30 November, 2008

Bunuh Diri Berbantuan


"Euthanasia merupakan salah satu masalah etika yang paling berat dalam zaman kita dan tampaknya dalam waktu singkat tidak mungkin diselesaikan. Istilah 'euthanasia' itu berasal dari bahasa Yunani: eu (=baik) dan thanatos (=kematian), sehingga dari segi asalnya berarti 'kematian yang baik' atau 'mati dengan baik'. Jika sekarang kita berbicara tentang euthanasia yang dimaksudkan adalah bahwa dokter mengakhiri kehidupan pasien terminal dengan memberikan suntikan yang mematikan atas permintaan pasien itu sendiri. Sekitar dua puluh tahun yang lalu tindakan medis ini disebut 'euthanasia aktif', untuk membedakan dari 'euthanasia pasif'. Dengan istilah terakhir ini dimaksudkan keputusan medis untuk tidak memberikan pengobatan kepada pasien terminal seperti misalnya memasukkannya dalam Unit Perawatan Intensif dan memasang alat-alat canggih serupa ventilator atau respirator, atau menghentikan sama sekali pengobatan semacam itu, jika sudah dimulai.

Kini istilaha 'euthanasia pasif' tidak dipakai lagi dan memang sebaiknya begitu, karena kualitas etisnya sangat berbeda dengan tindakan mengakhiri kehidupan pasien terminal. 'Euthanasia pasif' biasanya diganti dengan sebutan 'membiarkan pasien meninggal' (letting die). Jika pasien sudah tidak ada harapan lagi, tentu dokter tidak wajib memasukkannya ke dalam Unit Perawatan Intensif dan boleh saja menghentikan alat bantu hidup, jika pemakaiannya tidak bisa membawa penyembuhan lagi.....

(K. Bertens, Perspektif Etika: Esai-esai tentang masalah Aktual, Yogyakarta, Kanisius, 2001, hlm. 128)

127 komentar:

alberthutama mengatakan...

Saya pikir, tindakan Euthanasia bisa menjelma menjadi 2 sisi kehidupan yang berlawanan tergantung cara pandang kita. Jika kita melihat dari pandangan bahwa orang yang sakit keras dan membuatnya menderita seumur hidup, Euthanasia bisa dikatakan baik. Kita sebagai manusia paling tidak harus membantu yang sakit keras untuk mencarikan jalan yang terbaik berdasarkan pertimbangan akal budi. Jika kita merasa orang yang sakit keras itu sudah sangat menderita, dan kita bisa merasakan penderitaannya, kita bisa memutuskan untuk melakukan Euthanasia. Karena jika yang sakit tersebut hidup lama tetapi tetap dalam keadaan yang sakit keras, kita malah membuat dia menderita karena hidupnya tidak enak.
Sebaliknya, kalau menurut saya, dokter itu merupakan sosok yang bisa menjelma menjadi 'setan'. Diagnosa yang diberikan dokter serta saran-saran selalu kita percaya, karena kita memiliki sugesti bahwa untuk urusan kesehatan, dokter lah yang lebih ahli. Tetapi, apakah setiap diagnosanya itu benar, sedangkan kita yakin bahwa orang yang sakit keras itu masih bisa diselamatkan? Apa salahnya dokter berusaha sebaik mungkin. Meskipun gagal, itulah rencana Tuhan....

Alfred mengatakan...

Eutanasia sama artinya dengan membunuh. Membiarkan orang lain di depan mata sekarat namun kita tidak membantunya bukanlah citra Allah atau dapat dikatakan dengan perbuatan keji. Manusia yang telah menuntut ilmu untuk menyembuhkan manusia lainnya namun menyia-nyiakannya adalah dosa. Sama seperti kisah "pemberian talenta" dimana pembantu yang diberi satu talenta tidak berbuat apa-apa. Jika kita lihat, talenta yang dimiliki seorang dokter dapat diibaratkan lebih dari satu talenta. Dokter yang tidak menolong orang lain dan berputus asa akan sama seperti pembantu yang menerima 3-5 talenta namun tidak berbuat apa-apa jadi akan lebih buruk dibanding kisah dalam kitab suci tersebut.

Selain itu, melakukan euthanasia tidak akan membawa kemajuan pada ilmu kedokteran. Kecenderungan untuk berputus asa hanya akan membuat ilmu kedokteran statis pada tempatnya. Sebab, jika tanpa dilakukan usaha, tidak akan ada pengetahuan yang berkembang dan penyakit pun tidak akan dapat disembuhkan.

Maka, perlu usaha dari pada dokter untuk penyembuhan penyakit. Sebab, dokter yang baik akan selalu berjuang demi orang lain yang menderita sebagaimana bentuk pelayanannya bagi sesama manusia.

-Alfred S. XIE/3-

Unknown mengatakan...

Manusia punya hak asasi untuk hidup dan hanya Tuhan Allah semata yang dapat mengambilnya. Euthanasia merupakan dosa terselubung baik untuk penderita maupun yang melakukannya. Walaupun caranya berbeda, euthanasia tetap euthanasia. Baik aktif maupun pasif, tetaplah sesuatu yang salah.
Hidup adalah sesuatu yang indah yang dibuat Allah sedemikian rupa. Tujuan manusia hidup adalah sebagai tangan Allah di dunia. Maka, tak berhaklah tangan bertindak sendiri. Gerakan tangan harus menuruti apa yang dikehendaki oleh badan. Sama dengan manusia yang berpusatkan pada Allah, kita tidak pernah boleh menyerah dalam hidup. Apapun kosekuensi yang harus diambil, selam tidak mengorbankan hidup orang lain, harus diambil untuk mempertahankan kehidupan manusia. Percayalah bahwa TUHAN menciptakan kita untuk suatu tujuan mahamulia dan karenanya, kita harus memelihara hidup kita sebaik mungkin.
Dhani.P XIC/13

K mengatakan...

Sulit untuk mengatakan apakah euthanasia merupakan tindakan baik atau buruk. Di satu sisi, euthanasia merupakan tindakan atau usaha untuk mengakhiri hidup manusia yang begitu mulia dan luhur. Namun di sisi lain, euthanasia merupakan jalan bagi si penderita sakit yang benar-benar menderita, sudah benar-benar dilumpuhkan dan penyakitnya tidak disembuhkan, untuk mengakhiri penderitaannya.

Bagi saya, euthanasia hanya dilakukan atas permintaan pasien ketika bantuan medis dan psikologis yang diberikan oleh orang-orang sekitar tidak mampu untuk menolong si pasien dalam proses penyembuhannya atau membuatnya bersemangat untuk hidup. Kondisi ini tentu akan sangat sulit untuk dipenuhi, karena pikiran manusia adalah pikiran yang bisa berubah setiap saat. Bisa saja si pasien berubah pikiran setelah mendapat berbagai macam bantuan dari orang-orang di sekelilingnya, termasuk doa. Sehingga, euthanasia amat sangat sulit untuk dilakukan dari segi kondisi yang harus dipenuhi.

Aditya Kristanto
XI-A / 1

Unknown mengatakan...

memang euthanasia merupakan jalan pintas bagi seorang pasien yang sudah sangat menderita atas penyakitnya atau meringankan beban orang terdekatnya melihat dirinya sendiri yang sudah tak berdaya atau bahkan masalah administrasi yang cukup besar, tetapi tetap saja tindakan euthanasia adalah tindakan yang salah. hukum pun melarang tindakan itu, tetapi apabila kita melihat pasal 345 KUHP apabila pasien menyetujui dengan tindakan 'bunuh diri' itu, dokter dan semua orang yang terkait tidak akan bersalah di depan hukum. menurut saya, pada dasarnya tindakan euthanasia itu memang salah dan sangatlah buruk, tetapi kita harus bisa melihat segala kondisi dan dari segala kaca mata atau sudut pandang, apakah tindakan ini adalah tindakan yang terbaik untuk dilakukan atau tidak. jadi, pada dasarnya kita harus bisa membuat keputusan sebaik mungkin sehingga tindakan yang kita lakukan tidaklah keliru.

Yulius AJ XI-E/41

kiel mengatakan...

Euthanasia menjadi dilema dalam kehidupan manusia. Di satu sisi, euthanasia itu baik adanya karena bisa mengakhiri kehidupan manusia yang sudah menderita yang disebabkan penyakit yang dideritanya. Ini akan membuat penderitaan berakhir dan tidak menjadi beban keluarga.
Namun bila kita melihatnya dari kacamata rohani dan etika, ini merupakan tindakan yang salah karena Tuhan memberi manusia kehidupan dengan tujuan agar manusia tersebut mengusahakan kehidupan sebaik baiknya. Kita sudah melanggar firman Tuhan bila kita mendukung gerakan euthanasia. Maka sebagai seorang Kristen saya sangat tidak setuju dengan euthanasia.

Yehezkiel Nathanael
XI D / 39

G.A.B.E mengatakan...

Euthanasia bisa dilihat dari sudut pandang beberapa orang sebagai "penyelamatan" terhadap penderitaan yang terjadi di dirinya. Dan tindakan tersebut beberapa menganggap tindaka benar.
Saya pikir TIDAK! Euthanasia dilihat dari sudut pandang apapun sama saja dengan membunuh seseorang baik itu merupakan permintaan dari si korban sendiri. Orang-orang yang biasa menerima euthanasia itu tentunya sudah rela untuk membuang kehidupannya begitu saja, padahal kehidupan yang ia miliki itu pemberian dari Tuhan sendiri. Dengan euthanasia bisa dibilang tidak menghormati Tuhan. Saya pernah mendengar beberapa cerita di mana manusia masih bisa bertahan hidup sampai sekarang meskipun dulunya berada di kondisi yang tidak memungkinkan untuk diselamatkan, itu bukti bahwa manusia mempunyai potensi bertahan hidup yang lebih hebat dari yang kita duga.
Bagi para dokter-dokter yang menganjurkan euthanasia bisa dibilang munafik. Tugas utama dokter adalah menyelamatkan jiwa. Seorang dokter yang sejati akan terus berjuang untuk menyelamatkan pasien meskipun semua harapan telah sirna.
Meskipun perkataan saya bagi beberapa orang terasa mengganggu. Sebaiknya kita tidak memberikan euthanasia meskipun orang tersebut menderita sangat parah. Kita harus membantu mereka untuk bisa memperjuangkan hidup mereka. Dan apabila penyakit lebih kuat dari jiwanya, setidaknya dia meninggal lebih "hormat" daripada melakukan euthanasia

By: Gabriel Alexander/XIE/21

WaroengLordz mengatakan...

Tindakan euthanasia dapat dilihat dari 2 sisi pandangan.
Sisi pertama adalah sisi keluarga dan juga dokter-dokter yang menangani pasien tersebut. Mereka tentu melihat keadaan pasien tersebut yang menurut mereka tidak kunjung sembuh, sehingga lebih baik dibiarkan meninggal daripada membiarkannya lebih menderita. Kalau sang pasien masih dalam keadaan bisa merespon, tentu ia bisa memilih, tetapi kalau sudah koma tentu dibiarkan saja meninggal.

Pandangan kedua dilihat secara umum, terutama ahli agama dan juga pemerintah, mereka pasti tidak mendukung tindakan euthanasia. Hal itu disebabkan mengambil nyawa seseorang dengan paksa atau dengan kata lain disebut juga membunuh.

Menurut saya, euthanasia dipengaruhi pengaruh luar dan juga pengaruh dari dalam.
Pengaruh dari luar seperti keadaan ekonomi keluarga, harapan keluarga yang sudah putus asa, dan juga dari kesalahan medis yang ingin ditutupi.
Pengaruh dari dalam adalah semangat si pasien untuk bertahan atau melepaskan hidupnya begitu saja.

Namun, pada akhirnya keputusan hidup manusia ada di tangan Tuhan, apabila Tuhan menginginkan ia hidup , pasti Tuhan akan menyembuhkannya walau sudah divonis akan mati.

WaroengLordz mengatakan...

Gradiyanto XI-D/18

Unknown mengatakan...

Adalah baiknya kita memandang Euthanasia ini dari dua sisi,

sisi pertama , jika kita melihat dari sisi religius sama artinya dengan membunuh. Membiarkan orang lain di depan mata sekarat namun kita tidak membantunya bukanlah citra Allah atau dapat dikatakan dengan perbuatan keji.

sisi kedua, jika kita memposisikan diri sebagai pasien, jika kita harus terus menderita, dan juga keluarga juga menderita, tidak ada jalan keluar, disinilah euthanasia menurut saya merupakan jalan keluar


Antonius Richard/xie/5

Unknown mengatakan...

euthanasia menurut saya dapat kita lihat dari 2 sisi yang sangat bertentangan.
sisi 1 kita melihat sakit si korban sangat menyiksa si pasien,dan kita merasa kasihan terhadap siksaan tersebut dan si pasien pun sudah meminta untuk mengakhiri hidupnya karena tidak dapat menahan siksaan itu lagi.Sehingga kita melakukan Euthanasia untuk membantu meringankan penderitaan si pasien dalam hal ini tindakan ini dapat dianggap baik.
Sisi ke 2 dari segi hak asasi dan keagamaan tindakan ini sangat menyalahi aturan.Sehingga tindakan euthanasia di"cap" buruk dan tidak layak untuk dilakukan.
Saya pribadi lebih setuju dengan sudut pandang ke 2.Seharusnya pasien yang sakit dan menderita itu kita dukung dan bantu dengan mencoba meringankan penderitaannya dengan memberikan obat,ataupun alat bantu yang dapat memperpanjang hidupnya dan meringankan penderitaannya ,bukan ditolong untuk mengakhiri hidupnya.
Soal hidup si pasien dapat ditolong atau tidak kita tidak bisa menentukan hanya bisa mengkira-kira,yang menentukan adalah Tuhan.Apabila kita telah membantu si pasien sekuat yang kita bisa dan pasien tersebut tetap meninggal,tidak apa-apa karena semuanya sudah ada yang mengatur dan setidaknya kita sudah berusaha untuk memperpanjang umurnya.

Benny H/XIE/9

candidate cxx- persevere mengatakan...

Euthanasia diambil dari kata eu yang berarti mudah. dan thanatos yang berarti mati.

Singkatnya euthanasia berarti mati mudah,

seperti yang dibahas di atas euthanasia dibagi dua
passive euthanasic action, dan active euthanasic action.
yang keduanya pun dibedakan dari cara
pengakhiran hidupnya baik diberi obat-obatan keras ataupun di cabut peralatan yang menopang hidupnya..

Jujur secara pribadi saya menolak euthanasia tapi coba dipikir lebih dalam...

