertumbuh dan berkembang. Dengan demikian, jiwa bermula ketika seorang bayi dilahirkan dan memiliki tubuh fisik. Seseorang yang berjiwa mampu memiliki perasaan, pikiran, dan kepribadian. Hal ini tidak mampu dilakukan oleh sebuah embrio yang masih dalam fase awal perkembangan.

Kedua, seorang perempuan yang dipaksakan untuk mengandung seorang bayi melalui pemerkosaan pasti akan mempengaruhi mental, fisik, dan tentu jiwanya. Maka, jika gereja benar ingin menyelamatkan dan melestarikan jiwa seseorang, perempuan selayaknya diberi hak sepenuhnya atas tubuh dan nasibnya.

hanshimawan mengatakan...

Saya sangat setuju dengan pendapat bahwa salah satu tugas pokok agama dalam jaman modern ini adalah melindungi kehidupan manusiawi yang belum dilahirkan. Belakangan ini, terdapat banyak peristiwa yang mendorong peningkatan jumlah aborsi serta terciptanya norma seakan-akan aborsi itu wajar. Contohnya adalah gerakan "Pro Choice" di negara-negara barat yang mementingkan kebebasan pilihan dibandingkan kehidupan manusiawi yang belum lahir. Ditambah lagi, kebebasan dan norma baru tersebut akan semakin mendukung masyrakat, terutama anak muda, untuk melakukan aborsi. Selain itu, saya merasa pendapat Aristoteles bahwa embrio mengalami fase vegetatif, fase animal, dan fase manusiawi sangat menarik dan mudah dicerna. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kita manusia berasal dari embrio yang telah diberkati oleh Tuhan untuk bisa hidup di dunia ini. Oleh sebab itu, kehidupan sebelum kelahiran juga harus terus dibela. Menurut saya, tindakan aborsi dalam bentuk apapun tidak bisa ditoleransi.

Hans Joseph H/XI6/10/CC25

Mattheo Angelico R mengatakan...

Permasalahan terkait dengan kehidupan bayi yang belum lahir harus dilihat secara ilmiah, sosial serta juga dalam sisi etika. Menurut saya, benar bahwa kehidupan manusia sudah berada sebelum bayi dilahirkan. Namun, kita juga harus melihat apabila bayi tersebut masih berada dalam fase-fase awal atau sudah dalam fase akhir kehamilan. Dalam fase-fase awal, saya setuju kepada pendapatan Aritotles bahwa embrio tersebut masih berada dalam fase vegetatif dan belum memiliki jiwa. Maka, menurut saya tidak ada masalah dalam meng-terminasi embrio yang masih berada dalam fase ini. Namun, aksi tersebut harusnya tidak boleh dijalankan apabila bayi sudah dikandungi selama 7-9 bulan, karena menurut saya Tuhan telah memberkatinya dengan jiwa manusia.

Mattheo Angelico R/XI6/18/CC25

Vallianz Vezzel Chandra 11-2/35 mengatakan...

Menurut saya kehidupan merupakan hak Yang dimiliki oleh semua orang. Tuhan menciptakan manusia untuk menjalani hidup nya dengan baik. saya sangat setuju bahwa janin dalam kandungan ibu adalah ciptaan Tuhan, dan sudah menjadi tugas kita untuk saling membantu dan melindungi ciptaan-ciptaan. Namun saya kurang begitu setuju dengan pendapat Aristotle bahwa embrio selama dalam kandungan menjalani beberapa fase: fase vegetatif, fase animal, dan akhirnya fase manusiawi. Saya berpendapat bahas hidup lebih Dari itu