Seandainya si penderita sudah tidak kuat menanggung hidupnya yang sengsara misal (menderita luka bakar seluruh tubuh akan tetapi masih hidup)

contohnya penderita SJS, atau steven johnson syndrome
sang penderita akan mengalami rasa perih di sekujur tubuh baik dalam maupun luar, diiringi dengan luka-luka seperti luka bakar yang nantinya akan mengalami kerusakan paru-paru karena luka bakar tersebut...

apa yang harus dilakukan?
harus kah kita membiarkan atau menolong sebisanya dengan penyakit yang 95 persen merenggut nyawa?
atau memberi dia euthanasia?

mana yang lebih baik?
...
...
...
karena saya menetangnya maka saya memilih membiarkan hidup walaupun menderita sebagaimanapun...
itulah yang dialami nenek saya yang meengidap SJS, dan setelah dirawat selama kurang lebih 2-3 bulan di RS, nenek saya sembuh...dan tidak membutuhkan euthanasia...

jadi, pentingkah euthanasia? sebenarnya kita hanya perlu mengimani sesuatu, karena Tuhan sendiri berkata "mintalah maka kau akan diberi".
karena itu mintalah kesembuhan yang dialami tuhan tidak perlu mempercepat kematian karena Hidup mati itu di tangan ALLAH...

que sara sara

Leo Nugraha mengatakan...

Leo Nugraha / XIB / 29

Bagaimanapun juga, yang namanya euthanasia bukan sesuatu yang direstui oleh Gereja Katholik, alasannya manusia sendiri yang meutuskan waktu kematiannya. Padahal mati ataupun hidupnya manusia hanya di tangan Tuhan. Tindakan euthanasia ini identik dengan tindak kloning manusia yang ingin menyamai Allah dalam hal menciptakan kehidupan, dalam hal ini manusia mati atas keinginannya sendiri, padahal persoalan nyawa bukanlah hal yang sepele.

Jadi walaupun alasannya kasihan, tindakan euthanasia bukanlah hal yang dibenarkan apa pun alasannya, walau kasihan sekalipun. Sebab manusia akan terus berjuang untuk mempertahankan hidupnya sampai akhir hayatnya.

icewing mengatakan...

Menurut saya melakukan Euthanasia menunjukkan bahwa kita tidak menghargai kehidupan oleh Tuhan.Kita harus bersyukur kepada Tuhan karena anugerah yang diberikannya membuat kita bisa hidup seperti sekarang yang kita alami.Salah satu cara bersyukur yang dapat kita terapkan dengan mudah yaitu dengan menghargai anugerah Tuhan dengan merawat kesehatan kita.Dengan melakukan Euthanasia berarti kita tidak menjaga kesehatan kita dan sama saja dengan tidak menghargai kehidupan kita,seharusnya kita selalu berusaha dalam memperjuangkan kehidupan kita dan tidak mempercepat kematian kita,karena sama saja tidak menghargai kehidupan kita.

Jesen / XI-B / 27

Unknown mengatakan...

Menurut saya euthanasia tidaklah berbeda pola pikirnya dengan surat wasiat (will).

Wasiat bisa dibuat sendiri maupun mengikuti saran atau pendapat orang lain.
Demikian juga euthanasia dapat diputuskan sendiri maupun diputuskan atas saran atau pendapat orang lain.

Wasiat dibuat karena alasan tertentu demikian juga euthanasia, tetapi mengapa wasiat tidak ditentang melainkan euthanasia yang ditentang....
Hal ini dikarenakan berkaitan dengan nyawa seseorang.

Tetapi euthanasia biasanya hanya dilakukan kepada orang yang harapan hidupnya rendah. Dinegara miskin dan berkembang pasti juga ada alasan ekonomi, karena biaya untuk merawat orang yang harapan hidupnya kecil sangatlah mahal.

Banyak alasan agamis yang menentang euthanasia. Tetapi bagi saya alasan agamis tidak bisa dilontarkan, karena kalau masalah euthanasia berakar kepada Tuhan berarti seharusnya kita bahkan tidak merawat orang yang sakit karena itu melawan kehendak Tuhan yang sudah menentukan umurnya.

Pastilah manusia yang menciptakan metode penyembuhan dan dapat mengakali kematian. Hal ini berarti kita memiliki kuasa juga untuk menentukan nyawa kita sendiri...

Jadi, menurut saya euthanasia itu baik selama orang itu sendiri yang memintanya. Tetapi bila atas pendapat orang lain maka sangatlah tidak etis...


Marcellus Catur Bhaskara (XI-F/ 31)

Fransiskus Raymond mengatakan...

Euthanasia adalah sebuah jawaban dari ketidakmampuan seseorang menghargai hidupnya. Sekecil-kecilnya kemungkinan seseorang untuk hidup, kita harus tetap mengusahakannya. Entah baik buruknya, diminta atau dipaksakannya, kasar atau halus, semua itu merupakan penolakan terhadap umur. Apakah kita mau dikurangi umurnya? Mukjizat akan datang kapan ia perlu datang, namun jika kita menolaknya, ia tidak akan datang.

Fransiskus Raymond
XIE/20

Daniel Christian mengatakan...

Euthanasia menjadi dilema dalam kehidupan manusia. Mungkin ini dapat meringankan penderitaan orang tersebut beserta keluarganya.
Namun bila kita melihatnya dari kacamata etika, ini merupakan tindakan yang salah karena Tuhan memberi manusia kehidupan dengan tujuan agar manusia tersebut mengusahakan kehidupan sebaik baiknya. Jangan pernah menyia-nyiakan hidup, meskipun itu terlihat tidak memiliki harapan lagi. Kita harus tetap percaya, Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi setiap orang yang beriman kepadanya.

Daniel Christian
XID / 09

Yohanes Wirawan Putranto mengatakan...

Euthanasia memang tidak sesuai dengan hukum agama, namun bagi sebagian orang euthanasia tidak dapat ditolak dikarenakan sebagian orang tidak tahan untuk melihat penderitaan kerabatnya.
Namun demikian, orang-orang tersebut harus kuat untuk melihat penderitaan kerabatnya sebab Tuhan memiliki jalannya dan bisa saja Tuhan belum ingin memanggil orang tersebut dan dapat sembuh lagi. Sebagai manusia, kita tidak boleh bertindak melebihi Tuhan yaitu mencabut nyawa orang lain sebelum Tuhan ingin mencabutnya.

Yohanes Wirawan Putranto
XI C/40

Unknown mengatakan...

Saya tidak setuju dengan tindakan Euthanasia. Begitu pula dengan Gereja Katolik yang sangat menentang Euthanasia. Kematian seseorang itu telah diatur oleh Allah. Seharusnya kita sebagai salah satu makhluk hidup yang diciptakan olehNya tidak mengacaukan rencana yang telah Ia buat. Apabila seseorang dikehendaki Allah untuk meninggal, maka orang tersebut pasti akan meninggal. Namun apabila seseorang masih diberi kesempatan untuk hidup meskipun dalam keadaan kritis atau sakit keras, berarti Allah belum menghendaki orang tersebut untuk kembali padaNya. Oleh sebab itu, tindakan Euthanasia jangan sampai dilakukan, karena Allah telah mengatur kematian setiap individu. Allah telah memiliki 'daftar' kapan seseorang akan meninggal dunia. Siapa tahu orang yang sakit keras atau dalam keadaan kritis itu diberi mujizat oleh Allah sehingga dapat sembuh kembali meskipun secara medis tidak dapat disembuhkan. Tidak ada yang tahu rencana yang telah Allah susun.

James Hidayat
XI-E / 24

cafa mengatakan...

Euthanasia, kalau saya tidak setuju dengan ini walau apapun alasannya....

Kalau saya menjadi dokter, saya tidak akan menyerah untuk menyembuhkan pasien saya walau apapun keadaannya..
Saya percaya Mukjizat " pasti " akan terjadi

Tapi kalau Tuhan bekehendak lain, saya tidak dapat berbuat apa - apa.

Sangat membingungkan, kalau keluarga pasien menghendaki Euthanasia dilakukan, mungkin karena alasan biaya, atau yang lainnya. Seorang dokter harus berpikir masak - masak apabila ingin melakukan ini, berpikir secara duniawi dengan "akal sehat/logika", dan imani/surgawi dengan IMAN.

terimakasih..

Nama : Rizky - 11 A- 17

Ricky Kristanda mengatakan...

Apapun itu namanya, menurut saya baik itu Euthanasia pasif maupun euthanasia aktif tidaklah dibenarkan dan harus dihentikan. Menurut saya, tindakan ini sangat menentang norma-norma kehidupan dan norma agama (Keillahian). Kapan seseorang meninggal, semua itu Tuhan yang tahu. Tuhan, sang pencipta manusialah, hanya Ia yang mampu dan berhak untuk mengambil nyawa manusia. Ia lah yang berdaulat penuh atas kehidupan kita.

Cobaan berupa penyakit bisa saja memang digunakan oleh Tuhan sebagai sarana meningkatkan iman umatNya kepada Allah Bapa di sorga. Baik itu iman si pasien ataupun iman si keluarga. Mungkin Allah ingin agar mereka semakin percaya dan bergantung sepenuhnya kepada kuasa dan penyertaan Allah. Allah yang Maha kuasa ingin menegur mereka.

Maka tindakan membiarkan orang meninggal baik itu dengan euthanasia (baik aktif maupun pasif) menurut saya tidak benar. Karena berarti kita sudah melebihi wewenang Tuhan sebagai oknum yang berdaulat penuh atas seluruh kehidupan di dunia ini.

By : Ricky Kristanda (XI D/33)

Unknown mengatakan...

Sangat sulit untuk menentukan Euthanasia itu boleh dilakukan atau tidak. Di satu sisi Euthanasia merupakan larangan agama karena jelas merupakan tindakan pembunuhan. Namun di lain sisi Euthanasia masih dipercaya sebagai suatu solusi bagi pasien yang sakit parah dan tidak bisa ditolong lagi. Tapi menurut saya ajaran agamalah yang lebih kuat, maka Euthanasia seharusnya tidak boleh dilakukan atau paling tidak diminimalkan agar tidak terjadi.

Jovian J. / XI-D / 22

Indra Dinatha mengatakan...

Menurut saya, tindakan euthanasia tidak sepatutnya dilakukan oleh siapapun termasuk dokter walaupun oleh permintaan pasien. Proses euthanasia itu sama saja dengan proses pembunuhan seseorang. Padahal kita semua juga tahu bahwa dalam sepuluh perintah Allah, terdapat larangan jangan membunuh.
Euthanasia adalah perbuatan yang sangat tidak baik. Saya sangat yakin sekali bahwa Tuhan menginginkan kita semua untuk selalu menghargai kehidupan kita, yaitu sesama manusia. Semua pasien wajib disembuhkan oleh dokter. Dokter harus selalu berusaha dengan keras dalam mengobati pasien. Jika suatu proses euthanasia telah dilakukan, maka itu sama saja akan membunuh pasien dan itu bukan tugas dari dokter yang sebenarnya. Oleh karena itulah saya sangat tidak setuju apabila seorang pasien yang sedang menderita penyakit parah melakukan proses euthanasia. Setiap seseorang berhak untuk berjuang hidup sampai saat-saat terakhirnya karena kematian hanya ditentukan oleh Tuhan.

-Indra Dinatha (XI-D/no.19)-

Unknown mengatakan...

Saya rasa masalah Euthanasia pasti berujung penolakan dari sisi agama.

Namun, orang tua saya memiliki teman yang memiliki pendarahan di otak. Apa yang mereka lakukan adalah operasi memotong tempurung otak teman orang tua saya itu kemudian menyedot darahnya.

Operasi berjalan bisa dibilang sukses karena kondisi pasien masih hidup.

Akan tetapi...
teman orang tua saya hidup tanpa dapat beraktivitas. Seperti orang yang terkena stroke karena aktivitas otak sudah menurun. Bisakah anda bayangkan hal tersebut?

Pengobatan tidak murah karena harus menyediakan infus dan obat-obatan lain.

Beruntung keluarga pasien tergolong mampu membiayai pengobatan.

Akan tetapi Pasien tidak bisa apa-apa. Bahkan kondisinya amat memprihatinkan.

Seandainya kondisi ekonomi keluarga tergolong tidak mampu. Seperti keadaan masyarakat Indonesia sekarang ini.

Apakah si keluarga harus terus-menerus membiayai pengobatannya?

Seandainya pengobatan malah gagal dan si pasien harus hidup menggunakan alat respiratori, dan tubuhnya diinfus terus menerus, tanpa dapat beraktivitas, sedangkan biaya amat besar dan keluarga tidak mampu.

Entahlah apakah kecanggihan teknologi kita di tahun 2009 ini merupakan sebuah anugerah atau bencana bagi si pasien dan keluarganya.

Inikah yang akan direncanakan Tuhan? Atau inikah yang kita inginkan?

Apakah akan bersalah jika pengobatan kita hentikan dan membiarkan pasien meninggal?

Saya harap ada alat canggih di dunia kedokteran untuk menyelesaikan masalah euthanasia.

Jika boleh berangan-angan seperti mesin untuk menghidupkan kembali manusia.
Yah nothing is impossible. Tentu akan ada permasalahan dan perdebatan baru mengenai masalah itu. Hahahaha.

Benardi Atmadja XIF/7

Aron mengatakan...

Eutanasia bukanlah membuat orang mati dengan baik,tetapi akan menambah dosa bagi pelkunya karena telah melanggar perintah Allah yang ke 5:"Jangan membunuh".Nyawa seseorang harus diperjuangkan,bukan dibuang.Takdir memang di tangan Tuhan tapi hendaklah kita tetap mensyukuri apa yang telah Allah berikan kepada kita.

Christian Aron XIF/10

Ry0_W4t4n4b3 mengatakan...

menurut saya, euthanasia tidak dapat dibenarkan, sebab hidup dan mati adalah milik Allah dan tidak dapat diganggu gugat. Hanya Allah yang berhak mencabut nyawa manusia dan manusia tidak berhak mencabut nyawa manusia baik sesamanya atau dirinya sendiri. Euthanasia merupakan pembunuhan dan melanggar firman Allah ke-5 'Jangan Membunuh' karena euthanasia mencabut nyawa seseorang.

Marvin
XIC/26

D'Mangngi mengatakan...

menurut saya & saudara2 euthanasia salah sebab ditinjau dari Alkitab memang jelas bahwa dilarang membunuh dan bagaimana menurut saudara kalau pelayanan yang diberikan oleh dokter sudah sangat baik, tapi yang menjadi kendala adalah pasien yang tidak mempunyai banyak biaya untuk membeli/membayar alat medis, tentunya satu2 jalan adalah euthanasia. Jadi walaupun euthanasia merupakan dosa kita tidak bisa memberikan jalan keluar yg terbaik sebab salah satu faktor yg menentukan adalah keadaan ekonomi seseorang.

Anthony mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Kevin Kristanto A mengatakan...

Menurut saya, euthanasia baik secara aktif maupun secara pasif tidak boleh untuk dilakukan. Setiap pribadi manusia wajib dipertahankan kehidupannya. Euthanasia secara aktif atau dalam artian lain bunuh diri berbantuan tetap saja tidak diperkenankan walaupun itu merupakan kehendak dari orang yang akan dieuthanasia. Bunuh diri dalam kasus apapun tetap saja salah karena hal tersebut berarti pelaku bunuh diri tidak menghargai kehidupannya dan orang yang diminta melakukan euthanasia sama saja dengan membantu atau mendukung terjadinya proses bunuh diri. Sedangkan euthanasia pasif yang menurut saya dalam artian bukan kasus “letting die” karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan seperti batang otak yang sudah rusak, melainkan masih ada harapan walaupun koma selama bertahun-tahun dan euthanasia dilakukan dengan alasan “menyelesaikan penderitaan” tetap saja tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan hidup semua manusia wajib diperjuangkan bagaimanapun caranya.

Kevin Kristanto Adhidharma
XIA5/24

Ivan mengatakan...

Menurut saya euthanasia seharusnya diperbolehkan sebab tidak semua orang yang ingin euthanasia ini kabur dari masalah hidup. Banyakan orang yang ingin euthanasia mereka ingin kabur dari penyiksaan yang tidak ada akhirnya hingga mereka mikir salah satu jalannya adalah until mati.

Giovanni XIA5/19

Anthony mengatakan...

Menurut saya sendiri, euthanasia memang seharusnya diperbolehkan untuk dilaksanakan jika kondisinya sangat tidak memungkinkan untuk terus dijalani, namun beberapa kasus konkret yang ada menunjukkan bahwa seberapa kecil nya harapan untuk hidup yang ada, harus diperjuangkan karena hidup itu milik kita dan adalah pemberian dari Tuhan, kita memiliki kewajiban untuk menjaga dan merawat nya.

Anthony
XIA5/6

Joseph Ferdinand Rio / XI-A5 / 21 mengatakan...

Menurut saya, Euthanasia sendiri pada akhirnya merupakan tindakan yang mengambil hidup manusia. Pada dasarnya, hidup manusia harus selalu diperjuangkan bagaimanapun caranya. Walaupun seseorang sudah sakit, kita harus selalu membantunya dan harus selalu berusaha untuk memperjuangkan kehidupan manusia. Kita harus bersyukur atas kehidupan yang diberikan oleh Tuhan maka dari itu kita harus memperjuangkannya

Kevin Kristanto A mengatakan...

Euthanasia merupakan salah satu topik yang masih didebatkan sampai sekarang dan terdapat banyak argumen dari kedua sisinya. Di Indonesia sendiri, Euthanasia masih dilarang dan untuk dokter yang mempraktekan euthanasia akan diberikan hukuman penjara. Didalam agama Katolik, dan agama agama laninya, euthanasia sendiri dilarang karena dianggap membuang apa yang diberikan oleh Tuhan yaitu kehidupan. Menurut saya sendiri, saya kurang setuju dengan praktek euthanasia. Apa yang diberikan oleh Tuhan, yaitu kehidupan hanyalah Tuhan yang berhak mengambil serta memberi. Selain itu dengan melakukan euthanasia, kita tidak bersyukur atas apa yang sudah diberikan. Apabila kita melakukan euthanasia, dapat dibilang bahwa kita sudah menyerah dan pasrah saja tanpa ada perjuangan untuk hidup lagi.


Enzo Putra Budiman XIA5-17

Daven Darmawan Sendjaya mengatakan...

Euthanasia memang pada awalnya terkesan positif. Dengan menyuntikan zat beracun ke dalam tubuh atau melepas alat-alat bantuan hidup, sebagian besar dari penderitaan dan beban yang dimiliki pasien dan keluarganya hilang menyertai kematiannya. Namun, dengan melakukan hal ini, kita sama saja melakukan pembunuhan kepada individu yang bersangkutan. Menurut saya, euthanasia tidak boleh dilakukan, karena manusia tidak boleh mengambil nyawa sesamanya atau dirinya sendiri dalam keadaan apapun. Penderitaan yang dialami saat sakit merupakan hal yang wajar dan mau tidak mau harus dilalui. Pihak keluarga pun juga harus memperjuangkan kehidupannya, dengan membiayai semua pengobatan yang diperlukannya, dan walaupun pada akhirnya kematian tak terelakkan, kita sudah berusaha semaksimal mungkin dengan tidak mengambil jalan pintas yaitu euthanasia.
Yohanes Satya Nugrahadi
XIA5/29, 21 Oktober 2019

Atanasius mengatakan...

Euthanasia merupakan salah satu cara yang ada dalam mengakhiri hidup seseorang yang dipakai dalam istilah medis. Dari tulisan diatas, saya melihat bahwa Euthanasia terutama pasif merupakan cara yang cukup kejam karena dokter tidak cukup bertanggung jawab dengan pasien. sedangkan Euthanasia aktif saya pikir cukup bertanggung jawab dimana pasien sendirilah yang mempunyai kehendak untuk mengakhiri hidupnya. Saya pikir, pasien yang sudah mau melakukan Euthanasia sadar dan tahu akan tindakannya apakah itu baik atau buruk sehingga saya dapat menarik kesimpulan bahwa Euthanasia akan menjadi baik apabila tujuan mulia tetapi akan menjadi buruk apabila dokter meninggalkan pasien dengan tidak bertanggung jawab.

Jose/XISI/6

Florian Maringka XIS1/11 mengatakan...

Menurut saya euthanasia merupakan jalan pintas seseorang untuk mengakhiri penderitaan dan hidupnya. Hal ini tentu saja menghina pemberian hidup dari Tuhan. Gereja juga mengajarkan agar kita selalu memperjuangkan hidup itu sendiri. Kita juga sebagai umat Kristiani telah diajarkan untuk pro life, baik itu hidup kita sendiri maupun sesama. Sehingga juga sebaiknya kita tidak mendukung mereka yang sakit untuk diberi euthanasia, melainkan membantu memberi mereka semangat dan juga doa.

Mereka yang hidup sakit dan menderita juga tidak boleh menyerah begitu saja. Karena saya percaya hidup setiap orang itu memiliki tujuan dan manfaat bagi sesama. Dengan mengakhiri hidup mereka tidak memberikan dampak positif terhadap orang orang di sekitar mereka. Sakit secara jasmani bukan berarti kita juga sakit secara rohani, sehingga bukan menjadi alasan untuk kita menyerah kepada Tuhan dan dan hidup.

Jovan mengatakan...

Menurut saya euthanasia memang memiliki tujuan yang baik, yaitu untuk membiarkan pasien meninggal dan terlepas dari penyakit dan penderitaannya atau karena alasan lainnya. Namun semua itu hanyalah belas kasih yang semu. Belas kasih yang sejati mendorong kita untuk terus menghargai kehidupan yang sudah Tuhan beri dan kita tidak memiliki kuasa untuk mengambil nyawa atau hidup orang lain apapun tujuannya. Hidup ini adalah karunia dari Tuhan dan harus dihargai. Pandangan dari gereja sendiri menolak dan menentang praktik euthanasia. Gereja meyakini bahwa hidup harus diperjuangkan apapun situasinya.

Jovan XISI 16

Florian Maringka XIS1/11 mengatakan...

Bagus sekali Jose 👍

Florian Maringka XIS1/11 mengatakan...

Sangat menyentuh Jovan 🙏

Atanasius mengatakan...

Great! Lanjutkan Florian!

Atanasius mengatakan...

saya suka berita ini. bermutu

-benn XIS1/08 (skuk)

Atanasius mengatakan...

euthanasia dilihat sebagai salah satu cara untuk mengakhiri sakit yang tidak berakhir. Kita bisa lihat sebagai cara yang baik. Namun di sisi lain, gereja menentang hal ini karena gereja bersifat prolife. Seharusnya kita bisa mengupayakan untuk berjuang demi kehidupan manusia. Sehingga kita sudah berjuang untuk kehidupan manusia tersebut.

Ditto XISI/17

Unknown mengatakan...

Menurut saya topik euthanasia sendiri merupakan sebuah topik yang sangat kontroverial. Ada dua sisi argumentasi yang sangat bertentangan. Saya pribadi lebih condong ke arah prochoice. Bagi saya tidak seorang pun berhak memaksakan kehidupan selayaknya tak seorang pun berhak mengambil hidup orang. Bagi saya euthanasia memberikan suatu jalan yang lebih baik daripada penderitaan seumur hidup. Tapi di sisi lain, euthanasia ini merupakan suatu tindak bunuh diri yang tidak manusiawi dan menyalahi kode etik. Tapi tetap saja menurut saya daripada orang yang sakit tersebut dipaksa untuk menghidupi sebuah kehidupan yang tidak ingin dihidupinya, maka bagi saya lebih baik euthanasia saja. Ada juga satu hal yang perlu dicermati, yakni dalam kasus ini tidak ada pilihan yang "baik" kedua pilihan yang ada merupakan pilihan yang "jahat" karena di satu pilihan anda membunuh seseorang secara tidak langsung, dan di pilihan yang lain anda membiarkan atau memasukkan orang lain dalam penderitaan.

Amadeus A. XIA3/3

Unknown mengatakan...

Menurut saya, euthanasia merupakan jalan cepat agar dapat melepaskan penderitaan sesaat ang sedang dialami oleh seorang individu. Namun, ini berarti bahwa individu tersebut tidak menghargai pemberiaan terbesar yang dapat didapatkan oleh seseorang, yaiut kehidupan itu sendiri. Gereja selalu mengajarkan kita untuk memperjuangkan kehidupan kita sendiri.

Untuk kasus euthanasia aktif atau secara tidak langsung merupakan bunuh diri. Hal ini sudah sepantasnya tidak dilakukan karena secara jelas-jelas, kita telah melanggar sepuluh perintah Allah, yaitu jangan membunuh.

Dengan menyutikkan eusthanasia "pasif" kepada salah satu anggota kita yang mungkin saja sedang kritis, dengan melepaskan alat bantu, ini berarti kita telah melakukan pembunuhan. Pihak keluarga harus selalu memperjuangkan pengobatan yang diperlukan.

Pada akhirnya, kita harus selalu bersyukur atas segala karunia yang Tuhan telah berikan kepada kita.

Jason Caylan Tjandra/XIA3/20/CC'21

Christo mengatakan...

Menurut saya, euthanasia yang berarti mati dengan baik, sebaiknya tidak dilakukan karena sesuai yang telah saya ketahui dan pelajari dalam moral kristiani bahwa hidup seseorang yang masih bisa diperjuangkan harus selayaknya tetap diperjuangkan. Euthanasia dilakukan biasanya dilakukan untuk menghilangkan derita bagi mereka yang memiliki penyakit yang sudah akut ataupun sudah sekarat.Hal ini bertentangan dengan pandangan gereja, dimana hidup seseorang harus dihargai dan diperjuangkan. Maka, menurut saya euthanasia adalah hanyalah suatu jalan pintas yang instan untuk menghilangkan penderitaan. Dengan euthanasia, berarti tidak menghargai kehidupan yang diberikan oleh Tuhan.
Menurut saya, mereka yang sekarat sebaiknya memperjuangkan hidup mereka selagi masih hidup karena dengan mengakhiri hidup mereka,tidak akan memberi dampak positif yang berguna bagi orang lain. Tentu hal itu berat untuk dilakukan, namun semuanya pasti ada jalannya. Maka, pentingnya penghargaan diri dan bersyukur atas hidup yang diberikan.

Christovan Yesayas M. XIA3/10

Machina mengatakan...

Saya rasa euthanasia sendiri bisa digunakan sebagai hal yang baik jika kita mengggunakan sebuah kasus dimana sebuah orang yang dirawat dalam jangka waktu yang lama dan mempunyai peluang hidup hanya 10% maka kita bisa mengggunakan euthanasia tetapi harus diingat bahwa sering kali banyak orang yang mengekploitasi sehingga dengan itu euthanasia hanya boleh digunakan untuk hal baik

Pavel XIA3/27

Unknown mengatakan...

Pengertian euthanasia terkadang membuat orang justru bisa tenang mendengarnya. Euthanasia yang berarti kematian baik, membuat paradigma baru di kalangan para pelaku euthanasia sendiri. Menurut saya euthanasia itu memang dulunya hanya berjalan di lingkup medis saja, namun dewasa kini praktik euthanasia digunakan pada segala praktik dalam berbagai kondisi seperti stress, depresi, dll. Memang euthanasi aktif sudah jelas dilarang, namun euthanasia pasif masih bisa digunakan, tetapi dengan peringatan yang mendesak dan pemutusan yang bijaksana. Hingga pada akhirnya, jika euthanasia itu dilakukan. Maka perlulah untuk bersama sama dengan rekan, keluarga, atau pribadi itu sendiri untuk mempersiapkan jiwa pasien kepada kehidupan yang kekal.


Ravi Amtiran-XI IPA 4-28

dewa rangga mengatakan...

menurut saya euthanasia sebenarnya memiliki niat yang baik, yaitu mengakhiri penderitaan seorang pasien, siksaan hidup seorang pasien. tetapi dalam sudut pandang katholik jelas euthanasia tidak boleh dilakukan. mengapa? karena euthanasia melanggar hak hidup orang. dan nyawa seseorang tersebut bukanlah milik kita tetapi milik tuhan. sedangkan dalam agama islam, ketika manusia sedang sakit maka dia sebenarnya sedang ada dalam proses penghapusan dosa. semakin besar sakit dari penyakitnya maka dosa yang akan dihapus akan lebih banyak. sehingga apabila di euthanasia maka sebenarnya kita menghalangi orang tersebut untuk menghapus dosanya.

DEWA RANGGA/XIA4/15

Unknown mengatakan...

menurut saya euthanasia bisa memberikan hal yang terbaik untuk seseorang yang menderita penyakit yang susah untuk disembuhkan. Tetapi kita pun tidak memiliki hak untuk mengakhiri hidup orang tersebut, melainkan kita harus memperjuangkan sebaik dan sebisa mungkin untuk memperpanjang hidup orang tersebut agar bisa mengikuti pengakuan dosa. Jikalau kita melakukan euthanasia kepada orang tersebut, maka secara tidak langsung kita tidak memberikan kesempatan kepada orang yang ingin mengakui dosanya dan mohon pengampunan

Unknown mengatakan...

IGNATIUS GABRIEL XIA4/16

dewa rangga mengatakan...

Seseorang ingin euthanasia untuk mengakhirkan penderitaan yang sedang dia alami. Dia sudah tidak merasa memiliki tujuan untuk hidup, di mana menurut dia lebih baik mati daripada terus hidup menderita dan mungkin membebankan orang lain. Namun kita tidak boleh menyerah kepada rahmat tuhan. Karena yang sedang kita alami adalah ujian dari tuhan. dan yang pasti mengakhirkan nyawa dengan bunuh diri (mengambil nyawa) diluar rencana tuhan tidak boleh.


Ilham Hakim XIA4/26

Unknown mengatakan...

Rama Aryasuta Pangestu
XI-A3/28

Masalah euthanasia sulit kalau dipandang dengan sudut pandang relijius. Argumen kalau hanya Tuhan yang dapat menentukan hodup atau mati, tidak valid. Bukankah apabila Tuhan menghendaki seorang mati, namun kita bersikeras membantu nya tetap hidup, itu kontra dengan kehendak Tuhan? Tidak dimetahuinya kehendak Tuhan apakah seorang itu memang sudah seharusnya dipanggil atau belum, membuat argumen semacam ini tidak valid.

Maka, permasalahan euthanasia harus dilihat dari sudut pandang berbeda. Bedanya kondisi, baik itu dari segi ekonomi atau hal lainnya, membuat tiap kasus tidak bisa di samaratakan. Maka euthanasia seharusnya menjadi hak keputusan diri masing masing, ataupun keluarga sebagai perwakilan.

Unknown mengatakan...

Walaupun niat awal dari euthanasia itu sebuah niat yang baik, dengan mengakhiri kesengsaraan seseorang. Sudah secara mutlak dapat diakui bahwa sebuah niat yang baik tidak dapat membenarkan sebuah perilaku yang salah. Harus dilihat juga melalui proses dan tindakannya. Karena dari segi Kristiani sangat tampak bahwa mengambil kehidupan seseorang itu salah, dari sudut pandang apapun. Kita harus dengan upaya apapun mendorong kepada preservasi kehidupan, dengan harapan orang tersebut dapat membaik.

Gregory Isaac K. XIA1/9

Karol mengatakan...

Bagi saya euthanasia sangat tidak manusiawi Karena merupakan tindakan yang tidak menghargai makna kehidupan.

Meskipun tujuannya Mulia yaitu untuk mengakhiri penderitaan. Namun, itulah kehidupan. Ada saat dimana kita harus merasakan suatu penderitaan Karena yang namanya hidup tidak selalu nyaman. Dan dengan euthanasia sama dengan melarikan diri Dari penderitaan ITU.

Meskipun pada akhirnya yg bersangkutan meninggal Karena penyakitnya tersebut, setidaknya biarlah dia meninggal setelah ia berusaha. Dengan begitu ia dapat memperjuangkan makna hidup ini sampai akhir hayatnya. Apa yang telah diberikan Tuhan tidak boleh diambil oleh manusia


Theodore Karol G. 11a1. 29

Matthew Mahendra mengatakan...

Bagi saya, euthanasia sebenarnya adalah tindakan untuk menghentikan penderitaan seseorang dengan pemberian obat. Namun jika didalami, tindakan ini sebenarnya adalah tindakan pembunuhan. Pada dasarnya, hanya Allah yang memiliki kekuasaan untuk memberikan dan mengambil nyawa seseorang, bukan sesama manusia. Euthanasia biasanya diminta oleh pasien yang sudah menderita penyakit terminal, sehingga juga dianggap sebagai bunuh diri. Kita sebagai manusia seharusnya dapat mensyukuri hidup kita selama kita masih hidup dan jika mungkin sudah sekarat, kita dapat setidaknya memberikan kesempatan untuk menerima sakramen orang sakit dan sakramen pertobatan sebelum meninggal, tidak langsung mencabut nyawanya dengan Euthanasia

Matthew Mahendra
XIA1/20
CC21

Unknown mengatakan...

Membahas tentang euthanasia, pada dasarnya, gambaran umum euthanasia adalah mengakhiri kehidupan seseorang yang biasanya sudah mengalami sakit berkepanjangan, agar mensudahkan rasa sakit pasien tersebut. Memang, tampaknya mulia dan baik, membuat rasa sakit pasien itu selesai, dan berharap berakhir pada kematian yang tenang. Namum hal ini sangat bertentangan dengan pandangan moral Kristiani. Pada dasarnya, hidup manusia hanya dimiliki oleh penciptanya yakni Tuhan sendiri. Maka yang berkenan dan memiliki hak untuk mengakhiri dan menyudahkan hidup itu hanyalah Tuhan sendiri. Maka tidak dapat dibenarkan bahwa dengan euthanasia kita bisa menolong hidup seseorang, itu adalah kesalahan yang sangat fatal. Justru, kita harus dengan semampunya, mempertahankan hidup yang asalah karunia Tuhan. Kasarnya, kita harus radikal mempertahankan hidup saya dan hidup orang lain juga.

Francisco Adriane XIA1/7

Cayo mengatakan...

Tujuan euthanasia adalah mengakhiri kehidupan dan atau mengakhiri penderitaan. Tetapi hidup bukan soal keindahannya saja , pasti ada penderitaannya dan kita tidak boleh menyerah dalam hal itu , semua adalah pemberian Tuhan dan Tuhan tidak pernah memberikan kita suatu persoalan yang kita tidak bisa lakukan , dan menurut saya suatu tindakan euthanasia ini adalah salah , sebaiknya kita selalu berusaha dan selalu usahakan yang terbaik dari kita dan pada akhirnya kitapun tau rencana Tuhan yang sebenarnya


Felix Cahyo Nugroho XIAI/6

dannel mengatakan...

Meskipun tindakan euthanasia memiliki motif dan tujuan yang baik. Namun kita harus ingat bahwa kehidupan dan kematian manusia adalah sepenuhnya kehendak Tuhan. Apapun motif dan tujuannya tidak dapat didukung karena kehidupan itu kudus dan harus dibela, kita sebagai manusia memang seharusnya berjuang demi hidup kita dan tidak menyerah begitu saja.
Dannel Mulja XIA1/3 Kanisius'21

Unknown mengatakan...

Menurut saya, euthanasia tidak seharusnya dilakukan karena menurut ajaran gereja, hidup itu kudus dan harus dibela. Walaupun euthanasia itu membuat seseorang Terbebas dari prnderitaannya, namun tetap saja perlakuan tersebut adalah salah karena euthanasia sama saja dengan membunuh dan nyawa manusia sangat berharga. Tindakan membunuh itu sendiri juga bertentangan dengan perintah Allah ke 5. Tuhan yang berhak atas hidup seseorang dan Tuhanlah yang menentukan akhir hidup kita sehingga euthanasia itu merupakan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan


Andreas Djohan/XIA1/02/CC'21

. mengatakan...

Saya merasa euthanasia harus dilarang. Hal ini karena jika seseorang euthanasia, baik secara aktif atau pasif, maka secara langsung ia mengambil sendiri kehidupannya ,sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Tuhan. Euthanasia, atau seperti diatas disebut juga sebagai bunuh diri berbantuan, mengambil kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan. Walaupun memang alasan utama seseorang melakukan euthanasia adalah untuk menghentikan penderitaan akibat suatu penyakit misalnya, namun tetap saja kita tidak bisa membenarkannya karena mengambil kehidupan seseorang. Seseorang harus terus menerus untuk mempertahankan kehidupannya dan tidak menyerah. Hidup memang kadang menyakitkan, dan dapat menekan batin seseorang. Namun jika kita harus bisa berusaha melewati percobaan itu dengan sekuat tenaga, dan jika kita pada akhirnya tidak berhasil, setidaknya kita telah berusaha, dan itu jauh lebih terhormat daripada mencoba untuk kabur dan menyerah dari cobaan itu.

Ignasius Riguel
XIA1/11
CC 21

Sean mengatakan...

Berdasarkan moral kristiani sebebarnya euthanasia itu dilarang karena termasuk tindakan membunuh seseorang. Tetapi lewat sudut pandang logika dan berpikir kritis euthanasia dapat dianggap benar dan membantu. Hal itu dikarena mengakhiri sakit yang menyiksa pasien yang tak dapat disembuhkan lagi. Berdasarkan pelajaran yang saya lewati tentang suara hati, dapat saya ketahui bahwa pembunuhan merupakan langgaran moral kristiani terkecuali hukuman mati sebagai jalan terakhir menghukum kriminal. Karena terdapat pengecualian tersebut saya berpendapat untuk memasukan euthanasia ke pengecualian tersebut karena eurhanasia memberikan manfaat bagi pasien dan mendapatkan persetujuan. Hal ini berbeda dengan bunuh diri karena meperlukan persetujuan juga dari keluarga yang bersangkutan. Secara hukum dan HAM masih terdapat konflik antara setuju atau tidak sehingga perlu adanya kepastian.

Fransiskus Sean Tanlie
XI-A2/11
CC'21

Martin Suria mengatakan...

Jika kita mengkaitkan dengan dunia pada zaman ini, euthanasia disebabkan oleh beberapa faktor. Biasanya apabila dokter memang sudah mengizinkan untuk melakukan euthanasia dan keluargapun setuju dengan hal tersebut, itu adalah hal yang lumrah karena memang keadaan pasien yang tidak memungkinkan untuk diselamatkan dengan berbagai daya dan cara. Tetapi itu ada beberapa pasien yang sakit dan sisi keekonomian keluarga yang tidak mencukupi untuk berobat dan segalanya sehingga keluarga maupun pasien lebih memilih untuk mati dengan euthanasia dibandingkan dia harus menahan sakit karena tidak ada biaya, dan menurut saya ini adalah cara pandang masyarakat yang salah dan tidak beratas namakan hati nurani. Menurut saya masih banyak cara yang lebih bermoral dan membawah hati nurani kita dibandingkan kita menyerahkan diri kita begitu saja ataupun memilih untuk mati dengan cara yang mudah, kitapun tahu kadang memang hidup berhiruk pikuk, tetapi sayapun percaya tidak ada segala usaha yang tidak membawakan hasil selama kita percaya bahwa Tuhan maha penyembuh.

Martin Suria
XIA2/21
CC 21

. mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Sun mengatakan...

Menurut jika kita melakukan Eutanasia kita sama saja dengan pembunuh. Dengan melakukan eutanasia, kita telah mencabut hak hidup orang tersebut. Menurut prespektif gereja katolik hanya Allah yang berhak mencabut hidup seseorang, sedangkan manusia tidak memiliki hak untuk mencabut hidupnya maupun orang lain. Eutanasia juga melanggar perintah Allah yang kelima yaitu jangan membunuh. Selain itu, Eutanasia juga melanggar hak asasi orang tersebut yaitu hak untuk hidup. Terkadang orang melakukan eutanasia dengan alasan orang tersebut tidak bisa diselamatkan lagi. Tetapi oleh karena hal itu harusnya kita berusaha sebisa kita untuk menyelamatkan orang tersebut bukan putus asa dan membiarkan orang tersebut meninggal.

Andrew Claudio Sunardi
XIA2/4
CC'21

Topher mengatakan...

Euthanasia menurut pandangan gereja memang salah karena euthanasia memang mengambil nyawa orang lain atau lebih dikenal dengan membunuh orang lain. Namun jika kita lihat dari pandangan pasien yang telah menderita selama bertahun-tahun dan penyakitnya parah serta belum ditemukan obatnya, maka tentu saja ia berpikir lebih baik mengakhiri hidupnya daripada harus menderita dan menjadi beban hidup orang lain.

CHRISTOPHER EDMUND HARYANTO
XIA2/07
CC 21

NTA mengatakan...

Seringkali isu euthanasia menjadi sebuah dilema akibat berbagai aspek dinamika seperti legal, etika, dan hak asasi manusia. Karena pada dasarnya, Euthanasia ini masih termasuk sebagai perilaku yang mengakhiri kehidupan seseorang. Apabila secara hukum dan kemanusiaan begitu sulit untuk mengambil kesimpulan apakah euthanasia diperbolehkan atau tidak, marilah kita bergeser sedikit ke ranah agama.
Pandangan Gereja Katolik mengenai euthanasia menentang dengan sangat jelas, bahwa tidak seorang pun diperkenankan meminta perbuatan pembunuhan, entah untuk
dirinya sendiri, entah untuk orang lain yang dipercayakan kepadanya. Gejala yang paling mengkhawatirkan dari pratik euthnasia adalah dapat menciptakan budaya kematian. Jumlah orang-orang lanjut usia yang lemah atau orang yang sakit keras dan tidak dapat tertolong, dapat dianggap sebagai beban yang mengganggu. Euthanasia yang mengendalikan maut dan mendatangkan kematian sebelum waktunya, dengan secara “halus” mengakhiri hidupnya sendiri atau hidup orang lain. Semua ini nampak tidak masuk akal dan melawan perikemanusiaan. Euthanasia merupakan pelanggaran berat terhadap hukum Allah.

Nicholas Tristan A.
XI-A2/26
CC'21

Anonim mengatakan...

Menurut saya, euthanasia atau suntik mati merupakan praktik yang memang tidak sejalan dengan paham Kristiani. Saya sendiri tidak setuju dengan adanya euthanasia ini. Euthanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap hanya menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. Menurut pandangan Gereja Katolik, Gereja sendiri berposisi pro-life dan selalu mendukung kehidupan manusia. Maka, euthanasia sendiri dapat dikatkan dengan kasus bunuh diri dengan menggunakan bantuan berupa suntikan atau obat-obat tertentu. Saya sendiri percaya bahwa kita harus memperjuangkan hidup kita dan kita tidak boleh menyerah karena seburuk apapun kondisi kita, kita harus menghargai tiap nyawa kita sebagai manusia yang sederajat dengan Tuhan. Selain itu, saya juga berpendapat bahwa kita harus berani untuk melawan proyek euthanasia karena hal ini salah dari segi moral maupun agama. Sebagai manusia yang berkehendak bebas, layaknya kita harusnya mampu memilah aksi-aksi yang mau kita lakukan.

Eduardus Dimas Asmaraaji
XI-A2/9
CC'21

Unknown mengatakan...

Menurut saya, euthanasia adalah suatu tindakan yang sama saja dengan membunuh orang. Mereka yang notabenenya sedang menderita dan berjuang untuk kembali hidup seolah tidak diizinkan untuk hidup kembapi, memandang perspektif moral kristiani tentu ini tidak benar. Menggunakan berbagai macam obat ataupun suntikan untuk menghentikan penderitaan. Namun, gereja tentu memandang ini sebagai pertolongan yang semu. Toh pada akhirnya orang itu meninggal, tidak ada bedanya sekarang ataupun nanti. Cara berpikir yang seperti ini sudah sepatutnya dihindari. Kita bagaimanapun juga harus mementingkan kehidupan itu sendiri

Andi M. Azmi Nadhif
XIA3/4

Unknown mengatakan...

Menurut pandangan saya euthanasia merupakan topik yang rancu untuk dibahas dalam masa sekarang. Karena ada orang yang berpendapat bahwa itu adalah cara mengakhiri penderitaan bagi orang yang telah menderita berkepanjangan, dan ada juga yang berpendapat bahwa euthanasia adalah hal yang tidak boleh dilakukan karena tidak sesuai dengan prinsip kehidupan manusia.

Namun, pandangan yang saya pegang adalah tetap pada pandangan gereja, karena saya setuju dengan pendapat pro life dimana hidup adalah hal terpenting dalam dunia ini.Saya percaya bahwa hidup harus diperjuangkan dengan cara apapun juga

Paskasius Andrew XIA3/26

Unknown mengatakan...

menurut saya euthanasia itu merupakan tindakan yang melawan moral manusia. Euthanasia itu seperti yang artikel ini bicarakan adalah sebuah tindakan bunuh diri berbantuan. Ajaran Gereja juga sudah melarang tindakan euthanasia karena kehidupan manusia harus dijaga dan dihargai. Selain itu euthanasia juga dilakukan jika pihak pasien keluarga dan kedokteran semua setuju untuk melakukan tindakan euthanasia.

Namun Gereja juga tidak melarang untuk melakukan tindakan euthanasia pasif. Walaupun kita harus memperjuangkan dan menghargai setiap kehidupan manusia. Jika pasien sudah tidak terselamatkan lebih baik di biarkan saja.
Saya setuju dengan pendapat gereja karena setiap nyawa hidup manusia harus diperjuangkan dan dihargai, lalu jika pasien masih bisa diselamatkan seharusnya tindakan untuk melakukan euthanasia tidak boleh dilakukan, terutama euthanasia aktif karena itu sama saja seperti bunuh diri. Namun jika pasien sudah tidak bisa diselamatkan dengan berbagai cara lebih baik dilakukan euthanasia pasif.

-Theo Adiwinata/XIA-6/28
-CC21

Unknown mengatakan...

Euthanasia menjadi salah satu masalah yang sering diperbincangkan, menurut saya sendiri euthanasia tidak boleh dilakukan baik aktif maupun pasif, bahkan Gereja pun menolak tindakan ini. Melakukan euthanasia sama saja dengan mengambil nyawa milik orang lain. Perlu kita sadari bahwa hidup seseorang sangat berharga dan harus diperjuangkan.

Saya setuju jika euthanasia dilakukan apabila pasien tersebut tidak berdaya lagi setelah dilakukan pengobatan, jika pasien sudah dipastikan bahwa tubuhnya tidak akan mampu bertahan lagi jika tidak ada pengobatan, baru saya setuju untuk dilakukan euthanasia pasif bukan aktif.

Michael Ananta XIA6/18 CC'21

Albertus mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Timothy A. S. mengatakan...

Menurut saya, euthanasia adalah sebuah aksi yang melanggar kehendak Tuhan, karena sesungguhnya hidup adalah milik Tuhan, kebahagiaan dan penderitaan juga merupakan bagian dari hidup dan merupakan pemberian Tuhan. Semua orang yang terlibat dalam euthanasia bersalah, karena orang yang ingin mengakhiri hidupnya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan yang hidupnya pasrah pada keadaan yang merupakan pemberian Tuhan Orang yang membantu dalam euthanasia juga membantu untuk mengakhiri hidup seseorang, sehingga tidak membantu memperjuangkan hidup sesama. Gereja juga mengajarkan kita untuk selalu mengutamakan hidup (pro-life) daripada pilihan hidup. Kita seharusnya menghormati dan menghargai kehidupan yang telah Tuhan berikan. Dengan sengaja mengakhiri hidup adalah salah satu bentuk penolakan terhadap rencana Allah.

Timothy Antonius Sevenson / XIA6 / 29
CC'21

Unknown mengatakan...

Euthanasia merupakan suatu topik pembahasan yang hangat dan menjadi perbincangan kasus moral aktual yang sulit ditentukan nilai kebenarannya. Euthanasia berarti mengakhiri hidup seseorang dengan tindakan yang dilakukan dengan kesadaran. Euthanasia sering kali dikaitkan dengan bunuh diri berbatuan karena euthanasia diniali membantu seseorang yang mengidap penyakit yang dianggap tidak dapat disembuhkan mengakhiri hidupnya. Banyak orang berpendapat bahwa euthanasia membantu penderita melewati masa sulitnya/penderitannya.

Gereja sendiri berpandangan bahwa euthanasia merupakan tindakan yang salah dan bukan suatu opsi untuk menuju keselamatan kekal. Meskipun begitu, ditengah banyaknya praktik euthanasia yang dilakukan gereja berpendapat bahwa euthanasia masih mungkin dilakukan jika cara yang digunakan adalah euthanasia pasif, yaitu mengambil alat-alat yang menunjang kehidupan penderita. Meskipun begitu gereja menekankan kembali agar tindakan tersebut tidak dilakukan.

Menurut saya euthanasia merupakan tindakan yang tidak tepat untuk dilakukan. Jikalau dilakukan, saya memutuskan untuk mendukung pendapat gereja yaitu melakukan euthanasia pasif. Selama proses berlangsung penderita dan keluarga sebaiknya mempersiapkan iman dan kekuatan rohani melalui berbagai sakramen yang diyakini oleh pihak keluarga dan penderita. Pada akhirnya, euthanasia merupakan suatu tindakan yang tidak tepat, karena euthanasia merupakan suatu tindakan pembunuhan yang secara jelas menghilangkan martabat manusia yang diciptakan sesuai citra Allah. Kita seharusnya memiliki kesadaran akan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah untuk hadir di dunia demi kemuliaan nama-Nya

CC21 - Alvin Tanujaya XIA6/5

saleh mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
saleh mengatakan...

Saya merasa kehidupan manusia harus selalu diperjuangkan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Setiap orang yang hidup di dunia ini merupakan ciptaan Tuhan, dan hanya Tuhan yang memiliki hak untuk mencabutnya kembali. Maka seharusnya memang euthanasia itu tidak boleh dilakukan, baik pasif ataupun aktif. Sebagai dokter, merawat dan membantu pasien sepenuhnya merupakan kewajibanya. Bahkan untuk orang yang sudah lumpuh atau cacat, yang mungkin merasa bahwa hidupnya sudah tak berguna lagi, harus tetap diperjuangkan, percaya bahwa Tuhan pasti memiliki tujuanya sendiri. Sekalipun orang tersebut sudah tidak bisa diselamatkan kembali, tetap kita usahakan dan kita persiapkan semaksimalnya untuk kehidupan selanjutnya, dan euthanasia tetap dihindari.

CC21-Jonathan Adrianto Saleh XIA6/12

Bagas Ario mengatakan...

menurut saya, euthanasia merupakan sesuatu yang benar asalkan digunakan didalam kondisi yang benar dan disaat kondisi yang sangat mendesak. di dalam kasus tersebut asalkan orang yang menjadi penerima euthanasia tersebut setuju, maka hal tersebut menurut saya layak dan bisa saja untuk dilakukan dengan baik dan benar.

-bennedictus iskandar XIS1/08

SIlverius RTP mengatakan...

Komentar saya terhadap Eutanasia ini adalah, Eutanasia seharusnya ditidakbolehkan di negara ini, dimana Eutanasia adalah bunuh diri berbantuan, dimana ini sama saja dengan BUNUH DIRI dan bedanya adalah dibantu dengan orang lain, contohnya adalah dokter yang menyuntik mati pasiemya dengan persetujuan pasien terlebih dahulu. Mungkin hal itu dilakukan sekedar untuk mengakhiri penderitaan sebagai orang yang sakit dan mengalamu penderitaan, tetapi itu sama saja dengan melewati cobaan dari Tuhan, dan itu tidak diperbolehkan melalui agama, itulah sebabnya Eutanasia ini harus di hilangkan di negara ini, atau bahkan dunia ini.

- Silverius Abel RTP / XIS2 / 22
- CC 21 -

Marshroomguy mengatakan...

Ignatius Radi Haryanto XIS2/15

Bukan saya ingin radikal tetapi saya memang mendukung bahwa eutanasia pasif juga tidak melaksanakan kewajiban dalam memelihara hidup. Kebanyakan kasus euthanasia pasif dikarenakan adanya kekurangan ekonomi atau biaya pengobatan. Sebenarnya jangan sampai pengobatan diberhentikan tetapi berikanlah sebaik mungkin pengobatan yang ada. Meskipun harus utang sedemikian besar, anda percaya bahwa utang tersebut pasti bisa terlunasi. Bila kita sudah beusaha keras dan dan tetap saja TIDAK berhasil, hal tersebut pasti menyesakkan. Setidaknya anda sudah memberikan kesempatan hidup semaksimal mungkin pada penderita. Jangan sampai memutus dan dan mencabut alat bantu hidup bila si penderita belum melepaskan nyawanya. Lagi pula pengobatan pun tidak akan lama, tubuh yang terpasang alat bantu bisa melemah dan akhirnya meninggal karena kemampuan biologis dan sainsnya sudah menentukan. Tuhan telag menyentuh saya dengan sains dan saya dasarkan euthanasia ini pada sains yang dianuhrahkan Tuhan. Tuhan akan mengatur kekuatan biologis dari sang penderita. Biar Tuhan yang memutuskan lemah kuatnya tubuh penderita. Bila pengobatan berjalan terus, pasti kita mempersilakan Tuhan untuk menentukan kapan sang penderita sudah mencapai kemampuannya dan karyanya di dunia.

Bagas mengatakan...

Bagi saya tindakan eutanasia ini tindakan yang sangat melawan hukum agama, dikarenakan tindakan atau pilihan eutanasia sama saja dengan bunuh diri dan juga bagi orang yang memberi pilihannya dan pembuat bahan eutanasianya juga akan terkena dosanya. Karena sama saja mereka membunuh orang yang masih keadaan sadar dan masih mempunyai jiwa. Tetapi ada pandangan lain dari pendapat saya, jika seseorang tersebut dalam keadaan koma yang disebabkan batang saraf otak kita mati. Dengan keadaan batang syaraf otak kita mati sama saja lrang tersebut sudah meninggal karena batang saraf otaklah yang menjalankan seluruh organ kita dan dengan bantuin teknologi orang tersebut bisa tetap hidup. Menurut saya itu percuma sama saja kalian memberi makan terhadap orang yang sudah meninggal. Jadi dalam pilihan ini jika seseorang yang mempunyai kekuasaan untuk memilih dilepaskan mesinnya dan dibiarkan meninggal itu adalah tindakan yang wajar bagi saya, ya dikarenakan orang tersebut dalam jiwa sudah meninggal. Dan sebenarnya dalam koma pun yang masih dapat sadar orang tersebut bisa melakukan hal yang mungkin orang lain tidak dapat lakukan dan membuka kesempatan bagi orang berbuat baik kepada pengidap tersebut. Ini adalah pendapat pribadi saya, tetapi orang lain bisa berbeda prinsip.

-Ignatius Bagaskara Priojati Santosa
XIS2 / 14
- CC 21 -

Unknown mengatakan...

Saat seorang pasien sudah mengambil keputusan untuk berhenti dan membiarkan si dokter mencabut seluruh perangkat pengobatan, maka mungkin itu adalah jalan terbaik apabila kita berfikir secara logis. Sang Pasien kemudian akan segera menyudahi penderitaanya, sekaligus Si Dokter yang akan berkurang satu pasien. Namun, terkadang alasan logis tidak dapat menjadi acuan kita sebagai Umat Katolik. Apapun yang kita lakukan, itu semua merupakan rencana dari Allah. selayaknya kehidupan, kematian pun juga merupakan rencana Allah. Dan melakukan Euthanasia adalah sebuah tindakan berat yang menyangkut ketidaktaan kepada hukum moral, dan sungguh kepada Tuhan sendiri, pencipta hukum tersebut.

Paus Yohanes Paulus II dalam Evangelium Vitae 65 pun menyatakan bahwa Euthanasia merupakan pembunuhan secara disengaja dengan maksud meniadakan semua penderitaan. Melalui penderitaan, Allah sedang menguji ketaatan dan kesetiaan kita untuk berjuang dan berpegang teguh pada firman-Nya. Hidup kita adalah salib yang harus dipikul seberat apapun penderitaan itu. dengan melakukan Euthanasia, bisa diartikan juga sebagai menyudahi kehidupan yang Allah sudah berikan sedemikian rupa. Allah mengingini agar kita senantiasa memelihara hidup dan tidak menyudahinya sebelum Allah yang memanggil hamba-Nya sendiri.

Saya yakin apabila kita berada di posisi sang pasien pasti akan sesekali berfikir untuk menyerah. Tapi justru dalam saat seperti itu, Allah menginginkan kita untuk kuat dalam menghadapi pencobaan dan tidak menyerah. Apapun itu baik Euthanasia aktif ataupun pasif itu bukanlah jalan keluar. maka dari itu, pesan saya untuk seluruh pasien yang dalam kondisi kritis dan berfikir untuk melakukan euthaniasia adalah jangan berhenti berjuang, Tuhan berserta-Mu.

Juan Fraderick
XI IPS 2 / 17
Kanisius 21

nave mengatakan...

saat memandang euthanasia terdapat 2 sisi yaitu dari sudut pandang gereja dan sudut pandang pribadi.Pandangan gereja terhadap euthanasia sudah jelas bahwa gereja menolaknya karena menurut gereja tindakan euthanasia berarti menghilangkan nyawa seseorang secara sengaja yang berarti secara tidak langsung merupakan pembunuhan, padahal Tuhan sendiri telah memberikan hidupnya bagi manusia, seakan-akan manusia bermain atau berlagak Tuhan dengan mencabut atau memutuskan hidup dan matinya seorang manusia.Namun ada dilema tersendiri dimana seseorang dapat melaksanakan euthanasia karena Ia sudah tidak mampu lagi menahan rasa sakit atau tidak mau merasakan penderitaan.Padahal penderitaan merupakan hal yang wajar dan semua orang merasakannya. Menurut saya sendiri euthanasia merupakan hal yang sulit untukdiputuskan karena dalam melihat suatu kasus euthanasia menurut saya perlu perencanaan yang matang mulai dari melihat dampaknya dari sisi agama maupun dari sisi medis.Dilema dapat datang bila ada kasus seperti kerusakan batang otak yang menyebabkan mati otak atau kondisi seperti coma dimana seseorang sudah tidak memiliki perasaan ataupun kemampuan untuk berpikir,sehingga tidak memiliki kemampuan untuk merasakan atau memikirkan apapun, atau pun kasus seperti saat ada orang yang mengalami penyakit yang membuatnya sangat menderita sehingga ia terus hidup dengan penderitaan dan semua kesakitannya, dengan kasus-kasus ini ada poin penting yang dapat digaris bawahi yaitu urusan hidup dan mati bukanlah di tangan manusia melainkan di tangan Tuhan, oleh sebab itu euthanasia tidak boleh dilakukan karena euthanasia tidak menghargai kehidupan yang telah diberikan alah,dan tindakan euthanasia secara tidak langsung mengilangkan penderitaan yang sewajarnya kita lewagi dan hadapi di dunia ini.

Gerald Evan Aryasatya
XIS2/13
CC'21
doesat

nave mengatakan...

*Allah

Inigo Rayka mengatakan...

Menurut saya artikel ini hanya membahas secara singkat apa yang dimaksud dari Euthanasia atau istilah yang digunakan pada artikel diatas, ‘bunuh diri berbantuan’. Maka dari itu, izinkan saya untuk memperdalam kasus seputar Euthanasia yang kebetulan baru saja kami pelajari pada pelajaran agama di kelas. Permaslaahan dan konflik yang dialami di seluruh dunia karena kasus euthanasia tak sedikit. Khususnya, adalah bagaimana menyatukan pandangan Gereja dengan kemanusiaan. Gereja, lebih khususnya Gereja Katolik, sangat menjunjung tinggi kehidupan. Paus Yohanes Paulus II dalam Evangelium Vitae, menyatakan secara definitif bahwa pembunuhan seorang manusia yang tak bersalah selalu merupakan perbuatan imoral/ tidak bermoral. Ia juga mengatakan bahwa Euthanasia merupakan sebuah kematian dengan maksud untuk meniadakan segala penderitaan, dan itu tidak dibenarkan. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan oleh guru agama kami yakni penderitaan walau pahit namun tidak boleh dihindari. Pernyataan-pernyataan ini membuat saya berefleksi diri. Sebab saya yakin, bahwa Tuhan tidak ingin domba-dombanya untuk menderita. Namun pertanyaan besar di benak saya adalah, mengapa manusia tidak boleh lari dari penderitaan itu sendiri? Dan bila itu dilakukan apakah itu melanggar ajaran Gereja? Disinilah dimana saya melihat dari aspek kemanusiaan, dengan tujuan agar menjadi manusia yang obyektif; religius namun juga rasional. Seperti yang dijelaskan pada artitkel ini, ada beberapa jenis dari euthanasia. 2 yang paling umum adalah Euthanasia Aktif dan Euthanasia Pasif. Euthanasia Pasif yakni ‘bila seseorang sudah mengalami penyakit yang berada pada taraf yang paling parah, dan sudah tidak dapat disembuhkan, maka para dokter tidak wajib memasukkannya ke dalam Unit Perawatan Intensif dan boleh saja menghentikan alat bantu hidup, jika pemakaiannya tidak bisa membawa penyembuhan lagi’ (pada artikel). Poin saya disini adalah, daripada pasien tersebut hanya menguras terus biaya rumah sakit yang harus dikeluarkan oleh keluarganya, saya kira hanya sia-sia. Sebab menurut saya, apa yang ia lakukan adalah hanya untuk memperpanjang hidup yang nyatanya sudah tiada. Lalu apa yang tidak sia-sia? Yaitu pengorbanan dan pengambilan keputusan yang ia lakukan. Ia rela mati demi keluarganya, dan para kerabatnya. Ia mengorbankan dirinya karena tidak ingin mereka diberatkan oleh tagihan rumah sakit dan oleh waktu. Pengorbanan itulah yang saya pikir yang dimaksud sebagai Euthanasia namun tetap sejalan dengan ajaran Gereja.
Demi Lebih Besarnya Kemuliaan Tuhan.
Inigo Rayka (XIS2/16)
SOS’21 | CC’21

Spas12man mengatakan...


Ya sebenarnya, memang susah melepaskan seseorang yang kita sayang. Maka euthanasia memang terlihat moral karena kematian yang lebih cepat, menurut saya sendiri memang harus dari diri itu sendiri. Tuhan sudah memberikan kami free will, saya sendiri juga sempat mempunyai anggota keluarga terpapat Dementia, penyakit yang sungguh menyeramkan andaikan seluruh hidup kita seakan-akan sia-sia karena kehilangannya kenangan dan kemampuan untuk menjadi "manusia" jika kita sudah seperti itu, bagaikan sudah bukan manusia lagi. Tetapi kita tetap harus menyukuri hidup saya rasa, meski kita bagaikan sudah tidak manusia lagi, tapi ya lebih gampang dikatakan dari dilakukan. Selama saya masih bernafas, saya akan berusaha menghidupi hidup sebaik mungkin. Revo/11-5/31/CC'25

Constantine Davin Ethan mengatakan...

Constantine Davin Ethan XIA5/05
Euthanasia sering terkait dengan aspek moral, etika, yang kontroversial. Beberapa orang memercayai mengakhiri hidup seseorang dengan sengaja, bahkan atas permintaan sendiri, melanggar prinsip-prinsip moral dan kehidupan yang dianggap suci. Mereka berpendapat bahwa mengizinkan praktik euthanasia dapat membuka pintu bagi penyalahgunaan. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa legalisasi euthanasia dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap nilai-nilai kemanusiaan, dan bahwa solusi yang lebih baik adalah meningkatkan perawatan paliatif dan dukungan bagi pasien yang menghadapi penderitaan tanpa mengakhiri hidup mereka secara aktif. Saya sendiri cukup setuju euthanasia dilakukan, namun dengan kondisi dan syarat yang sangat banyak agar ada limit atau pembatasan standar dimana euthanasia layak digunakan.

Hugo Boedisoekrijo mengatakan...

Pertama-tama, Euthanasia atau suntik mati memiliki makna yang serupa dengan perbuatan membunuh. Jadi, seseorang yang sudah menyerah untuk hidup dibiarkan mati secara perlahan-lahan di depan banyak orang. Jika dilihat dari sudut pandang gereja katolik, seseorang yang mencabut nyawa, bisa sendiri atau orang lain mendapatkan dosa yang sangat berat. Selain dilihat dari pandangan gereja, jika dilihat dari sisi kemanusiaan, hal ini sangat tidak etis karena melanggar prinsip moral dalam kehidupan. Menurut saya secara pribadi, saya ini sangat tidak setuju dengan tindakan bunuh diri dalam bentuk apapun, karena hal ini mencerminkan diri manusia yang tidak memiliki semangat hidup dan tidak menghargai talenta yang diberikan oleh Tuhan.

Hugo Boedisoekrijo XI7/16 - 2214552

Gerardo N. A. mengatakan...


Menurut saya, euthanasia adalah sebuah tindakan yang melanggar perintah Allah. Euthanasia merupakan hal yang kontradiksi dari tujuan Allah menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia untuk hidup dan merawat dirinya, bukan mengakhiri hidupnya. Salah satu dari perintah Allah juga berkata tentang jangan membunuh, Maka orang-orang yang terlibat dalam euthanasia secara langsung melanggar perintah Allah. Jika dilihat dari sisi moral kehidupan, tindakan ini juga melanggar tentang moral terhadap sesama manusia, dengan mengakhiri hidupnya. Selain itu, euthanasia juga bisa membuka potensi kejahatan dan pemanfaatan dari euthanasia ini. Maka dari itu, saya menentang tindakan euthanasia. Saya juga percaya bahwa ketika seseorang masih hidup, orang itu masih memiliki tujuan dari Allah yang bisa membawa kebaikan dalam hidup manusia disekitarnya.

Gerardo Nandavardhana Abdipranoto XI7-14 / 2214510

Marcellino Erly Henderson mengatakan...

Menurut pandangan saya, euthanasia bertentangan dengan ajaran agama karena melanggar perintah Allah. Perintah untuk tidak membunuh juga jelas dilanggar oleh mereka yang terlibat dalam euthanasia. Secara moral, euthanasia menimbulkan pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan dengan mengakhiri kehidupan seseorang. Selain itu, terdapat potensi penyalahgunaan dan kejahatan terkait dengan praktik ini. Oleh karena itu, saya mendukung penolakan terhadap euthanasia, saya percaya bahwa kehidupan yang masih berlangsung memiliki tujuan dari Allah yang dapat membawa kebaikan bagi lingkungan sekitarnya.

Marcellino Erly Henderson/XI3/21
CC 25

Mesa Natadenta/XI-4-27/CC'25 mengatakan...

Euthanasia perlu dilihat kembali dalam berbagai perspektif. Perspektif pertama yang ingin saya jelaskan adalah perspektif dari segi etika bahwa tindakan euthanasia aktif dapat dibenarkan. Jika seorang pasien dalam keadaan kompeten, maka gerak anggota tubuh dapat secara sukarela memerintahkan untuk dilakukannya euthanasia tersebut.Secara perkeadilan kita tidak bisa menolak kesempatan pasien untuk bagaimana ia akan mengakhiri hidupnya. Namun, perlu dilihat pula dari segi perspektif agama bahwa tindakan tersebut tidak patut untuk dilakukan. Dikatakan bahwa kehidupan merupakan hadiah yang paling mulia diberikan oleh Tuhan kepada kita. Penting sekali untuk secara konsisten memelihara kesehatan tubuh kita dalam kondisi apapun, karena sesungguhnya itulah kehendak Tuhan. Maka dari itu, euthanasia perlu dikaji dalam berbagai perspektif, terutama segi religi.

Mesa Natadenta XI-4/27/2214660/CC'25

Justin Tjahja mengatakan...

Dalam artikelnya, K. Bertens mengeksplorasi tema euthanasia dengan mendalam, menyoroti evolusi konsep dan praktiknya. Penjelasan tentang transisi dari 'euthanasia pasif' menjadi 'membiarkan pasien meninggal' menggambarkan pergeseran penting dalam pendekatan etis terhadap akhir kehidupan. Artikel ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak emosional dan psikologis dari euthanasia pada pasien dan keluarga, serta menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor eksternal dalam pengambilan keputusan. Diskusi ini penting dalam konteks medis saat ini, mengingat kompleksitas dan sensitivitas topik tersebut.

George Justin Tjahja XI-4/14

Fransiskus Xaverius Dato XI-4/09 mengatakan...

Fransiskus Xaverius Dato XI4/09 CC-25

Menurut saya Euthanasia, atau tindakan mengakhiri hidup pasien terminal, dapat memunculkan perdebatan etika yang rumit. Ada dua bentuk euthanasia: aktif, di mana dokter memberikan suntikan mematikan atas permintaan pasien, dan pasif, di mana pengobatan dihentikan untuk mengakhiri penderitaan. Meskipun ada pendukung yang melihatnya sebagai tindakan belas kasih, pandangan Katolik menggarisbawahi keberhargaan kehidupan dan menekankan perlindungan terhadap kehidupan dari konsepsi hingga kematian alami.

Selain itu Dalam perspektif Katolik, euthanasia menurut saya dianggap bertentangan dengan ajaran moral dan etika, karena mengabaikan prinsip kehidupan yang dianggap sebagai anugerah Tuhan. Gereja Katolik mengajarkan pentingnya perawatan paliatif dan dukungan terhadap pasien terminal sebagai alternatif, serta menekankan peran doa dan spiritualitas dalam menghadapi akhir hidup. Dalam hal ini, dialog antara etika medis modern dan nilai-nilai agama menjadi penting untuk mencari pemahaman bersama dan meresapi kompleksitas isu ini.

Lalu bagi saya sendiri juga mati secara baik atau euthanasia ini sangat tidak baik karena memang walaupun mungkin si penderita tahu bahwa dia memang akan mati dalam waktu cepat namun sebetulnya dari sisi individu yang lain kita bisa melihat bahwa mungkin akan ada ukzijat yang akan tuhan anugrahkan kepada si penderita entah itu dengan secara tiba-tiba sem buh atau lain sebagainya. namun tentu itu semua akan kembali pada diri sendiri si penderita karena kita tidak memaksakan hal tersebut dilakukan. cara paling ampuh menurut saya untuk membangkitkan semangat hidup seperti kasus tersebut adalah dengan berdoa. karena berdoa adalah kuasa yang paling besar dalam kita menjalani hidup kita sehari - hari.

XI4/28 mengatakan...

Menurut saya topik ini sangat kontroversial dan menimbulkan berbagai opini dan pandangan terhadap euthanasia yang sangat bervariasi di masyarakat. Sebagian orang mendukungnya dengan alasan memberikan hak kepada individu untuk mengakhiri penderitaan mereka dalam keadaan terminal. Mereka berpendapat bahwa hal ini merupakan bentuk kasih sayang dan otonomi pasien. Di sisi lain, ada yang menentang euthanasia karena alasan etika, moral, atau keyakinan agama, menganggapnya sebagai tindakan yang melanggar prinsip kehidupan. Pemahaman terhadap euthanasia juga dipengaruhi oleh faktor budaya, hukum, dan nilai-nilai sosial suatu masyarakat. Menurut saya sendiri topik euthanasia sangat menarik, dan memerlukan pembahasan yanh mendalam untuk mencapai pemahaman bersama yang memperhatikan kesejahteraan pasien serra nilai-nilai kemanusiaan.

Jovan Frederick Sentosa / CC’5 / XI-4 / 20 / 2214514 mengatakan...

Euthanasia merupakan topik yang kompleks dan kontroversial, dimana banyak orang yang memiliki pandangan yang berbeda. Beberapa orang berpendapat bahwa tindakan ini melanggar etika dan kehendak Tuhan karena mengakhiri hidup seseorang seolah-olah manusia memiliki kontrol penuh atas hidup dan mati. Pandangan ini sering didasarkan pada nilai-nilai keagamaan dan keyakinan bahwa kehidupan adalah anugerah Tuhan yang tak tergantikan. Meskipun ada argumen bahwa mengakhiri penderitaan melalui euthanasia adalah bentuk kasih sayang, tetapi pandangan ini melanggar norma etika dan moral tertentu yang diyakini oleh sebagian masyarakat.

Jovan Frederick Sentosa XI-4/20/2214514/CC’25

XI-4/21/Jovan Iskandar mengatakan...

Dalam pandangan Katolik, hidup manusia merupakan sebuah hadiah yang diberikan oleh Allah, dan kita harus menghargai hadiah yang diberikan Allah tersebut. Jika melihat dari sepuluh perintah Allah, perintah Allah keenam mengatakan "Jangan Membunuh". Membunuh berarti bahwa kita tidak menghormati martabat manusia untuk hidup. Kemudian Pastor Hermas (sekitar abad I) melawan tindakan bunuh diri karena melawan kehidupan yang diberikan oleh Allah sendiri. Dalam segi moral pun, euthanasia dianggap perbuatan imoral karena merupakan tindakan mengambil nyawa seseorang. Oleh karena itu dari pandangan Katolik maupun moral, euthanasia dikatakan melawan dari kehendak Tuhan dan dianggap tindakan imoral. Namun ada beberapa kondisi yang kompleks dimana perlu didiskusikan lebih lanjut.

Jovan Iskandar XI4/21/CC 25

Paskalis Nathanael Radityatama mengatakan...

Paskalis Nathanael Radityatama/XI-3/29/CC 25
Menurut pandangan saya mengenai tindakan euthanasia ini adalah saya bisa menilainya melalui dua perspektif, yaitu perspektif positif dan perspektif negatif, dimana perspektif ini memiliki tujuannya masing-masing. Dari segi perspektif positif, tindakan euthanasia ini merupakan tindakan yang sebenarnya bisa dikategorikan sebagai tindakan "penyembuhan" bagi pasien yang menderita penyakit keras/berat biasanya. Hal ini bisa terjadi karena tindakan euthanasia ini seperti membiarkan orang tersebut meninggal secara "baik" atau dalam artian bisa dalam "menyembuhkan" penyakitnya tanpa melalui jalan medis, sehingga orang tersebut meninggal dan tidak dapat merasakan sakit yang ia derita lagi. Untuk dari segi perspektif negatif, tindakan euthanasia ini merupakan tindakan yang tidak baik karena hal ini tentu saja berkaitan dengan nyawa seseorang, sehingga menjadi hal yang sangat krusial dan harus dilakukan tindakan dengan secepatnya. Jika pihak medis dengan sengaja mengambil tindakan euthanasia, hal tersebut sama saja dengan membiarkan orang menderita hingga meninggal, sehingga dengan kata lain pihak medis sudah tidak memiliki hati nurani dan moral yang baik lagi. Berdasarkan dua pernyataan diatas, kesimpulan yang bisa saya ambil adalah bahwa tindakan euthanasia ini merupakan tindakan yang sebenarnya tidak benar, karena secara moral dan etika, sejatinya kita harus menolong orang lain agar bisa menjalani kehidupan dengan normal kembali. Tindakan euthanasia ini sebenarnya dapat bisa dikatakan benar jika hanya benar-benar ada dalam kasus khusus yang memang sudah tidak bisa dibantu menggunakan tenaga medis lagi.

Christopher Matthew/XI-3/10/CC 25 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Christopher Matthew/XI-3/10/CC 25 mengatakan...

Sebagai siswa, saya menilai teks tersebut memberikan penjelasan yang cukup komprehensif mengenai isu euthanasia. Penjelasan asal-usul kata 'euthanasia' memberikan dasar pemahaman yang baik tentang konsep ini. Saya menghargai penekanan pada perbedaan antara 'euthanasia aktif' dan 'euthanasia pasif,' serta penggantian istilah 'euthanasia pasif' dengan 'membiarkan pasien meninggal.' Hal ini membantu saya sebagai pembaca untuk lebih memahami nuansa etika di balik tindakan medis terhadap pasien terminal. Selain itu, teks memberikan ruang untuk pemikiran kritis mengenai peran dokter dan hak pasien dalam mengambil keputusan sulit terkait harapan penyembuhan yang tidak mungkin. Keseluruhan, teks ini membantu saya untuk lebih memahami kompleksitas euthanasia dari perspektif etika, dan memberikan landasan bagi pemikiran kritis dalam mengeksplorasi isu-isu tersebut.
Christopher Matthew/XI3-10/CC 25

Jay R.O mengatakan...

Menurut saya tindakan euthanasia ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang, memang dalam 10 perintah Allah, kita dilarang untuk membunuh atau merenggut nyawa seseorang. Hidup yang diberikan oleh Tuhan ini memang seharusnya dihargai. Pada satu sisi, tindakan euthanasia ini sama saja dengan merenggut nyawa seseorang. Namun, pada sisi lainnya, dengan membiarkan para pasien ini menderita hingga meninggal, juga merupakan penyiksaan. Maka dari itu menurut saya tergantung dari sudut pandangnya, tindakan ini bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermoral ataupun tidak. Namun, menurut saya sendiri hal ini bisa dibilang tidak bermoral dikarenakan hal ini dapat merenggut nyawa seseorang, meskipun meninggal dalam kondisi yang mereka anggap lebih baik atau kematian yang baik.

Jay Riva / XI-6_12 / CC25

Gregorius Agung Julian Lukito XI6/8 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Gregorius Agung Julian Lukito XI6/8 mengatakan...

Gregorius Agung Julian Lukito/XI6_8/CC25

Setelah membaca artikel ini, saya mendapatkan perspektif baru tentang euthanasia. Meskipun saya adalah salah satu pendukung euthanasia (jika pasien sudah sangat kritis) dan akan tetap berteguh akan hal itu, saya menemukan bahwa (seperti tanggapan-tanggapan sebelumnya oleh orang lain) terdapat sisi positif dan negatif dari euthanasia. Meskipun suatu 'pembunuhan' terhadap orang lain dilarang baik dalam hukum agama dan hukum negara, kita tidak bisa membiarkan seseorang terus menderita dengan keadaan yang diluar dugaan dan kuasa mereka dan menurut saya melakukan euthanasia terhadap seseorang yang kritis merupakan hal yang baik karena melepaskan seseorang dari penderitaan tersebut. Saya sendiri tidak rela melihat kalau saya sendiri mendapatkan penyakit misalnya kanker tahap akhir dan saya harus mati menderita.

Dalam sisi lain, kita juga tidak lupa bahwa euthanasia ibaratnya bermain dengan nyawa seseorang. Maka dari itu, euthanasia tidak semena-mena dilakukan begitu saja dan kapan saja dan diperlukan keputusan yang krusial untuk menentukan apakah euthanasia memang perlu dilakukan.

Zefanya Nathaniel Tanzil XI6_33/CC25 mengatakan...

Euthanasia adalah isu kontroversial yang melibatkan pengakhiran hidup seseorang untuk menghentikan penderitaan tak tertahankan atau penyakit terminal. Pendukungnya berargumen bahwa itu memberikan pilihan mengakhiri penderitaan dan menghormati kehendak individu. Namun, banyak yang menentangnya karena melanggar nilai-nilai agama dan etika, serta meninggalkan risiko penyalahgunaan keputusan hidup dan mati. Pendirian agama seringkali mempengaruhi sikap terhadap euthanasia, dengan beberapa agama menentangnya secara tegas sementara yang lain membolehkannya dalam situasi tertentu.

Zefanya Nathaniel Tanzil XI-6_33/CC25

darrel mengatakan...

Euthanasia merupakan suatu tindakan yang bisa diambil oleh seseorang untuk melakukan yang bisa dibilang mencabut nyawanya dengan cara yang benar, dengan persetujuan orang tersebut dan demi kebaikan orang itu. Tetapi jika dipikir lebih dalam saya rasa tidak semudah itu untuk mengakhiri hidup seseorang. Agama juga menentang kita untuk mengakhiri hidup orang karena dianggap mendahulukan atau tidak menghargai Tuhan dan rencana baiknya yang mungkin belum terlihat. Oleh karena itu, hal ini menjadi kontroversi yang mengundang banyak pandangan, tetapi artikel ini membuat saya memiliki pandangan barj tentang hal tersebut. Walaupun demikian tetapi menurut saya hal tersebut masih tidak etis untuk dilakukan karena kita tidak pernah tahu muzizat dari Tuhan yang mungkin terjadi.

Darrel Nathan Prasetia XI5_08/CC25

Darren Nathan Leonardi mengatakan...

Menurut saya, euthanasia merupakan sebuah tindakan yang salah, karena pada dasarnya Tuhan menciptakan manusia agar bertahan hidup hingga akhirnya meninggal karena usia. Namun euthanasia dapat dilihat dari 2 sudut pandang. Contoh sederhananya adalah jika ada seseorang yang mengalami kecelakaan dan harus berbaring di rumah sakit dan tidak dapat melakukan apa apa. Jika saya menjadi orang tersebut, dan orang orang disekitar saya masih peduli dan sanggup untuk merawat saya, maka saya tidak akan pernah setuju untuk melakukan euthanasia. Namun beda cerita bila hal itu membebani orang disekitar saya, misalkan sudah tidak bisa membiayai biaya rumah sakit saya. Maka saya akan setuju untuk melakukan euthanasia karena dengan begitu setidaknya saya tidak membebani orang orang disekitar saya lagi. Namun jika ditanya mengenai euthanasia secara keseluruhan, maka saya akan tetap menjawab bahwa euthanasia merupakan tindakan yang salah dan tidak patut dilakukan

Darren Nathan Leonardi / XI5-9 / CC 25

Thomas Steven mengatakan...

Jika dilihat dari istilah Euthanasia itu sendiri, memang sudah terlihat bahwa hal ini sangat tidak etis karena bersangkutan dengan mengakhiri hidup seseorang. Euthanasia memang sudah menjadi isu yang sangat kontroversial. Dalam sisi keagamaan hal ini memang sudah berlawanan karena dianggap mengambil nyawa orang, tetapi di sisi lain orang yang memang sudah kritis dan tidak tertolong sangat terbantu karena memang jika nyawanya sudah dapat dikatakan diujung akhir hayatnya. Tetapi menurut saya beberapa orang yang masih dapat bertahan hidup dan menjalankan hidupnya dengan baik seharusnya memang menjauhkan diri dari pemikiran Eusthanasia ini karena memang jalan yang Tuhan berikan tidak selalu diketahui oleh setiap orang dan pastinya jalan tersebut adalah keputusan terbaik yang sudah dipersiapkan oleh Tuhan.

Thomas Steven Ardririanto / XI5 - 29 / CC 25

Nathanael Nicholas Prayogo XI5/26/CC25 mengatakan...

Euthanasia adalah tindakan sengaja mengakhiri hidup pasien yang menderita penyakit yang sulit disembuhkan, atas permintaan pasien atau keluarganya, demi kepentingan pasien atau keluarganya. Walaupun praktek ini digunakan untuk membantu mereka yang sudah tidak bisa disembuhkan lagi, adapun orang yang menggunakan euthanasia sebagai cara untuk melalui masalah hidup dengan mudah (dengan mengakhiri hidupnya. Saya sendiri tidak setuju dengan euthanasia secara keseluruhan walaupun digunakan untuk hal yang baik maupun buruk. Hal ini karena euthanasia sendiri melanggar salah satu perintah dari 10 perintah allah, yaitu "jangan membunuh." Secara tidak langsung, ketika seseorang melakukan praktik euthanasia, mereka membunuh orang lain. Penentu panjangnya hidup manusia suatu hak yang kami manusia tidak memiliki.

Nathanael Nicholas Prayogo/XI5-26/CC 25

Dexter Ezekiel Karjantoro mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Dexter Ezekiel Karjantoro mengatakan...

Euthanasia menurut saya merupakan suatu hal yang memang sangat kontroversial. Pada dasarnya, euthanasia memang sama seperti bunuh diri atau membunuh orang lain. Namun euthanasia biasanya dilakukan jika seseorang sedang mengalami kesakitan parah dan sudah tidak ingin hidup lagi. Euthanasia bisa ditangkap sebagai suatu hal yang baik dan tidak baik sekaligus. Dimana dengan euthanasia, seseorang tidak harus lagi sengsara dengan kesakitan yang Ia alami seperti kanker. Dengan adanya eutanasia, orang yang sedang dirawati bisa mengurangkan beban yang dihadapi keluarganya dengan biaya perawatan. Tetapi hal yang tidak baik menurut saya mengenai eutanasia adalah dimana dengan melakukan eutanasia, kita mencabut hal yang telah diberikan Tuhan kepada kami, yaitu kehidupan. Karena hal ini, menurut saya eutanasia merupakan suatu hal yang tidak etis dilakukan.

Dexter Ezekiel Karjantoro/XI-5/10/CC25

Jonathan mengatakan...

Euthanasia adalah hal yang sangat kontroversial akhir-akhir ini. Banyak yang menganggap euthanasia adalah proses yang etis dan baik. Namun, ada juga yang beranggapan bahwa euthanasia adalah proses yang tidak sesuai aturan dan hukum dari Tuhan. Euthanasia sejatinya adalah pelanggaran atas aturan Tuhan dan sangat tidak sesuai dengan perintah Allah yaitu Jangan Membunuh.

Bagi saya, proses euthanasia adalah opsi yang seharusnya tidak pernah dipilih. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah euthanasia dalam artian, ada banyak hal yang bisa dilakukan selain euthanasia. Contohnya, saat seseorang sakit, seharusnya disembuhkan bukan dibunuh.

Fransiskus Jonathan Muljadi/ XI8-19/CC25

Louis Aurelio Najoan mengatakan...

Menurut saya, euthanasia ini adalah sebuah hal yang aangaat kontroversial, akan tetapi memiliki sebuah manfaat yang lebih dari hanya sebuah cara gampang untuk bunuh diri bagi orang orang yang sudah lelah dengan kehidupannya. Akan tetapi, euthanasia ini juga merupakan jalan keluar bagi para individu yang sudah menderita sakit dan lebih baik mengakhiri hidupnya dari pada harus tetap menderita. Menurut saya, euthanasia bisa menjadi sebkha jalan keluar yang baik bagi orang orang tertentu, akan tetapi tidak semua orang bisa menggunakan euthanasia dengan seenaknya karena kembali lagi, nyawa dan keputusan kehidupan kita hanya Tuhan yang berhak mengatur. Bagi orang orang yang ingin sebuah jalan mudah untuk keluar dari segala macam hal biasa seperti stress dan sedih, euthanasia bukanlah sebuah pilihan yang layak dan sepantasnya dipilih

Louis Aurelio Najoan/XI-7/19/CC'25

Moses Batara Putera mengatakan...

Tampaknya perdebatan seputar euthanasia mencerminkan kompleksitas etika medis, di mana pertimbangan antara 'euthanasia aktif' dan 'euthanasia pasif' dapat memainkan peran penting. Penggantian istilah 'euthanasia pasif' dengan 'membiarkan pasien meninggal' mencerminkan perubahan pandangan terhadap prinsip-prinsip etika dalam keputusan medis pada pasien terminal.

Moses Batara Putera Panjaitan/XI5/25

Sabastian Liu XI7 31 mengatakan...

Hal euthanasia ini sangat menjadi perbincangan yang cukup rumit bagi para tenaga-tenaga medis karena di satu sisi ingin membantu pasien yang sudah sangat menderita dan sudah ingin pasrah namun di satu sisi pula ada basis melakukan hal yang tidak etis sehingga rumit untuk dilaksanakan. Namun dari sudut pandang saya, apabila orang tersebut telah memiliki perjanjian dengan keluarga serta juga dengan keinginan orang tersebut pula maka menurut saya hal euthanasia cukup masuk akal untuk dilakukan

Sabastian Liu / XI7 / 31

Sabastian Liu XI7 31 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Knh mengatakan...

Euthanasia merupakan sebuah kontroversi yang sangat rumit karena terkait dengan moral dan etika. Dari satu sisi, banyak orang yang yakin bahwa mengakhiri hidup seseorang, bahkan atas permintaan sendiri, bertentangan dengan nilai-nilai moral dan etika. Meskipun begitu dari sisi lainnya, orang-orang yang meminta untuk euthanasia adalah orang-orang yang sangat menderita dan sudah pasrah. Karena itu pun masalah itu menjadi sebuah masalah yang terus diperdebatkan.

Kenji Naim Hutama XI5/18

JonathanHarris mengatakan...

Setelah membaca sekilas artikel dari blog ini mengenai Euthanasia, Saya melihat bahwa ada 2 pandangan berbeda mengenai hal ini. Konsep "Membiarkan mati" dalam dunia Rumah Sakit memang sudah tak asing lagi. Sering kali para ahli kesehatan sengaja membiarkan pasiennya meninggal dikarenakan beberapa faktor tertentu, seperti kecil kemungkinan kesempatan hidup, biaya yang terlalu mahal, dan faktor faktor lainnya.

Menurut saya hal ini menjadi sebuah pertimbangan bagi pasien dan dokter itu sendiri, Saya yakin dokter akan mlakukan "euthanasia" tersebut jika sudah mendapat persetujuan dari pasien/keluarga, Lagipula, siapa yang ingin dirinya/kerabatnya menderita dalam jangka waktu yang lama hanya demi suatu kesempatan sembuh yang tidak jelas?

Walau jika kita melihat pada sisi agama, bisa saja tindakan dokter yang membairkan mati itu termasuk melanggar 10 perintah Tuhan...

JonathanHarris mengatakan...

Jonathan Harris XI8/23

Michael Y mengatakan...

Menurut saya, euthanasia merupakan hal yang sulit. Orang yang menderita dapat meminta euthanasia untuk mengakhiri hidupnya. Bila dilihat secara etika, orang itu sudah mengizinkan untuk membantunya membunuh diri. Selain itu, orang itu yang menderita ingin melepaskan dirinya dari penderitaan. Namun, soal bunuh diri merupakan hal yang melanggar moral, apalagi bunuh diri bantuan. Menurutku, euthanasia ada kebaikannya karena dapat memberikan kematian yang baik tanpa penderitaan, namun penggunaannya masih melanggar moral. Kalau pun orang itu sudah mengizinkan menggunakan euthanasia, masih menjadi keputusan keluarga atau orang yang merawatnya untuk mengikuti permintaannya atau tidak. Masyarakat sekarang masih berada pada dilemma tentang penggunaan bunuh diri bantuan lewat euthanasia. Oleh karena itu, masalah ini masih harus dipertimbangkan kembali.

Michael Khan Yolodi XI-8/27/CC25

Pramudya Nadhif Laksono XI3/30 mengatakan...

Mungkin sebagian orang melihat bahwa euthanasia merupakan cara mati yang baik dan damai. Tetapi menurut saya, cara itu bukanlah cara yang dikehendaki Tuhan. Menurut saya, kita sudah sangat beruntung dapat terlahir dan menjalani kehidupan di dunia. Terdapat banyak sekali orang yang menunggal sebelum menyelesaikan "tugas" mereka di dunia. Jika kita masih diberi kesempatan untuk hidup, lalu mengapa kita tidak bersyukur? Mungkin memang kita menderita, tapi percayalah Yesus telah menderita terlebih dahulu untuk kita. Menurut saya, orang yang meminta euthanasia merupakan orang-orang yang kurang bersyukur. Mungkin sedikit kasar, tetapi menurut saya tindakan euthanasia merupakan tindakan pengecut. Karena saya yakin banyak orang yang berani mati, tapi apakah mereka berani untuk menjalani kehidupan yang telah diberkati Tuhan walaupun penuh penderitaan?

Sekian pendapat dari saya, saya mohon maaf sebesar-besarnya jika komentar saya menyinggung seseorang. Terima kasih.

Atus mengatakan...

Menurut saya euthanasia ini merupakan suatu hal yang menjadi pilihan bagi manusia, namun dapat dilihat dari 2 sisi. Sisi membunuh diri dan mengambil nyawa dari kehendak Tuhan, dan sisi dimana seseorang sudah tidak kuat lagi untuk hidup dan lebih baik euthanasia dibanding melanjutkan hidupnya. Pasti orang orang memiliki alasan masing masing untuk melakukan euthanasia seperti pasien yang sakit kronis, menderita, dll. Namun hal itu tidak lepas dark mengambil nyawa dari kehendak Tuhan. Menurut saya hal tersebut merupakan hal yang buruk di mata Tuhan, namun suatu keperluan bagi orang orang yang tidak bisa melanjutkan hiduonya lagi dalam kondisi tersebut.

Gregorius Adeodatus Limansyah / XI-6/ 07

XI-6/CC'25 mengatakan...

Bintang Basthabirendra XI6-02/CC'25
Setelah saya membaca Euthanasia ini, saya menganggap bahwa peristiwa ini mempunyai 2 pandangan yaitu pandangan positif dan negatif. Ketika mendengar bahwa ada pilihan untuk memberikan suntikan yang akan mengkahiri hidup seseorang, saya langusung membayangkan berada di posisi tersbut. Orang yang menderita sakit terlalu lama dan sengsara, diberikan pilihan untuk mengakhiri hidupnya atau menunggu ajalnya sendiri. Menurut saya euthanasia ini tidak bermoral dan manusiawi karena nyawa ada di tangan tuhan dan takdir yang tidak bisa diubah. Memilih diri sendiri untuk mengakhiri hidupnya daripada menunggu ajal datang. Tetapi mungkin dari sisi orang yang telah menderita sakit dan sengsara akan merasa lega dan tidak akan merasakan sakit lagi. Kesimpulannya adalah euthanasia ini perlu dipertimbangkan dan dipikirikan kembali dalam kedepannya. Sekian dari opini saya dan terimakasih.

Vincensius Synclair Harto XI-6/31 mengatakan...

Vincensius Synclair Harto XI-6/31
menurut saya euthanasia merupakan hal ayng sulit, karena euthanasia merupakan membunuh orang atas permintaan pasien tersebut yang menderita sakit yang sangat parah dan sangat menderitakan pasien tersebut, oleh karena itu pasien yang meminta untuk mengakhiri hidup pasien tersebut supaya tidak menderita sakit yang dialami sekarang. Akan tetapi dalam moral dan perintah Tuhan adalah kita tidak boleh membunuh orang lain. Oleh karena itu susah untuk dibilang euthanasia itu adalah kegiatan yang benar atau salah.

Claus Abednego Tesiman XI-2/05 mengatakan...

Setelah membaca, menurut saya euthanasia memang menjadi salah satu masalah etika yang kompleks dan sulit untuk diselesaikan dalam waktu singkat. Istilah 'euthanasia' berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti 'kematian yang baik' atau 'mati dengan baik'. Saat ini, euthanasia mengacu pada tindakan dokter untuk mengakhiri kehidupan pasien terminal sesuai permintaan pasien dengan memberikan suntikan mematikan. Pemahaman dan perdebatan seputar euthanasia terus berkembang di masyarakat dan dalam ruang etika med. Pendekatan yang kompleks dan beragam terus diupayakan untuk menangani masalah ini dengan mempertimbangkan nilai-nilai etika, hukum, dan kepentingan individu yang terlibat.

Claus Abednego Tesiman XI-2/05 CC'25

A.Reinard XI-2/3 mengatakan...

Aurelius Reinard XI-2/3
Pendapat saya, Euthanasia bisa menjadi hal yang positif ataupun negatif. Euthanasia merupakan membunuh orang atas permintaan pasien tersebut yang menderita sakit yang sangat parah dan sangat menderitakan pasien tersebut. Jika diliat dari sisi positifnya, pasien yang sudah menderita dan sengsara akan lebih baik menjalankan euthanasia karena ini bisa menjadi jalan keluar bagi para individu yang sudah menderita sakit dan lebih baik mengakhiri hidupnya dari pada harus tetap menderita. Oleh karena itu, euthanasia berguna bagi pasien yang meminta untuk mengakhiri hidup pasien tersebut supaya tidak menderita sakit yang dialami sekarang. Jika dilihat dari negatifnya, dalam moral dan perintah Tuhan adalah kita tidak boleh membunuh orang lain ataupun menyakiti diri sendiri. Oleh karena itu, euthansia bisa menjadi hal yang positif dan negatif.

Gregory Hans Nugraha mengatakan...

Secara definisi, Euthanasia adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh pihak kesehatan yang berwenang (dokter) yang dilakukan dengan persetujuan kedua pihak, baik dokter dan keluarga/pihak pasien. Sebagai tindakan, Euthanasia tentunya dapat dibilang kontroversial dan memicu adanya argumen serta perdebatan dari sisi pro euthanasia dan kontra. Hal ini karena, seperti yang disebutkan secara langsung pada teks diatas Euthanasia merupakan "salah satu masalah etika yang paling berat dalam zaman kita". Menurut saya, Euthanasia ini menjadi masalah etika karena meskipun di satu sisi tindakan euthanasia yang konteksnya dilakukan pada pasien dengan penyakit terminal dan dinilai tidak memiliki harapan serta telah mendapat persetujuan dari pasien tersebut, dinilai lebih etis, terutama euthanasia aktif yang dilakukan dengan penyuntikan obat. Akibat obat tersebut, pasien yang tadinya tidak ada harapan akan langsung meninggal dunia dan tidak lagi harus menderita. Namun, di satu sisi banyak orang menilai bahwa tindakan ini tidak etis karena dinilai sebagai tindakan mengambil nyawa orang lain.

Perlu diketahui juga, bahwa sejak dilakukannya euthanasia telah terjadi beberapa perbaikan yang menurut saya sangat lah baik. Contohnya adalah perubahan euthanasia pasif menjadi euthanasia aktif yang lebih cepat. Menurut saya, euthanasia pasif justru akan semakin membuat pasien menderita karena secara tidak langsung "disengajai" untuk tidak mendapatkan perawatan yang cukup. Oleh karena itu, menurut saya hal ini kurang etis. Akan tetapi, menurut saya untuk euthanasia aktif dimana pasien akan meninggal sesaat setelah tindakan euthanasia tersebut dilakukan, jika memang terdapat persetujuan dari pasien, keluarga pasien, serta ada data atau bukti dari dokter bahwa pasien tersebut sudah tidak bisa diselamatkan. Menurut saya, Euthanasia adalah tindakan terakhir dan terbaik yang mungkin dapat diambil oleh keluarga dan pihak pasien tersebut. Hal ini karena, dengan penyakit terminal tersebut, pasien tentunya akan berada dalam rasa sakit yang luar biasa yang terkadang jika sangat parah akan sulit untuk disembuhkan. Jika pun ada kemungkinan kecil bahwa pasien tersebut akan hidup dari penyakit tersebut, tentunya pasien tersebut akan hidup dengan kesulitan-kesulitan tertentu sehingga membuat kehidupannya pun tetap sengsara.

Menurut saya, Euthanasia ini menjadi masalah etika yang besar karena terdapat banyak sekali skenario, penilaian dokter, serta kondisi-kondisi pasien yang berbeda beda. Oleh karena itu, menurut saya kembali lagi berdasarkan keputusan dan hasil dokter. Jika memang kemungkinannya hampir 0 persen bahwa pasien dengan penyakit terminal tersebut akan selamat, menurut saya lebih baik apabila sikap "lepas bebas" dilakukan, karena terkadang dalam kehidupan beberapa pengorbanan harus dilakukan demi kebaikan.

Gregory Hans Nugraha 11-2/14
CC'25
01/02/2024

Marco mengatakan...

Euthanasia adalah tindakan untuk mengakhiri kehidupan seseorang yang menderita penyakit terminal atau tidak dapat disembuhkan, dengan alasan untuk mengurangi rasa sakit atau penderitaan. Euthanasia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu euthanasia aktif dan euthanasia pasif. Euthanasia aktif adalah tindakan untuk menyebabkan kematian secara langsung, misalnya dengan memberikan suntikan mematikan. Euthanasia pasif adalah tindakan untuk menghentikan atau tidak memberikan pengobatan yang dapat memperpanjang hidup, misalnya dengan mematikan alat bantu hidup.

Kehidupan adalah anugerah dan takdir dari Tuhan yang harus dihormati dan dilindungi. Membunuh diri sendiri atau orang lain, termasuk melalui euthanasia, adalah dosa dan pelanggaran terhadap hukum Tuhan. Tuhan juga mengajarkan bahwa penderitaan adalah bagian dari ujian dan cobaan hidup yang harus dihadapi dengan sabar dan ikhlas. Penderitaan juga dapat menjadi sarana untuk membersihkan dosa dan meningkatkan keimanan.

Johannes Marco Moses Sibuea XI-2/19

Gde Maharta Putra Wicaksana Ridjasa mengatakan...

Gde Maharta Putra W. R. /XI7-13/ CC 25
Artikel ini menunjukan pandangan mendalam mengenai dilema etika yang melibatkan euthanasia, yang merupakan sebuah isu yang tak mudah diatasi dalam konteks masyarakat saat ini. Terlepas dari asal-usul istilah 'euthanasia' yang berarti 'kematian yang baik', pembahasan lebih lanjut menyoroti pergeseran dari 'euthanasia aktif' ke 'membiarkan pasien meninggal', menegaskan perbedaan etis yang signifikan. Saya merasa bahwa mengganti istilah 'euthanasia pasif' dengan 'membiarkan pasien meninggal' mencerminkan upaya untuk menghindari pandangan negatif dan lebih jelas memahami konteks keputusan medis pada pasien terminal.

Sementara artikel menyatakan bahwa euthanasia merupakan masalah etika yang sulit dipecahkan dalam waktu singkat, saya berpikir bahwa diskusi terus berkembang dan perlu dilibatkan dengan cermat oleh masyarakat dan pihak berkepentingan. Kejelasan istilah dan pemahaman etika penting dalam menangani isu yang melibatkan kehidupan dan kematian ini.

Nicholas Gunawan mengatakan...

Hal ini tidak mudah ditentukan mana yang benar, karena pada dasarnya dalam perspektif mereka sendiri mempunyai alasan yang baik. Dimana bagi sang pasien, yang mengalami kesakitan yang luar biasa sehingga membuat mereka enggan untuk hidup dan lebih baik apabila mati untuk mengurangi penderitaannya. Namun di sisi lain, penerapan euthanasia ini justru seakan tidak menghargai hidup yang sudah diberikan Tuhan. Menurut saya perlakuan euthanasia hanya boleh dilakukan dengan persetujuan dokter dan apabila pasien sakit parah sehingga tidak ada kemungkinan untuk pulih.

Nicholas Gunawan 11-6/22
04/02/2024